Mohon tunggu...
Nindy Prisma
Nindy Prisma Mohon Tunggu... Buruh - buruh di balik kubikel dan penikmat pertandingan olahraga

...Real Eyes Realize Real Lies...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Prancis dan Medali Emas Pertama di Voli Indoor Olimpiade Tokyo 2020

9 Agustus 2021   20:05 Diperbarui: 10 Agustus 2021   04:04 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegembiraan timnas voli indoor putra Prancis usai meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020| Sumber: en.volleyballworld.com

Ariake Arena pada 7 Agustus 2021 sontak dipenuhi teriakan supporter dan para pemain putra Prancis tepat saat spike keras menyilang opposite ROC, Maxim Mikhaylov melebar.

Pertarungan panjang final medali emas Olimpiade Tokyo 2020 itu akhirnya ditutup dengan skor tipis 3-2 (25-23, 25-17, 21-25, 21-25, 15-12) untuk Prancis. Kemenangan yang membawa Jean Patry dkk menciptakan sejarah bagi negaranya dengan meraih medali emas dari cabor voli indoor untuk pertama kalinya.

Namun, sebelum mengulas lebih jauh tentang pertandingan final yang ketat dan dramatis itu, yuk flashback sejenak pada perjalanan dan perjuangan 12 negara peserta di voli indoor putra Olimpiade musim panas 2020 ini.

Berbeda dengan Volleyball Nations League yang lebih dulu menggelar pertandingan di sektor putri. Pertarungan akbar di Olimpiade Tokyo 2020 cabor bola voli indoor dimulai dari sektor putra.

Baca: Deretan Tim Putra Ini Siap Terbang ke Olimpiade Tokyo 2020

Dua belas tim peserta yang lolos ke Tokyo di bagi dalam 2 pool berbeda. Adalah tuan rumah Jepang, Polandia, Italia, Kanada, Iran, dan Veneuzela menjadi penghuni pool A.

Sementara pool B yang oleh sebagian besar volimania disebut pool “neraka” diisi oleh sang pemegang medali emas Rio 2016, Brasil, lalu Amerika Serikat, ROC (Russian Olympic Commitee), Argentina, Prancis, dan Tunisia.

Baca: Kualifikasi Olimpiade: Drama 5 Set di Eropa dan Kandasnya Harapan Asia Tenggara

Babak penyisihan pool yang dimulai sejak 24 Juli hingga 1 Agustus 2021 diwarnai dengan beberapa kejutan. Di hari pertama tim runner-up VNL 2021, Polandia kalah dari tim kuat Asia yaitu Iran dengan skor ketat 2-3 (25-18, 22-25, 22-25, 25-22, 21-23).

Kekalahan serupa juga nyaris menerpa peraih perak pada gelaran Olimpiade 2016, Italia yang pada pertandingan pertamanya dipaksa bertarung selama 5 set sebelum memastikan kemenangan  3-2 (26-28, 18-25, 25-21, 25-18, 15-11) saat jumpa Kanada.

Ketatnya pertarungan dari tiap pool bahkan terjadi hingga penyisihan di hari terakhir. Empat tim bahkan harus menjalani laga “hidup mati” demi 1 tiket terakhir ke babak 8 besar.

Jepang jadi negara terakhir di pool A yang memastikan diri lolos ke 8 besar usai memenangi derbi Asia melawan Iran juga dengan skor tipis 3-2 (25-21, 20-25, 29-31, 25-22, 15-13).

Sedangkan di pool B, Argentina membuat kejutan dengan menumbangkan tim unggulan dan favorit Amerika Serikat 3-0 (25-21, 25-23, 25-23).

Yup penampilan impresif Bruno Lima cs  tak hanya mampu mengirim Amerika Serikat angkat koper lebih cepat, tapi juga membawa Argentina menyusul ROC, Brasil, dan Prancis yang lebih dulu memastikan lolos ke babak perempat final.

Kejayaan Tim dari Pool “Neraka”

Di perempat final, formula kompetisi yang dipakai adalah peringkat 1 dan 4, serta peringkat 2 dan 3 dari pool yang berbeda akan saling bertemu.

Tim putra ROC dan Brasil jadi dua tim yang lebih dulu merebut tiket ke semifinal. Kedua tim sama-sama menyudahi pertandingan dengan skor telak 3-0. ROC menghentikan kiprah Kanada, sementara Brasil memupus harapan tuan rumah Jepang.

Tak ingin ketinggalan, Argentina yang grafik performanya terus meningkat kali ini sukses menumbangkan Italia lewat pertandingan panjang 3-2. Tim terakhir yang mengenggam tiket ke semifinal adalan Prancis yang juga harus bermain hingga 5 set kala jumpa Polandia.

