Keberhasilan tim voli putra Indonesia meraih kembali medali emas setelah 10 tahun masih menjadi bahan perbincangan seru di kalangan pecinta voli tanah air bahkan Filipina.
Namun, tak hanya kegemilangan performa tim voli putra saja yang layak dibicarakan, karena penampilan tim voli putri Indonesia juga sudah sepatutnya mendapatkan apresiasi serupa.
Pada SEA Games ke-30 yang baru saja usai digelar, tim voli putri Indonesia memang gagal mempertahankan medali perak yang mereka raih dua tahun lalu di Kuala Lumpur dan hanya bisa membawa pulang medali perunggu.
Perjuangan untuk mendapatkan medali perunggu pun tergolong tidak mudah. Bagi Indonesia, untuk mendapatkan perunggu harus ditebus dengan tetesan keringat dan semangat pantang menyerah dari Wilda Siti Nurfadilah dkk.
Kalau pembaca sempat menyaksikan pertandingan perebutan medali perunggu antara tim voli putri Indonesia dengan Filipina pasti akan mengingat momen-momen jantung mau copot dan geregetan dari pertandingan yang berlangsung selama 139 menit itu.
Sebelum mengingat kembali tentang pertandingan yang endingnya bikin saya mau nangis karena bahagia. Mari kita take a look beberapa fakta serta informasi dari salah satu cabor populer di tanah air ini.
Satu hal yang membuat saya mengerutkan kening ketika melihat hasil pengundian grup cabor tim/beregu di SEA Games 2019 adalah karena mendapatkan fakta bahwa tim yang akan meramaikan persaingan di cabor bola voli indoor putri hanya ada 4 tim.
IYA CUMA 4. (sedih akoh tuh)
Empat tim yang yang memang langganan jadi semifinalis, yakni sang juara bertahan Thailand, Vietnam, Indonesia, dan so pasti tuan rumah Filipina.
Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan gelaran SEA Games di edisi sebelumnya yang mana diikuti 6 tim peserta, termasuk Myanmar dan Malaysia.
Minimnya jumlah peserta ini membuat pertandingan tidak dibagi ke dalam beberapa pool dan hanya dikumpulkan dalam 1 pool saja dengan menggunakan sistem round robin.