Kisah diatas bisa kalian saksikan sendiri di film Catatan Akhir Kuliah (CAK) yang sedang tayang di bioskop. Jay Sukmo, sang sutradara mengemas film ini beda yaitu dengan menyusunnya dalam “bab-bab” layaknya skripsi, ada bab latar belakang sampai kesimpulan dan saran. Setiap bab berisi kilas balik disertai setting waktu semester yang dilalui oleh Sam dan teman-temannya.
S.K.R.I.P.S.I. Cuma tujuh huruf yang digunakan untuk merangkai kata itu, tapi butuh ribuan bahkan mungkin jutaan huruf untuk membuat skripsi jadi sebuah bentuk utuh yang tidak cuma bisa dilihat, diraba tapi juga patut dipertanggungjawabkan. Skripsi jadi pintu gerbang pertama dari masa depan yang ada setelah kalian keluar dari rumah belajar yang begitu besar bernama kampus.
Sejak masih berstatus mahasiswi dan sampai sekarang saya selalu mengingatkan diri saya dan orang-orang disekitar saya bahwa setiap skripsi pasti punya cerita masing-masing, cerita yang akan selalu diingat bahkan sampai kalian tua nanti. Saya yakin setiap orang pasti punya cerita menarik sewaktu menyelesaikan skripsi mereka.
Saya misalnya, harus menambah satu semester lagi hanya untuk menyelesaikan skripsi saya karena pergantian judul skripsi yang harus saya lakukan tepat beberapa minggu sebelum saya maju untuk mempresentasikan proposal di Sidang Pra Skripsi.
Sedih, bukan hanya karena saya gagal lulus sesuai dengan prediksi saya tapi juga karena harus bayar uang semesteran lagi. Tapi, beruntungnya saya punya Dospem yang selalu memberikan semangat dan yang lebih penting, dosen yang gampang ditemui kapanpun mahasiswa membutuhkannya. Ada satu nasihat beliau yang masih saya ingat karena itu yang jadi pelecut semangat saya waktu itu.
“Kalau kamu mengerjakannya dengan benar dan cepat, Ibu juga bisa cepat memeriksanya, tapi kalau kamu malas-malasan, Ibu ndak bisa bantu apa-apa. Kamu yang menentukan, kamu mau lulus cepat atau lama.”
Kalimat ajaib yang saya yakin bikin mahasiswa manapun pasti langsung semangat buat menyelesaikan skripsinya. Sampai sekarang saya selalu bersyukur dibimbing oleh dosen seperti Bu Trityatma atau yang biasa kami panggil dengan Bu Nunu, karena tidak ada yang lebih nyaman dibandingkan kamu punya Dospem yang tidak cuma gampang ditemui tapi juga gampang berbaur, lapang dada menerima keluhan mahasiswanya dan asik seperti beliau.
Prinsipnya Bu Nunu, dosen ya tugasnya membantu mahasiswa, selalu ada kapanpun mahasiswa butuh, bukan sebaliknya, selalu ngilang kalau mau ditemui mahasiswa. Dahsyat kan prinsipnya, jelas saja banyak yang sayang dan cinta sama dosen yang satu itu. Ah jadi kangen Bu Nunu neh, semoga beliau selalu sehat dan sukses.
Itu sedikit cerita dibalik skripsi saya dan tentunya masih banyak cerita lain yang dialami teman-teman saya yang sampai sekarang masih jadi bahan bercandaan yang selalu sukses bikin kami tertawa tiap kali kami ketemu.
Beberapa diantaranya yang masih membekas adalah cerita teman saya yang sempat digonggongin anjing waktu mau memberikan bahan skripsi untuk sidangnya atau kisah teman saya yang harus rela mengejar dosen ke bandara hanya demi sebuah tanda tangan karena besoknya hari terakhir pemberkasan wisuda.