Cara ini biasanya ditempuh oleh orang-orang yang dilabeli super sibuk. Bisa artis, pejabat, ustad; artis yang merangkap jadi ustad; atau ustad yang kebetulan juga seorang pejabat.
Mereka biasanya meminimalkan waktu untuk istirahat. Kalau bisa hanya 3-4 jam saja seharinya. Bahkan tidak jarang, waktu istirahatnya itu digabungkan pula untuk waktu bersama keluarga.
Anggap saja jadwal tidur malam mereka dari jam 2 pagi s.d jam 6 pagi. Pertanyaannya: apakah di setiap harinya, ia bisa langsung tertidur tepat pada ’02.00’ dan bangun tepat pada ’06.00’? Jika tidak, lagi-lagi akan ada sekian menit dari 4 jam waktu tidurnya yang tersia-siakan.
Per Kelompok Interaksi     Â
Yang satu ini lebih sulit lagi untuk membayangkannya. Misalkan seseorang punya kebiasaan menyisihkan setidaknya satu jam dari 24 jam-nya bersama keluarga. Detail waktu seperti apa yang bisa ia susun? Apakah meniru model iklan di dalam sinetron, yang lima menit iklan di tiap 10 menit waktu tayang?
Jadi mungkin kira-kira akan seperti ini:
Sarapan pagi: 10 menit
Makan malam: 10 menit
Nonton TV bareng: 40 menit
Bila memang demikian, bukankah terlihat seperti kita yang diatur oleh waktu dan bukan sebaliknya?
Mungkin tiga skema pembagian waktu di atas tidak mewakili samasekali bagi sebagian besar orang. Tentu, masih banyak cara-cara lain yang dirasa tepat bagi masing-masing individu. Namun, saya yakin, semuanya akan tetap menghasilkan sesuatu yang serupa: kita terus-menerus kehilangan waktu tanpa kita sadari setiap harinya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H