Mohon tunggu...
Nindy Prisma
Nindy Prisma Mohon Tunggu... Buruh - buruh di balik kubikel dan penikmat pertandingan olahraga

...Real Eyes Realize Real Lies...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Surat dari Praha, Kisah Cinta Sejati yang Terhalang Tirani

1 Februari 2016   12:43 Diperbarui: 17 Februari 2016   19:43 6073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan seperti yang diceritakan dalam film, keengganan para MAHID mengakui rezim Orde Baru harus dibayar mahal. Tidak hanya di cap sebagai Soekarnois, tapi mereka juga di cap sebagai komunis. Meski sebenarnya banyak dari para MAHID yang menolak Orde Baru tersebut dengan tegas menyatakan bahwa mereka BUKAN KOMUNIS. Namun, yang lebih menyakitkan dari semuanya adalah dicabutnya kewarganegaraan Indonesia para MAHID tersebut hingga mereka tidak lagi memiliki kesempatan untuk kembali ke tanah air dan harus hidup terasing di negeri orang.

Latar belakang sejarah 1965 yang diangkat lewat film Surat dari Praha ini seolah membuka sebuah cerita yang jarang diangkat dan diketahui masyarakat. Sebuah fakta bahwa lahirnya rezim Orde Baru yang penuh dengan pergolakan tersebut nyatanya masih meninggalkan dosa dan luka terutama pada mereka, orang-orang yang tidak pernah diadili tetapi dipaksa menerima hukuman hanya karena mengambil keputusan yang tidak sejalan dengan pemerintahan.

Hmm, kok semakin lama pembahasannya semakin berat ya, jadi mari kita sudahi pembahasan tentang sejarah yang menjadi latar belakang film ini sebelum jadi semakin panjang, hehe. Bagi saya dan mungkin bisa dijadikan referensi bagi teman-teman yang berencana menonton film yang dibintangi Tyo Pakusadewo, Julie Estelle dan Widyawati ini adalah sebuah hasil karya yang mampu secara apik mengemas sejarah lewat romansa cinta yang meski berjalan lambat sepanjang adegan tetapi tidak membuat penonton bosan.

[caption caption="Pemeran utama film Surat dari Praha, Julie Estelle dan Tyo Pakusadewo,| Ilustrasi: Twitter @SuratDariPraha"]

[/caption]Keberanian dan tangan dingin Angga Dwimas Sasongko untuk mengangkat tema peristiwa 1965 yang bagi sebagian orang termasuk hal yang sensitif untuk diungkit patut diapresiasi. Tentu tidak mudah menggarap film yang mengambil latar belakang sejarah Indonesia dan untuk itu Angga dan timnya rela menghabiskan waktunya selama tiga tahun untuk melakukan riset demi pembuatan film ini dan perjuangan itu seolah terbayar lewat hasil karya yang -sekali lagi- akan membuat para penonton terpuaskan. Sayangnya film ini tidak banyak menyajikan adegan yang mengeksplorasi keindahan Praha, seperti kebanyakan film Indonesia yang mengambil setting tempat di luar negeri.

Selain menyajikan cerita yang apik dan menarik, hadirnya lagu-lagu cinta karya Glenn Fredly juga akan membuat kita hanyut dan terbuai lewat lirik dan arassemen lagu yang sudah tidak diragukan lagi dan tentu saja menjadi nilai plus dari film ini. Ibarat kata pepatah lama, sekali dayung dua tiga pulang terlampaui. Hadirnya tema cinta dan lagu-lagu Glenn Fredly juga diakui oleh Angga sebagai usaha yang relevan dan daya tarik yang digunakan agar para penonton dari kalangan generasi muda yang hanya sedikit mengetahui serpihan sejarah peristiwa 1965 hanya lewat buku-buku pelajaran sejarah di sekolah tergerak untuk datang dan menonton film ini.

Jadi jangan ragu untuk datang ke bioskop dan menonton film ini, karena setelah menonton filmnya mungkin Anda akan memikirkan hal yang sama seperti yang saya pikirkan, bahwa sudah saatnya bagi mereka yang masih terjebak nostalgia pada slogan “Piye enake jamanku toh?” untuk membuka mata dan move on.

“Politik berubah, kekuasaan berubah, ilmu pengetahuan berubah, hanya cinta dan musik yang tidak pernah berubah.” - Jaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun