Mohon tunggu...
Nindy Prisma
Nindy Prisma Mohon Tunggu... Buruh - buruh di balik kubikel dan penikmat pertandingan olahraga

...Real Eyes Realize Real Lies...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sentilan terhadap Fenomena Kawin-cerai ala Talak 3

20 Februari 2016   06:45 Diperbarui: 6 Juli 2016   21:26 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bimo, Bagas dan Risa| Ilustrasi: Instagram Laudya Cynthia Bella"]

[/caption]Tidak ingin membuang banyak waktu, Bagas melakukan segala cara, mulai dari memalsukan surat nikah dan akta cerai sampai mencari laki-laki yang mau dijadikan suami kontrak untuk Risa. Di sinilah berbagai kekonyolan mulai terjadi. Apalagi ketika niat Bagas untuk memalsukan surat nikah dan akta cerai serta kembali menikah di KUA terhalang oleh seorang penghulu bernama Basuki (Dodit Mulyanto) yang terkenal sangat susah disuap. 

Gagal dengan usaha pertama, Bagas melancarkan usaha berikutnya, yaitu mencarikan laki-laki yang mau dijadikan suami kontrak buat Risa. Pencarian yang dibumbui dengan aksi kocak para figuran itupun yang kerap memancing gelak tawa penonton, sampai akhirnya Bagas menemukan calon suami kontrak yang cocok bagi Risa. Dia adalah sahabat sekaligus rekan kerja mereka berdua, Bimo (Reza Rahadian). 

Bimo dan Risa adalah sahabat sejak kecil, namun dalam hal pekerjaan Bimo lebih sering membantu dan berpihak pada Bagas terutama setelah keduanya sahabatnya itu bercerai. Ide gila yang dicetuskan Bagas tak pelak membuat Bimo terkejut dan menolaknya. Penolakan yang bermuara pada satu alasan, yakni rasa cinta dan sayang pada salah satu di antara mereka.

***

Mengangkat tema tentang pernikahan tentu membuat beberapa orang akan langsung berpikir mengenai hal yang serius. Pernikahan memang sesuatu yang sakral dan diinginkan hanya terjadi satu kali seumur hidup. Namun, menyatukan dua pribadi yang berbeda dalam satu naungan bernama pernikahan tentu saja tidak mudah, ditambah dengan sifat egois yang merupakan pembawaan lahir dari manusia membuat perbedaan tersebut bisa menjadi masalah besar yang menjadi pemicu keretakan rumah tangga. 

Kawin cerai di Indonesia saat ini sudah menjadi hal yang biasa dan sering terjadi di kalangan publik figur, namun nyatanya bukan hanya publik figur saja yang mengalaminya, karena fenomena kawin cerai juga terjadi di kalangan masyarakat. Hal inilah yang coba diangkat oleh Hanung dan Ismael. Lewat Talak 3 keduanya seolah menyentil para pasangan yang dengan mudahnya memutuskan untuk menikah dan berpisah hanya karena kemarahan sesaat dan keegoisan yang membuat mereka mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. 

Selain memang mengambil tema besar tentang pernikahan terutama fenomena kawin cerai. Hanung dan Ismael juga menyelipkan sindiran yang disampaikan lewat tokoh Basuki. Basuki yang sudah dimutasi sebanyak 70 kali ini adalah seorang penghulu digambarkan sebagai seorang abdi negara yang jujur, bersih, anti suap dan selalu mengingatkan rekan kerjanya untuk tidak mengais uang haram.  Ini seolah menyindir semakin banyaknya abdi dan aparatur negara yang terjerat korupsi, bahkan sampai ke lingkungan yang mengurusi soal urusan agama termasuk KUA. 

Dodit Mulyanto, komika jebolan SUCI 4 -yang akhirnya main film juga- ini dapat dengan apik memerankan tokoh Basuki. Meski awalnya terlihat menyebalkan tapi Basuki menjadi salah satu tokoh favorit penonton termasuk saya yang sudah ngefans sama Dodit sejak dia masuk menjadi finalis SUCI 4. 

[caption caption="Para pemain dan sutradara Talak 3| Ilustrasi: Twitter Hanung Bramantyo"]

[/caption]Kembali ke alur cerita, Hanung Bramantyo memang terkenal mampu menduetkan tema cinta dan pernikahan yang tidak hanya diselipi oleh unsur komedi tetapi juga sindiran halus pada fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dan meramunya menjadi sebuah film yang enak ditonton dan tidak monoton. Tapi ada satu hal yang menurut saya jadi kelemahan dari film ini, yakni adanya ketimpangan antara unsur drama dan komedi yang terlihat jelas. 

Di awal sampai tengah cerita kita disuguhi oleh komedi dari para aktor atau cameo yang berasal dari stand up comedy juga pelawak yang benar-benar mampu membuat satu teater tertawa terbahak-bahak. Namun memasuki fase klimaks unsur komedi seolah-olah dihilangkan dan cerita lebih banyak didominasi dengan drama dan bergolakan batin ketiga tokoh utama dan itu terjadi sampai di akhir film. 

Ending yang mudah ditebak juga menjadi catatan kelemahan film ini, meski apresiasi tentu harus tetap diberikan terutama karena Hanung dan Ismael  berusaha untuk membuat ending yang mudah ditebak itu menjadi lebih sentimentil dan mampu membuat mata para penonton perempuan berkaca-kaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun