Setelah kerusuhan di Mataram pada bulan Januari 2000, Amphibi menjadi semakin besar. Dan seiring dengan semakin besarnya Amphibi, mereka mulai beralih dari usaha jasa perlindungan dan pelacakan barang curian ke penagihan utang, perceraian dan konflik tanah. Mereka pernah menyerang seorang duda tua berkebangsaan Inggris di bulan Mei 2002 untuk memaksa sang duda melepaskan haknya atas barang-barang mantan istrinya. Pada bulan Juni 2002, seorang anggota Amphibi juga pernah menculik dan menyiksa seseorang bernama Amaq Inun agar ia tidak membuat klaim lebih lanjut atas tanah yang diberikan kepadanya oleh pengadilan.
Kalau kita lihat paparan di atas, ada banyak ragam bisnis yang dijalankan oleh ormas-ormas paramiliter. Sebagian usaha itu rentan dengan tindak kekerasan, seperti penagihan utang dan penanganan kasus perceraian. Sebagian lain bisa menimbulkan keresahan masyarakat, seperti pungutan liar. Ada juga yang rentan konflik, seperti penanganan konflik pertanahan atau pengelolaan lapangan parkir yang sering diperebutkan. Sementara itu, usaha jasa keamanan bisa menganggu kerja polisi. Apakah usaha-usaha bermasalah ini akan terus dibiarkan hidup oleh pemerintah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H