Ada fakta menarik dari hasil perempat final yang berlangsung pada 3 Agustus itu, yakni 4 tim yang lolos ke semifinal semuanya berasal dari pool B. Hal ini tentunya membuat laga semifinal semakin menarik karena keempatnya sudah pernah saling bertemu dan tahu pola permainan satu sama lain.

Di semifinal, ROC dijadwalkan jumpa Brasil dan Argentina berhadapan dengan Prancis. ROC punya catatan positif saat bertemu Brasil. Di babak penyisihan pool B, Dmitry Volkov dkk menang dengan meyakinkan 3-0.

Tapi, untuk mengulang pencapaian yang sama tentu tidak mudah terutama saat melakoninya di semifinal. Terbukti, terlambat panas ROC harus kehilangan set 1 dengan 18-25 lalu bangkit membuat kedudukan imbang 1-1 usai menang di set 2 (25-21).

Set 3 pada pertandingan ini menurut saya jadi salah satu penampilan dan best comeback dari ROC. Bagaimana tidak, di set ini ROC tertinggal cukup jauh 12-20. Percayalah semua orang yang menonton pertandingan semifinal itu pasti memprediksi Brasil akan memenangi set 3.

Namun prediksi tinggal prediksi. Nyatanya strategi pelatih ROC, Toumas Sammelvuo dengan memasukkan Yaroslav Podlesnykh dan Ilyas Kurkaev untuk menggantikan Dmitry Volkov dan Artem Volvich sangat tepat. Perlahan tapi pasti ROC mampu mendekati perolehan angka Brasil.

Perlawanan Brasil di set 3 berakhir ketika block Kurkaev sukses menghalau bola tip Lucarelli dan jatuh telak di lapangan permainan lawan. ROC menutup laga 26-24.

Comeback gemilang di set 3 semakin membuat ROC percaya diri. Meski sempat nyaris tersusul dalam perolehan angka, langkah ROC menembus final tak terbendung. ROC menang 3-1 (18-25, 25-21. 26-24, 25-23).

Pada semifinal lainnya, Prancis yang menelan kekalahan dari Argentina di penyisihan (2-3) tentunya tak ingin mengulang hasil serupa. Laurent Tillie, pelatih Prancis menurunkan skuad yang tak banyak berubah, kecuali di posisi setter utama di mana Antoine Brizard tampil sebagai starting 7 menggantikan Benjamin Toniutti.

Argentina sendiri tampil dengan starting 7 andalan dengan tetap memasang  Bruno Lima dan Facundo Conte di posisi attacker. Diwarnai dengan sederet service error dari kedua tim, laga yang berlangsung selama 1 jam 27 menit ini dimenangkan Prancis 3-0 (25-22, 25-19, 25-22).

Prancis sukses membalas kekalahan di penyisihan dan menyusul ROC untuk melenggang ke partai puncak.

Derbi Eropa di Final Medali Emas 

Pada final yang berlangsung 7 Agustus 2021 ini, kedua tim sama-sama menurunkan starting 7 terbaik mereka yang tak berbeda dengan komposisi yang dimainkan pada semifinal.

Sedikit perubahan terjadi di kubu ROC, di mana middle blocker Ilyas Kurkaev untuk pertama kalinya dimainkan sejak set 1.

ROC sebenarnya terus memimpin perolehan angka pada set 1. Unggul dalam serangan spike dan block membuat ROC bahkan mampu lebih dulu menyentuh angka 20.

Sayang keunggulan tersebut tak mampu mereka jaga. Berawal dari 2 service aces dari sang setter Antoine Brizard, Prancis akhirnya mampu menyamakan kedudukan 22-22. Set 1 akhirnya menjadi milik Prancis usai cross spike Trevor Clevenot tak mampu dibendung.

Pemain ROC, Pavel Pankov (11) dan Ivan Iakovlev (9) melakukan block| Sumber: en.volleyballworld.com
Pemain ROC, Pavel Pankov (11) dan Ivan Iakovlev (9) melakukan block| Sumber: en.volleyballworld.com

Keberhasilan Prancis memutus momentum ROC di akhir set pertama masih berlanjut pada set berikutnya. Lagi-lagi spike Clevenot yang membawa Prancis mampu unggul jauh 25-17 dan mengubah kedudukan menjadi 2-0. Hanya tinggal satu set lagi dibutuhkan untuk menyudahi pertandingan.

ROC yang pernah mengalahkan Prancis pada final VNL 2018 tentu tak mau menyerah begitu saja. Masuknya outside hitter Yaroslav Podlesnyhk dan setter Pavel Pankov membawa angin segar.

Perlahan service error yang jadi momok ROC pada dua set awal mulai berkurang. Podlesnyhk  bahkan mencetak 1 service ace untuk membawa ROC meraih set point pertama mereka dan menang 25-21.

Ketatnya perolehan angka kembali terjadi di set 4. Pada poin-poin kritis, Prancis nampak makin kesulitan menembus pertahanan para blocker ROC. Set ini mutlak menjadi milik ROC setelah spike keras Jean Patry mampu diblock dengan sempurna oleh Ivan Iakovlev. ROC memaksakan digelarnya set 5 setelah menyamakan kedudukan 2-2.

Pada set pamungkas, outside hitter Jean Patry bisa dikatakan sebagai penentu keunggulan Prancis. Patry mencetak 2 angka krusial melalui spike dan service acenya yang membuat Prancis menjauhi perolehan angka ROC 13-11.

Puncaknya adalah ketika spike menyilang oposite ROC, Maxim Mikhaylov melebar ke sisi kanan bidang permainan lawan. Prancis menutup set 5 dengan kemenangan 15-12.

Bagi Prancis keberhasilan ini tentu jadi pencapaian luar biasa. Anak asuh Laurent Tillie tak hanya mampu memperpanjang rekor kemenangan dari ROC sejak VNL 2021, mencetak sejarah dengan emas pertama dari bola voli indoor, sekaligus memberikan kado perpisahan manis bagi sang pelatih yang menurut informasi akan pensiun usai gelaran Olimpiade 2020 ini.

Tim putra ROC harus puas dengan medali perak usai dikalahkan Prancis di final Olimpiade 2020| Sumber: en.volleyballworld.com
Tim putra ROC harus puas dengan medali perak usai dikalahkan Prancis di final Olimpiade 2020| Sumber: en.volleyballworld.com

Sementara itu dari perebutan medali perunggu, duel dua tim Amerika Latin tersebut akhirnya dimenangi oleh Argentina.

Facundo Conte dan kolega mengalahkan Brasil dan membuat Selecao harus pulang dengan tangan hampa lagi-lagi lewat pertandingan 5 set yang berkesudahan 3-2 (25-23, 20-25, 20-25, 25-17, 15-13).

Argentina raih medali perunggu | Sumber: en.volleyballworld.com
Argentina raih medali perunggu | Sumber: en.volleyballworld.com

7 Pemain Penghuni Tim Impian Olimpiade 2020

Ciamiknya penampilan Earvin Ngapeth terutama di perempat final hinggal final membuat pemain yang berposisi sebagai outside hitter Prancis memang layak dianugerahi gelar MVP.

Earvin Ngapeth, outside hitter Prancis raih gelar MVP voli indoor putra Olimpiade 2020 | Sumber: en.volleyballworld.com 
Earvin Ngapeth, outside hitter Prancis raih gelar MVP voli indoor putra Olimpiade 2020 | Sumber: en.volleyballworld.com 

Pemain bernomor punggung 9 ini memang berkontribusi besar dalam perolehan poin Prancis saat jumpa ROC. Tercatat Ngapeth mencetak 26 poin (21 poin attactk, 2 block, dan 3 aces).

Middle blocker favorit saya, Ivan Iakovlev juga masuk dalam deretan 7 pemain terbaik. Iakovlev yang pada VNL 2021 lalu tidak dimainkan justru kali ini menjadi pemain kunci ROC. Selama gelaran Olimpiade 2020 ini, ia berada di peringkat pertama best blocker dengan raihan 21 poin block.

Ok daripada kepanjangan dan penasaran, berikut daftar 7 pemain terbaik voli indoor putra Olimpiade Tokyo 2020.

MVP: Earvin Ngapeth (Prancis)
Outside Hitters: Earvin Ngapeth, Egor Kliuka (ROC)
Setter: Luciano De Cecco (Argentina)
Middle Blockers: Barthelemy Chinenyeze (Prancis) , Ivan Iakovlev (ROC)
Libero: Jenia Grebennikov (Prancis)
Opposite: Maxim Mikhaylov (ROC)

Selamat untuk Prancis yang sukses cetak sejarah dengan meraih medali emas untuk pertama kalinya.

Persaingan kedua tim nampaknya akan kembali terjadi di bulan September mendatang.  Prancis dan Rusia (ROC) akan sama-sama turun di Men's European Volleyball Championship yang akan berlangsung 1-19 September 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun