Interstudi dan STDI menyelenggarakan Seminar Nasional (Semnas) dengan tema "Transformasi Digital, Dilindas atau Tergilas (Perspektif Komunikasi dan Kebangkitan Ekonomi)" pada Rabu, (7/04/2021).
Jakarta -- Sekolah Tinggi Ilmu KomunikasiSeminar Nasional tersebut dilakukan secara virtual menggunakan aplikasi Zoom Meeting dan YouTube, semnas tersebut dimulai pada pukul 15:00 hingga 17:00 WIB, semnas ini juga dihadiri oleh beberapa narasumber yaitu, Dr. Ismail. MT Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kemenkominfo, Arya Dwi Paramita VP CSR & SMEEP PT PERTAMINA (Persero), Dr. Mochamad Riyanto, S.H, M.Si SEKJEN Asosiasi Televisi Nasional Indonesia (ATVNI), Andi Budimansyah Ketua Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), dan Rizky Fauzi, S.I.Kom., M.I.Kom Dosen Tetap STIKOM InterStudi.
Selain itu, seminar nasional ini juga dihadiri oleh Prof. Dr. Martani Huseini selaku Ketua STIKOM InterStudi & Lecturer Universitas Indonesia, Jhonny G. Plate Menteri Komunikasi dan Informatika, dan juga para mahasiswa Interstudi dan universitas lain di Indonesia.
Pada semnas ini, Rizky Fauzi, S.I.Kom, M.I.Kom selaku dosen STIKOM Interstudi yang menjadi salah satu narasumber berbagi pengalamannya dalam sisi komunikasi terkait perkembangan transformasi digital pada saat ini yang dihubungkan dengan dunia Pendidikan dan edukasi pada masyarakat digital.
Rizky mengatakan, transformasi digital bukan lagi menjadi opsi atau pilihan, melainkan suatu hal yang wajib untuk saat ini. Ia menyebutkan, setengah penduduk di Indonesia telah merasakan akses ke internet, dan 160 juta orang Indonesia telah menjadi pengguna aktif di media sosial.
Ia menjelaskan, media sosial yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia adalah YouTube, Whatsapp, Facebook, Instagram, Twitter, Line, dan masih banyak lagi.
Kemudian, ia memberi 2 pertanyaan bahwa adakah platform media sosial tersebut yang salah satunya milik Indonesia? dan Apakah orang Indonesia dapat membuat platform media sosial seperti itu?
Lalu, Rizky menjelaskan bahwa Indonesia dapat membuat aplikasi sosial media seperti itu sendiri. Ia menyebut nama Novi Wahyuningsih yang merupakan anak muda asal Indonesia yang berhasil menciptakan aplikasi sosial media seperti Whatsapp yang memiliki fitur mengirim pesan, menelepon, video call, dan berbagi file yang bernama Callind.
Namun, ia mengatakan bahwa pemerintah masih kurang maksimal mengenai aturan-aturan atau regulasi dan juga keberpihakan kepada produk atau karya digital dalam negeri. Misalnya Netflix, Youtube, dan platform lainnya yang menghasilkan jutaan dollar tanpa kena pajak.
Kemudian, ia menjelaskan bahwa penting adanya edukasi pada masyarakat untuk menjadi pelaku di dunia digital, dalam arti bukan hanya menjadi pemakai atau konsumen. Namun juga menjadi kreator untuk bersaing dalam bisnis digital untuk memenuhi kebutuhan 272 juta masyarakat Indonesia.
"Untuk itu, Interstudi pada tahun 2018 memperbarui kurikulumnya untuk membantu mahasiswa/i melek dengan teknologi dan dunia digital, serta strategi dan visi dunia digital kedepan, seperti mengenalkan berbagai produk digital, membuat platform digital, membuat inkubasi dan akselerasi bisnis digital, dalam rangka Indonesia Maju 2045." ujar Rizky Fauzi, S.I.Kom, M.I.Kom.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H