Mohon tunggu...
Maulana Ghozali
Maulana Ghozali Mohon Tunggu... lainnya -

Diam itu belajar memahami. || My Blog: https://pemilu-cerdas.blogspot.com/ ||

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bertanya pada 'Orang Gila' atau Suka Ikut-ikutan Gila

23 Maret 2017   08:35 Diperbarui: 24 Maret 2017   15:00 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya saya malas untuk menguraikan judul di atas tersebut. Saya ingin pembaca koreksi diri sendiri apakah benar seperti itu? Atau juga malas berpikir yang rumit-rumit tanpa perlu mencoba cari tahu. Yang akhirnya membudaya, ikut orang terdekat saja, ikut lingkungan sekitar saja. Kondisi yang seperti ini membuat negara atau kota menjadi lambat untuk maju. 

Contoh krusial yang ingin penulis paparkan adalah masalah pilkada DKI. Kenapa Jakarta, karena Jakarta Ibukota negara yang paling menarik dibicarakan. Berbicara demokrasi di Jakarta ibarat seperti tentang bermain-main karena sulit ditebak. Semua tergantung dari keseriusan dan kefokusan para pemeran penting pada pilgub DKI Jakarta. 

Dari sini keberhasilan akan diperoleh secara membanggakan karena sudah berjuang habis-habisan. Termasuk juga para pemilih warga DKI, apakah masih dalam posisi ragu-ragu atau posisi yang yakin pada calon-calon yang sudah dipilih. Posisi yang yakin ini harus berdasarkan rasionalitas secara kuat. Percuma saja jika masih ikut-ikutan itu lebih parah derajatnya dari orang yang ragu-ragu. 

Orang-orang yang ragu ini sejatinya mereka yang berputus asa untuk kemajuan sebuah kotanya. Mereka hanya berpikiran mementingkan diri sendiri, dapat bekerja dengan hasil yang terbilang cukup oke. Padahal yang seperti ini bisa saja akan merubah sistem kehidupan orang tersebut secara cepat. Karena ada sebuah ciptaan sistem baru yang menimpa para pembaca. Mereka harus bisa berpikir panjang harus ada jaminan atau kepastian jelas. Perubahan dinamika di negara atau kota yang maju dengan proses yang sangat cepat. Tidak lambat atau adem ayem aja. 

Warga Jakarta harus dipacu lebih hiper-aktif. Jangan sampai memilih pemimpin bodong. Pemimpin yang akhirnya memblenggu kehidupan warga-warganya.Coba lihat dan pelajari, coba bandingkan dari setiap pernyataan yang dilontarkan. Ada kekonsistenan, ada komitmen yang bisa dipertanggungjawabkan, adakah tanggapan yang bisa diterima secara akal. Disinilah para pemilih cerdas tidak akan tinggal diam saja. Mereka harus bisa memperjuangkan mana yang lebih dianggap pada kebenaran. 

Jika sudah seperti itu akan tercipta sebuah masyarakat yang sejahtera dan keadilan kebijakan yang merata. Tidak lagi berbicara hujat sana-sini, tidak lagi berbicara rasis. Dasar orang miskin, misal seperti itu. Orang miskin tidak terima, misal dasar orang sombong. Kunci negara atau kota yang maju adalah masyarakat yang mau berfikir dan bertindak secara logis. Katakan "Aku ingin pemimpin yang sempurna" mendekati. Jangan pemimpin yang tidak bisa bekerja, pinginnya berpangku tangan dan seterusnya.

Misal parahnya muncul stigma bahwa orang menengah atas pilih Ahok dan orang menengah bawah pilih Anies. Misal juga orang yang malas mikir pilih Anies orang berpendidikan milih Ahok. Kalau sudah sampai seperti itu kita sama saja menyerahkan wilayah pada penjajah-penjajah lokal. Apa mau hidup kita terus dijajah, anak turunan cucu kita hidup susah. Kesulitan akses untuk bisa hidup. Terciptanya sistem yang bodol membawa efek pada generasi yang bodoh.

Jangan mau ikut-ikutan yang akhirnya berdampak fatal. Manusia diberi akal jadi tidak akan kesulitan untuk berpikir secara realistis. Berbeda dengan hewan mereka tidak berakal jadi sangat sulit untuk berpikir, bahkan tidak bisa sama sekali. Akal manusia kita simpel cuman tanya Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Bagaimana dan Mengapa? Gitu aja kita tanya pada realitas yang terjadi. Akhirnya akan membawa jawaban bahwa inilah pilihan yang pas dan cocok buat jadi pemimpin. Harus bisa bertanya, malu bertanya akan sesat dijalan selamanya. Akhirnya kita akan tahu untuk bertanya pada orang-orang yang mengerti kondisi wilayah. Percuma saja bertanya pada orang gila yang tidak tahu medan area.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun