Mohon tunggu...
M Zuhriansah
M Zuhriansah Mohon Tunggu... Guru - Teacher

"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". - Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontribusi Generasi Millenial: "Dakwah dan Moderasi Beragama di Era Digital"

6 Januari 2024   16:18 Diperbarui: 6 Januari 2024   23:14 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: social-media-modern

Kontribusi generasi milenial dalam menyebarkan dakwah dan memoderasi kehidupan beragama melalui platform digital semakin penting di tengah era disrupsi.

Oleh: M. Zuhriansah

PENDAHULUAN

Di era modern ini, teknologi terus mengalami perkembangan yang pesat. Gadget dan internet telah menjadi bagian tak terpisahkan bagi generasi milenial. Pada tahun 2017, generasi milenial, yang mencakup individu berusia 17-36 tahun, memainkan peran penting sebagai mahasiswa, pekerja awal, dan orangtua muda. Akses mudah ke media sosial memberikan dampak signifikan terhadap penyebaran berita palsu (hoax) di masyarakat. Hoax mencakup berbagai bidang, mulai dari pendidikan dan kesehatan hingga politik. Ujaran kebencian, baik di dunia nyata maupun virtual, semakin merajalela seiring dengan maraknya hoax, yang pada akhirnya dapat merusak persatuan masyarakat yang dibangun atas dasar gotong-royong. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian ulang dan penerapan berpikir kritis, sebagaimana yang diilhami oleh filsafat yang didasarkan pada hadis Nabi. Pendekatan ini dianggap sebagai solusi yang efektif bagi generasi milenial sebagai benteng pertahanan terhadap godaan efek globalisasi, terutama dalam menanggulangi penyebaran virus hoax yang merajalela. Dengan melakukan pengkajian tersebut, diharapkan generasi milenial dapat berperan aktif dalam menciptakan perdamaian, terutama di Indonesia.

Pilihan untuk menggunakan dakwah digital sebagai upaya meningkatkan pemahaman moderasi beragama telah memberikan dimensi baru dalam dunia dakwah. Keefektifan dan ketersediaan akses yang mudah menjadi justifikasi bagi eksistensi dakwah melalui platform digital. Meskipun demikian, di balik kemudahan yang ditawarkan, terdapat sejumlah kesulitan dan tantangan yang juga perlu dihadapi. Ketidakbijakan dalam pemanfaatan teknologi sering kali menghasilkan dampak serius bagi penggunanya, seperti munculnya intoleransi di antara sesama dan penurunan kesadaran terhadap moderasi beragama. Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi sejauh mana peran generasi milenial dalam mempromosikan moderasi beragama melalui dakwah digital, khususnya dalam meningkatkan pemahaman moderasi di kalangan pemuda. Selain itu, artikel ini juga akan mengulas adab-adab yang perlu diperhatikan dalam berdakwah digital, terutama di tengah era disrupsi saat ini.

Kemajuan dalam teknologi komunikasi telah menghapus batas-batas teritorial dan interaksi fisik, digantikan oleh keterhubungan digital. Perkembangan teknologi juga memberikan kemudahan bagi manusia dalam menjalani kehidupan (Gandur et al., 2020: 41). Meskipun demikian, tidak dapat diabaikan bahwa di balik kemudahan tersebut, terdapat dampak serius pada manusia, terutama generasi muda. Sebagai contoh, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengakibatkan kecenderungan malas belajar, kurangnya interaksi sosial, serta kurangnya kepekaan terhadap lingkungan sekitar (Yuhandra et al., 2021: 81). Selain itu, perilaku intoleran, individualistis, dan kurang sopan dalam berkomunikasi juga dapat muncul, disebabkan oleh kurangnya adab dan pemahaman yang baik terhadap berinteraksi di media sosial (Arini, 2020: 50). Selain dampak tersebut, media sosial juga memiliki potensi mengganggu moderasi beragama dengan penyebaran konten propaganda dan ujaran kebencian.

Islam didefinisikan sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam, sesuai dengan konsep "rahmatan lil alamin". Rahmatan lil alamin mencerminkan kasih sayang dan karunia Allah SWT yang diberikan kepada seluruh makhluk di alam semesta. Dalam konsep ini, Islam menghormati hak-hak asasi manusia, serta menjaga hak-hak binatang dan tumbuhan. Sebagai konsep dasar dalam agama Islam, rahmatan lil alamin diharapkan dapat mengembalikan keindahan Islam yang mungkin telah redup. Rahmat ini dianggap sebagai milik Allah yang disampaikan melalui Islam untuk dinikmati bersama-sama oleh umat manusia. Oleh karena itu, penyebaran Islam di kalangan umat manusia dianggap penting agar hikmahnya dapat dirasakan bersama. Sebagai seorang Muslim, memiliki ilmu berarti tidak hanya diterapkan dalam kehidupan pribadi, tetapi juga disampaikan kepada orang lain. Konsep ini mencerminkan ajaran hadits yang menyatakan, "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat" (HR. Bukhari). Sebagai umat Islam yang beriman, kita memiliki kewajiban untuk menyampaikan dakwah, bahkan jika hanya dengan satu ayat saja.

Dakwah mencakup semua kegiatan yang bertujuan untuk mengajak masyarakat menuju kebaikan dan menghindarkan mereka dari perbuatan jahat, baik melalui komunikasi lisan, tulisan, seni lukis, maupun tindakan, dengan menggunakan metode dan media yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Tujuannya adalah untuk mencapai kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Secara sejarah, dapat diidentifikasi bahwa Islamisasi di nusantara terjadi melalui kegiatan dakwah. Tanpa upaya yang dilakukan oleh para pendakwah, kemungkinan besar tidak akan ada penyebaran Islam yang signifikan di Indonesia sebagaimana yang kita saksikan saat ini.

Dakwah Islam menghadapi dua tantangan yang perlu diatasi secara bersamaan. Pertama, tantangan keilmuan dakwah masih belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan hingga saat ini. Ilmu dakwah cenderung stagnan dalam pengembangan keilmuannya. Jika kita merujuk pada dimensi pengembangan keilmuan tersebut melalui karya-karya ilmu dakwah yang mencolok, tampaknya sulit menemukan karya akademis yang luar biasa tentang dakwah. Kedua, masalah atau tantangan dalam praktik dakwah. Dakwah lisan masih mendominasi dalam aktivitas dakwah di Indonesia, dan banyak tokoh yang mengembangkan dakwah lisan ini. Baik itu dalam bentuk kegiatan dakwah maupun sebagai bagian dari acara-acara khusus seperti pernikahan, khitanan, Jumat, dan lain sebagainya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memasuki dunia Islam, terutama setelah abad kesembilan belas, dianggap sebagai awal dari periode modern dalam sejarah Islam. Interaksi dengan dunia Barat membawa ide-ide baru ke dunia Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dan sebagainya. Semua ini menimbulkan tantangan baru, dan pemimpin Islam mulai memikirkan cara mengatasi masalah-masalah baru tersebut. Di dalam Islam, muncul pemikiran dan gerakan untuk menyelaraskan faham-faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang dibawa oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan cara ini, pemimpin Islam modern berharap dapat membawa umat Islam keluar dari suasana kemunduran menuju kemajuan.

Dengan kata lain, dakwah di zaman modern memerlukan penyesuaian dalam pelaksanaannya dengan situasi dan kondisi masyarakat modern, termasuk aspek materi, metode, dan media yang digunakan. Agar dakwah mencapai tujuan yang efektif di era milenial, seorang juru dakwah sebaiknya memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, menyampaikan materi atau pesan dakwah yang relevan dan aktual, menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi masyarakat modern, dan memanfaatkan media komunikasi yang sesuai dengan perkembangan dan keadaan masyarakat modern yang tengah dihadapi. Kemunculan komunitas dakwah Islam di kalangan generasi milenial juga dapat dianggap sebagai solusi dalam pelaksanaan dakwah. Terlebih lagi jika dipimpin oleh ustad atau ustadzah yang populer di kalangan generasi milenial dan menyampaikan materi yang sesuai dengan fenomena terkini, hal ini dapat menarik minat generasi milenial. Contohnya, keberadaan komunitas kajian Islam menjadi salah satu respons terhadap tantangan yang dihadapi oleh generasi milenial dalam memahami, menerapkan, dan menyampaikan dakwah sesuai dengan kondisi masyarakat dan fenomena yang tengah berlangsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun