Anda sudah menonton film yang diputar ketika pembukaan #MiladSidogiri282 itu? Jika belum, silakan kunjungi akun YouTube resmi Pondok Pesantren Sidogiri dan tontonlah dengan tenang (saran saya, subscribe, komentari, sukai dan bagikan akun resmi ini Klik di sini).Â
Tentu saja film ini jauh dari kata sempurna, tapi kita boleh mengapresiasi sebab ide dan naskahnya ditulis santri, aktor dan pengarahnya santri serta juru kamera dan editor videonya juga santri. Ini produk santri yang sama sekali tidak punya mata pelajaran perfilman.
Dari berbagai tanggapan dan arahan yang masuk, saya terusik dengan komentar yang menyatakan bahwa film ini cenderung menyederhanakan konsep rahmatan lil alamin; konflik kurang logis hanya karena shalat dan masalah ucapan kasar yang tak ditampilkan dalam adegan.
Sebenarnya tidak sesederhana itu, Ferguso, jika kita mau bersaksi bahwa hari ini orang lebih suka ribut masalah politik dan meremehkan ibadah. Bukankah Kiai Hasani pernah dawuh bahwa standar keberhasilan pendidikan di Sidogiri itu jika shalat santri sudah baik? Tentu saja di dalamnya termasuk masalah menjaga shalat. Jika perkara shalat dianggap konflik remeh, lantas mau konflik apa? Pencurian? Biar ada acara baku hantam? Tidak, tidak. Banyak orang dan media sudah melakukannya dan jarang yang mengangkat sisi ini.
Oke, dalam film ini kita disuguhi seorang aktor (Hisan) yang dibuat bingung karena kedua sahabatnya bertengkar. Masalahnya sepele saja menurut Hisan, juga menurut sebagian penonton; perkara 'meninggalkan shalat' dan 'ucapan kasar'. Tetapi menurut Shohib, aktor yang meninggalkan shalat gara-gara tidak dibangunkan oleh Faruq, perkara ini musibah besar. Ia berkata, "ini perkara shalat, jangan anggap remeh!" Di sini kita bisa menangkap bagaimana sikap santri seharusnya, yakni tidak meremehkan shalat dan amanah.
Sedangkan Faruq, sahabat yang diberi amanah membangunkan, merasa sakit hati lantaran ucapan Shohib yang menyebutnya 'tak bertanggung jawab' dan 'menjerumuskan ke neraka'. Sederhananya, Shohib merasa berdosa besar telah meninggalkan shalat, Faruq sakit hati dikata-katai dan Hisan kebingungan. Di tengah kebingungan ini, Hisan menunjukkan kelasnya sebagai santri.
Apa hubungannya dengan tema Milad kali ini, Rahmatan lil Alamin dalam Bingkai Amar Makruf Nahi Munkar? Hisan adalah rahmat bagi kedua sahabatnya. Persahabatan yang hampir pecah karena perkara yang sebenarnya bisa dibicarakan baik-baik, akhirnya oleh Hisan disiasati dengan ide cerdas; menulis dua surat untuk kedua sahabatnya. Persahabatan itu kembali utuh, kemudian.Â
Tindakan Hisan ini adalah upaya beramar makruf dan nahi munkar. Hisan meminta kedua sahabatnya 'baikan' (amar makruf) dan ia berusaha agar perselisihan bisa berakhir (nahi munkar). Sekali lagi, film ini masih banyak kekurangannya alias tak sempurna. Namun secara keseluruhan, film ini sudah utuh dan bisa dinikmati.
Akhiran, pelajaran-pelajaran lainnya bisa kita renungkan sendiri dalam video ini. Kita berharap film-film seperti ini akan terus diproduksi oleh Pondok Pesantren Sidogiri tanpa menunggu momen.Â
Terima kasih untuk kawan-kawan yang ikut serta dalam penggarapan film ini dan film Teguh Teduh Bersaudara yang urung terealisasi. Kami mohon maaf untuk tiga aktor film tersebut. Insyaallah kita berjumpa dalam film-film keren lainnya. Salam hormat.
*Penulis dan pembaca baperan
**Tayang perdana di koran Kabar Ikhtibar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H