Kedua, berkompetisi melawan BUMN-BUMN negara makmur. Sesungguhnya industri ICT Indonesia merupakan medan kompetisi global. Telkom bersama anak perusahaan Telkomsel sedang berjuang melawan kekuatan negara lain. Indosat dikendalikan oleh Qtel Asia yang bermarkas di Qatar. Sesuai dengan namanya, XL Axiata didukung penuh oleh induknya Axiata, sebuah perusahaan ICT regional bermarkas di Malaysia. Three merupakan bagian dari grup Hutchison, sebuah perusahaan ICT global yang beroperasi di berbagai belahan benua. Axis mendapat dukungan penuh dari induknya Saudi Telecom Company (STC), sebuah perusahaan ICT yang telah beroperasi di berbagai negara Timur Tengah dan Asia.
Ketiga, penetrasi fixed broadband sangat rendah. Meskipun pengguna internet sudah mencapai 55 juta akhir tahun lalu, namun jumlah fixed broadband tidak lebih dari 3 juta, jauh tertinggal dari negara-negara tetangga. Sementara di negara-negara maju, penetrasi fixed broadband justru menjadi perhatian serius. Di Eropa penetrasi fixed broadband mencapai 20 persen, dan China berkisar 6,2 persen. Sebagai BUMN, Telkom memiliki tanggung jawab mewujudkan the true broadband di Indonesia.
Keempat, tantangan FWA. Seperti diketahui, pemerintah berencana menghapus lisensi fixed wireless access (FWA), sehingga operator seluler bakal mendapat perlakuan dan kewajiban yang sama baik FWA (CDMA) maupun GSM. CDMA juga mengalami hambatan roadmap teknologi. Banyak operator CDMA global bermigrasi ke LTE, yang notabene adalah roadmap path-nya GSM. Flexi, produk Telkom yang mengusung teknologi CDMA, baru menggenggam sekitar 15 juta pelanggan, tertinggal dari operator baru Axis dan Three. Dengan kondisi demikian perkembangan dan strategi Flexi ke depan bakal menjadi pekerjaan rumah bagi direksi baru.
Mampukah direksi baru menghadapi tantangan dan terus membesarkan nama Telkom di kancah regional bahkan internasional? Tentu waktu yang akan menjawab. Saham TLKM senin (14/5) kemarin justru jatuh ?. Mungkin hanya respon sesaat. Namun setidaknya formasi direksi bentukan Menteri BUMN Dahlan Iskan ini telah memunculkan optimisme tinggi. Tidak hanya bagi jajaran karyawan Telkom Group yang mencapai lebih dari 26 ribu, namun juga pemegang saham mayoritas, pelaku bursa dan seluruh pihak yang berkepentingan.
Tidaklah berlebihan, jika para direktur muda “di bawah 45” yang menjadi dambaan ini disebut sebagai The Dream Team atau mencomot pernyataan Dirut sebagai The Green Dream Team. Merekalah pemegang mimpi seluruh stakeholders, juga mimpi publik ICT Indonesia. Mimpi menjadikan Telkom sebagai operator ICT berkelas regional bahkan global. Selamat bekerja semoga sukses.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H