Belajar dari Cristiano Ronaldo, ada satu sisi kenapa kita mesti belajar. Di pertandingan akhir Euronya tadi malam, saya begitu sedih melihat Ronaldo. Sudah mau menendang bebas, diambil oleh Bruno. Di babak dua, nyaris tidak ada sirkulasi bola ke dirinya. Dia sering ngangkat tangan, tapi bola terus aja dikuasai para pemain muda, padahal apa susahnya dipassing jauh ke depan di mana Ronaldo sudah menunggu dan siap di sana. Ada apa dengan pemain muda Portugal, apa sudah setidak percayanya itu pada legenda hidup mereka? Atau 39 adalah angka usia usang yang harusnya sudah diparkir sepatunya?
Dari sini kita belajar. Sehebat apapun Ronaldo bagi sepakbola, sebanyak apapun rekor yang diperoleh, selama apapun kejuaraan untuk negara diperjuangkan, tetap tua adalah alasan. Padahal, jika saja mereka menghormati perjuangannya, mungkin Portugal terus melaju dan memberikan hadiah  juara Euro terakhirnya. Tapi anak muda itu beda. Mereka ego dan tak pernah menghormati seniornya. Messi di Argentina beda, dia bak dewa bagi juniornya. Padahal, jika saja tak ada Ronaldo, Portugal itu mirip Swiss, Yunani atau negara Eropa kecil lainnya yang dipandang sebelah mata. Ronaldo lebih besar namanya ketimbang negeri yang melahirkannya.
Itulah satu pelajaran: "Tak ada yang abadi. Saat tua kau akan dicampakan. Apapun hebatmu di masa muda, tetap bagi mereka kau sudah usang dan Game is over buatmu!" Setiap jaman ada orangnya, setiap orang punya jamannya. Jika jamanmu dibegal orang di luar jamanmu, maka egomu harus merebutnya. Itu normal, itu manusiawi dan itulah siklus hidup. Nikmati saat mudamu dan jamanmu, karena sebentar lagi usiamu akan membunuh nikmat itu secara pasti. Manfaatkan, maksimalkan dan buatlah dirimu dihormati masa depan, walau hanya tersisa kehormatan untuk keluargamu saja. Selamat, Ronaldo. We proud of you GOAT!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H