Mohon tunggu...
M Zaenun
M Zaenun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jawa Tengah

Yesterday was a bad day, Today is a hard day, and Tomorrow like a arrow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Nenek

6 Januari 2022   19:33 Diperbarui: 6 Januari 2022   19:54 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mita sama sekali tidak percaya dengan apa yang ia lihat, dia hanya terdiam dan tertegun. Neneknya berhenti tepat di depan mita, dengan mata yang sangat jernih ia tersenyum dan mengusap, membelai rambut mita. Neneknya, mbok rasmi memberikan selembar kertas kepada mita dan kemudian berjalan masuk ke kamar rumah. Mita terdiam beberapa menit, dan tanpa menghiraukan kertas pemberian neneknya mita berlari menuju kamar.

Namun ia mendapati neneknya sudah terbujur kaku meninggal dalam kondisi tetap cacat. Sontak tangisan mita pecah, mita memeluk, menggoyang-goyangkan tubuh neneknya, berharap neneknya dapat terbangun.
3 hari telah berlalu, mita masih nampak sedih atas kepergian neneknya. Waktu seperti dipaksa untuk berlalu dan hanya menyisakan masa lalu. 

Seketika mita teringat dengan selembar kertas pemberian neneknya. Ia pun berharap itu bukan sebuah khayalan atau mimpi, dan terbukti mita menemukan kertas itu. Dengan menangis tersedu ia membacanya.
Surat Nenek:

"Cucuku sayang... Mita Tyas Ibas.. nenek sangat menyayangimu. Ketulusan adalah namamu. Sering kau menceritakan kisah Ibu Kartini sebagai pahlawan perempuan Indonesia untuk nenekmu ini, bagi nenek kaulah pahlawan yang sebenarnya.
Kini nenek pergi untuk berkumpul dengan ayah dan ibumu, nenek juga segera akan bertemu Tuhan. Maka akan nenek mohonkan surga untukmu"

Berderai air mata mita membacanya, mita tersadar... Bagaimana neneknya menulis ini dengan keadaan lumpuh seperti itu???
Kertas surat itu adalah kertas cinta yang tertulis dengan pena kasih sayang, dan tangan-tangan ketulusanlah yang menggerakkannya.
Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun