Mohon tunggu...
MEUTIA AZZAHRA
MEUTIA AZZAHRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kumpulan artikel

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Memang Bisa Ya, Cinta Melancarkan Laktasi Bagi Bayi?

12 Juni 2024   19:00 Diperbarui: 22 September 2024   00:22 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : desain pribadi

Bagi seorang ibu, memiliki anak merupakan sebuah anugerah dan kebahagian yang besar. Namun disisi lain, Kelahiran anak juga menjadi tantangan yang besar bagi ibu. Mulai dari proses kehamilan, persalinan, nifas hingga merawatnya agar anak tumbuh sehat dan ceria. Apapun yang terbaik untuk anak pasti akan diberikan oleh ibu, salah satuya memberikan ASI untuk tumbuh kembang anak. Seperti yang kita tahu, perkembangan zaman membuat banyak ibu memilih untuk memberikan susu formula dibandingkan ASI untuk anaknya. Hal itu menjadi perhatian khusus bagi WHO, Pemerintah, atau tenaga kesehatan lainnya. hal ini menyebabkan angka pemberian ASI pada anak pun menurun. Tapi, seiring berjalannya waktu sudah banyak program dan kegiatan demontrasi yang dilakukan untuk menganjurkan ibu memberikan ASI bagi anaknya secara eksklusif, yaitu selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun atau lebih.

Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya nutrisi yang anak dapatkan untuk mendorong tumbuh kembangnya. Hanya dengan ASI, anak akan terpenuhi status gizinya, meningkatkan perkembangan kognitif, dan melindungi anak dari berbagai penyakit. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Namun bagi beberapa ibu, khususnya pada primigravida (wanita yang mengalami kehamilan pertama kali) memberikan ASI tidak semudah yang dibayangkan. Banyak faktor yang menyebabkan ASI ibu tidak keluar dengan lancar. Beberapa faktornya ialah, ketidaktahuan ibu dalam Teknik laktasi yang tepat, gangguan hormonal, efek samping penggunaan obat-obatan atau kontrasepsi, stress, atau kondisi dengan penyakit tertentu, misalnya diabetes, anemia, dan lainnya. Untuk itu penting bagi ibu memantau kesehatan baik jasmani maupun rohaninya dan melakukan persiapan laktasi demi kelancaran ASI.

Lalu bagaimana Solusi agar ASI lancar dalam proses laktasi? Seperti yang telah disinggung sebelumnya, salah satu faktor penyebab ASI tidak lancar adalah stress. Hal termudah yang bisa ibu lakukan adalah memaksimalkan kondisi psikologisnya agar tetap sehat dan bahagia dengan mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Lantas apa hubungannya kelancaran ASI dengan cinta? Bisakah sebuah cinta mendukung proses laktasi?

Titik awal anak yang bahagia adalah dari ibu yang berbahagia pula. Bagaimanapun juga, kita akan bisa bermanfaat bagi orang lain jika kita bisa bermanfaat bagi diri sendiri terlebih dahulu. Ibu kerap melupakan untuk mencintai dirinya sendiri dan kebahagiaan dirinya hanya untuk anak sepenuhnya. Sebenarnya, hal tersebut tidak salah, namun dengan kebahagiaan ibu yang utama, maka kebahagiaan tersebut otomatis akan tersalurkan juga pada anak. Jika ibu mencintai dirinya maka akan tercipta kebahagiaan yang besar bagi dirinya, dan kebahagiaan inilah yang akan dirasakan pula oleh anaknya. Oleh karena itu, sebuah cinta dapat menghadirkan kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang yang kita sayangi. Bicara tentang cinta, apakah kamu tahu asalnya cinta dari mana? Dan bagaimana keuntungannya dalam proses laktasi?

