Mohon tunggu...
nasri kurnialoh
nasri kurnialoh Mohon Tunggu... Dosen - STAI Haji Agus Salim Cikarang

Nasri Kurnialoh lulusan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogakarta. Alumni Pondok Pesantren Di Tasikamalaya dan Yogakarta. Saat ini saya sangat bersemangat untuk mengabdi kepada agama, nusa dan bangsa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Politik Potong Sapi

24 Juni 2024   20:00 Diperbarui: 24 Juni 2024   20:02 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Politisi memiliki berbagai cara agar berkuasa. Setelah berkuasa, ragam kebijakan pun dikeluarkan. Ada yang benar mengabdi, ada yang cari pekerjaan saja, ada pula yang menyempurnakan syahwat kuasanya. Beruntung jika ketemu politisi yang ingin mengabdikan diri untuk kesejahteraan umat. Buntung jika ketemu politisi yang haus jabatan demi ambisi dan mengumpul pundi rupiah. Rakyatnya sapi perah. Dari sini, orang bahasa pun merangkai fenomena dengan ragam ilustrasi. Ada istilah politik belah bambu, ada politik dagang sapi, ada pula politik potong sapi.

Dalam konteks idul qurban, politik potong sapi rupanya relevan. Seorang penyembelih hewan qurban yang tersertifikasi tentu tahu bagaimana agar sapi bisa disembelih dengan ASUH (Aman Sehat Utuh Halal). Ada beberapa strategi: (1) Hindari sapi tahu bahwa dia mau disembelih, tak boleh memperlihatkan pisau apalagi disatuin tempat dengan sapi yang sedang disembelih. (2) Bawa sapi dengan tenang dengan dipegang tambang kendali hidungnya dengan diiringi tiga orang. Seolah takan ada penyembelihan. (3) Usap-usap kepalanya seolah kita berkomunikasi padanya: "Tenang, kamu akan baik-baik saja." Tanpa sadar kepalanya sudah diikat di patok kematian. (4) Sambil diusap sambil ditali kaki depan dan belakang kirinya dengan tenang dan jangan merusak ketentraman hati sapi. Hindari zona tendang, karena jika ketahuan mau disembelih dia bisa menendang ke belakang. Tali diikat dipatok agar tak bisa berubah tempat.

(5) Ikat pakai tambang ke paha belakang, karena bagian inilah kelemahan sapi. Tarik bagian ini ke bawah dan pasti sapi takan melawan dan rubuh. Setiap mahluk pasti ada titik kelemahannya. (6) Setelah rubuh buka tali kaki dan ringkuskan agar kakinya tak bergerak sekaligus buntutnya disatukan. (7) Cari jakun sapi dan turun ke bawah sebagai ukuran pusat penyembelihan. Usap-usap kepalanya agar tak berontak, lantas letakan pisau dan gereselkan hingga kulit, urat dan kerongkonganya terputus. (8) biarkan Sapi mati dengan tenang dan sampaikan bahwa itu adalah proses sembelih yang mengacu pada "Kesrawan" atau "Kesejahteraan Hewan". Nah, apakah politik kita mirip begitu? Kalau begitu, itulah ilustrasi Politik Potong Sapi untuk Kesrawan, Kesejahteraan para Dewan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun