Ketika jenis usaha telah diputuskan, investor cukup menempatkan modal 20 persen dari seluruh modal yang dibutuhkan. Kekurangannya sebesar 80 persen akan ditutupi dari pihak lain. Banyak alternatif yang bisa dipilih. Katakan saja, investor memilih dana perbankan sebagai alternatif konvensional. Pada umumnya bank akan meminta jaminan. Jika demikian investor perlu menyiapkan aset lain yang dimiliki sebagai agunan. Namun bisa saja agunan tidak terlalu dibutuhkan mengingat perbankan telah mengetahui reputasi investor.
Langkah selanjutnya, investor menunjuk executive dan tim management sebagai pengelola perusahaan. Investor hanya perlu memastikan, orang yang dipilih dapat dipercaya dan mampu menumbuhkan aset perusahaan. Angka pertumbuhan tidak perlu muluk-muluk, perusahaan cukup diminta mempertahankan aset yang dimiliki dan membayar cicilan bank. Jika perusahaan mampu mencapai return lebih tinggi tentu saja akan memudahkan rencana berikutnya.
Jika perusahaan berjalan sesuai rencana, setiap akhir tahun perusahaan mencatat total aktiva yang relatif tetap, namun komposisi hutang semakin mengecil. Kita asumsikan saja, setelah 7 tahun komposisi hutang tinggal 50 persen. Maka, kini saatnya melakukan aksi korporasi, go public!
Perusahaan diminta melaksanakan IPO (Initial Public Offering) di lantai bursa. Tujuannya memperoleh dana tanpa bunga, minimal sebesar hutang bank yang masih tersisa. Dana hasil IPO dimanfaatkan untuk menutup seluruh hutang bank.
Jika proses ini berjalan sukses, maka perusahaan telah berjalan lebih stabil. Investor tetap menjadi pengendali dan penguasa utama, plus tidak punya kewajiban membayar bunga bank. Jika tahun-tahun berikutnya perusahaan memperoleh untung, investor tinggal membagi keuntungan untuk deviden. Sementara jika perusahaan tidak untung, investor merasa aman saja, karena tidak punya kewajiban maupun hutang apa pun.
Sampai di sini, dapat kita katakan bahwa dengan modal cukup 20 persen, investor akan menguasai perusahaan secara penuh. Menarik? Pastinya!
Setelah perusahaan stabil dan tumbuh, investor dapat memoles untuk dijual sebagian atau seluruh sahammya dengan margin yang menarik. Atau investor duduk manis di rumah menunggu setoran keuntungan beberapa tahun mendatang. Hasil setoran dimanfaatkan lagi untuk investasi di bisnis yang lain. Begitu seterusnya hingga bisnisnya menggurita diberbagai bidang.
Namun, tidak mungkin bisnis yang menarik ini tanpa embel-embel resiko. Lalu, apa resikonya? Resikonya adalah jika perusahaan tidak berjalan sesuai rencana. Yaitu perusahaan tidak tumbuh minimal untuk mempertahankan aset dan membayar cicilan bank. Lebih celaka lagi jika perusahaan justru merugi. Jadi, kunci berikutnya adalah pertumbuhan dan executive.
Kunci 3 : Pertumbuhan
Dari semua kunci yang akan disebutkan, pertumbuhan merupakan kunci paling menentukan. Bisnis harus bertumbuh minimal sebesar biaya modal. Jika modal yang kita pakai adalah dana perbankan, berarti perusahaan harus mampu memberi return minimal sebesar bunga bank.
Pertumbuhan hanya sebesar biaya modal tidak menjadikan kita sebagai investor aktif. Karena modal yang kita tempatkan akan terhenti dan kita tidak punya kemampuan untuk investasi di bisnis lainnya. Untuk itu, pertumbuhan seharusnya lebih besar dari sekedar biaya modal.