Bukan, bukan dari mata turun ke hati. Tapi, Cinta berasal dari hormon oksitosin. Yang kerap disebut juga sebagai hormon cinta karena berkaitan dengan perasaan cinta, kasih sayang, emosi yang baik dan ketertarikan antarmanusia. Hormon ini dikenal dengan perannya dalam sistem reproduksi wanita, merangsang kontraksi Rahim dalam persalinan dan melahirkan, dan berperan dalam proses laktasi. Didalam proses laktasi, Saat bayi menyusui, saraf-saraf kecil yang berada dipayudara akan terstimulasi. Hal ini menyebabkan hipotalamus dan kelenjar pituitary melepaskan 2 hormon, yaitu prolaktin untuk produksi ASI dan oksitosin untuk pengeluaran ASI. Menurut beberapa penelitian, dalam perannya melancarkan ASI, hormon oksitosin mendorong laktasi dengan kontraksi sel mioepitel di saluran alveolar payudara. Kontraksi inilah yang menggerakkan ASI melalui jaringan payudara. Sehingga, saat bayi menyusui, sekresi oksitosin menyebabkan ASI keluar dan kelenjar pituitary akan terus melepaskan oksitosin. Saat bayi berhenti menyusui, pelepasan oksitosin juga akan berhenti.

Proses tersebut akan merangsang “letdown reflex” atau refleks pengeluaran ASI, yaitu sensasi geli pada payudara yang membuat ASI mengalir keluar dari puting. Refleks let-down ini tidak selalu konsisten, terutama pada awal menyusui. Butuh waktu bagi ibu dan bayi untuk berlatih dan membiasakan diri dalam proses laktasi. Jika hormon oksitosin bekerja normal, maka proses laktasi akan berjalan dengan lancar. Kadar oksitosin yang rendah akan menghambat ASI yang keluar dari payudara. Kondisi ini biasanya disebabkan karena ibu mengalami stress. Artinya, stress yang terjadi mempengaruhi kebahagiaan dan cinta bagi ibu pada anaknya.

Nah, sampai disini kamu sudah mengetahui bagaimana respons hormon oksitosin dalam mengeluarkan ASI. Begitu juga bagaimana hubungannya cinta dengan kelancaran ASI. Penting bagi para ibu khususnya primigravida untuk menjaga pola makan yang sehat, gizi yang seimbang, aktivitas yang tidak berlebihan, dan menjaga kondisi psikologis agar tidak menurun, pastinya dengan tetap bahagia. Tentunya, semua hal ini dibutuhkan dukungan dari pasangan, keluarga, dan lingkungan sekitarnya. Tidak lupa untuk rajin melakukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan yang berwenang.

Jangan lupa untuk selalu bahagia dan cintailah dirimu sendiri terlebih dahulu, tebarkan kebahagiaan dan cinta tersebut. Ya,  Ibu!

Referensi :

Anggraini, I. and Andirani, R. (2022) ‘Pengaruh Kecemasan Tentang Pandemi Covid-19 Terhadap Pengeluaran Air Susu Ibu (ASI)’, Jurnal Delima Harapan 2022, 9, pp. 189–197.

Litasari, R., Mahwati, Y. and Rasyad, A.S. (2018) ‘The Effect of Oxytocin Massage on the Expenditure and Production of Breast Milk in Public Mother’, Jurnal Stikes Muhammadiyah Ciamis : Jurnal Kesehatan, 5(2), pp. 61–70.

Ulfa, Z.D. and Setyaningsih, Y. (2020) ‘Tingkat Stres Ibu Menyusui dan Pemberian Asi pada Bulan Pertama’, Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, 16(1), pp. 15–28. 

Wijayanti, A.R. and Komariyah, S. (2019) ‘Pengetahuan Persiapan Laktasi bagi Primigravida di Wilayah Puskesmas Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri’, Jurnal Kebidanan, 7(2), pp. 131–139. 

Carter CS. Oxytocin and love: Myths, metaphors and mysteries. Compr Psychoneuroendocrinol. 2021 Dec 27;9:100107. doi: 10.1016/j.cpnec.2021.100107. PMID: 35755926; PMCID: PMC9216351.

Halodoc, R. (n.d.). Disebut Hormon Cinta, Ini Fungsi Hormon Oksitosin dalam Tubuh. [online] halodoc. Available at: https://www.halodoc.com/artikel/disebut-hormon-cinta-ini-fungsi-hormon-oksitosin-dalam-tubuh [Accessed 4 Jun. 2024].

‌ Ross, H.E. and Young, L.J. (2009). Oxytocin and the neural mechanisms regulating social cognition and affiliative behavior. Frontiers in Neuroendocrinology, 30(4), pp.534–547. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun