Mohon tunggu...
Najib Abdillah
Najib Abdillah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berharap tersesat di lingkaran ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencari Wajah Tuhan

6 Desember 2014   00:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:57 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selalu ada cerita sepulang dari Jumatan. Kali ini materi khutbah yang disampaikan khatib amat mengusik pikiran saya. Tema besarnya menyoal siksaan Tuhan bagi para pendosa.

Sang khatib dengan menggebu-gebu menjelaskan secara rinci tentang siksaan neraka. Bahwa disana ada sebuah lembah yang mempunyai 70.000 jurang. Tiap jurang mempunyai 70.000 rumah, yang ditiap-tiap rumah itu terdapat 70.000 ular. Di dalam tiap ular (ini yang saya tidak mengerti) terdapat 70.000 kalajengking. Nah, kalajengking itu yang menggigit para pendosa.

Pokoknya, dari awal hingga akhir khutbah isinya mengenai kengerian-kengerian neraka. Lantas, seganas itukah Tuhan terhadap hambanya?

Memang sudah banyak sekali pembicaraan mengenai pemahaman manusia akan Tuhan dengan berbagai versinya. Dimulai sejak terusirnya Adam dari surga hingga kini orang-orang sibuk mencari surganya sendiri. Semuanya punya kekhasan tersendiri serta tingkatan pemahaman yang berbeda-beda.

Namun, setidaknya ada dua garis besar sajian manusia akan penggambaran Wajah Tuhan. Yang pertama menggambarkan wajah-Nya dengan sangat sangar. Seperti yang digambarkan khatib di atas tadi. Bahwa Ia memberi hukuman bagi yang ingkar, menyediakan azab, membuat bencana (?), dan lain sebagainya. Semuanya serba mengerikan.

Kita sudah sangat akrab dengan penggambaran seperti ini. Bahkan sejak kita dari kecil. Ironisnya penggambaran seperti ini justru datang dari orang-orang terdekat: orang tua, teman, guru, bahkan lingkungan. Tujuan mereka sederhana yakni agar kemauan (baca: perintah) mereka itu diikuti. Tuhan ditumbalkan demi, terkadang, sifat ketakmanusiaan mereka.

Mungkin, ini hanya teori nakal saya, inilah mengapa perilaku manusia beragama sekarang ini seringnya memunculkan wajah kekerasan. Mereka seolah mendapat pembenaran untuk berlaku demikian karena wajah Tuhan yang dikenalnya memang seperti itu. Dengan internalisasi nilai itu harus ada sekelompok manusia yang menerima azab dan hukuman dari-Nya. Singkatnya, harus ada yang masuk neraka.

Kelompok seperti ini cenderung tak ingin berbagi surga-Nya dengan yang lain. Jangankan dengan yang berbeda agama, dengan yang seagama pun mereka tak sudi tuk berbagi. Muncullah benih-benih intoleransi dimana-mana.

Berbeda dengan yang pertama, wajah Tuhan yang kedua tampil dengan penuh kelembutan. Bahwa Ia itu Mahapengasih, Mahapenyayang, Mahapemurah, Mahapemaaf, dan lain-lain. Singkatnya bahwa rahmat-Nya melampaui murka-Nya (sesuai dengan hadis Nabi yang saya tahu).

Dengan penggambaran ini diharapkan manusia dapat sebisa mungkin menyerap sifat-Nya yang mulia. Bila Tuhan itu Pemaaf, jadilah kamu (wahai manusia) pemaaf juga. Begitu seterusnya. Jadi manusia memandang tiap makhluk dengan penuh kasih sayang. Bukan dengan kekerasan.

Sayangnya wajah Tuhan yang satu ini jarang dipromosikan. Sehingga arus deras kekerasan atas nama agama dewasa ini sulit dibendung. Tugas kita semua agar kasih-Nya menerpa semua makhluk di bumi Indonesia ini. Sulitkah? Sila tanya pada diri masing-masing.

sumber gambar disini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun