Mohon tunggu...
Mochamad Yusuf
Mochamad Yusuf Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik tentang IT, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, "Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA". Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Master of Facebook (11-Tamat): Menjadi Master yang Ulul Albab

29 Maret 2012   05:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:19 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332997556168369020

Betapa banyak sebenarnya orang Indonesia yang jadi pintar lewat kampus dalam dan luar negeri. Mereka meraih master bahkan doktor. Sekarang saatnya tak hanya pintar, namun juga berbudi dan berprestasi! Oleh: Mochamad Yusuf* Dua hari setelah wisuda ada sebuah SMS masuk dari dosen S2 saya, “Selamat menempuh hidup baru menyandang beban akademik dan moral yang lebih besar.” Saya tersenyum dengan sms ini. Ucapannya seakan-akan saya baru saja menikah. Saya balas sms tersebut, “Semoga jadi cerdas, berbudi dan berprestasi. Dan bisa mengharumkan nama almamater.” Ya, saya perlu membalas dengan ucapan ini, karena terngiang-ngiang dengan perkataan Rektor saat acara malam pelepasan alumni. Rektor untuk meminta kita sebagai master yang cerdas, berbudi dan berprestasi. Saat masih di kuliah, kampus mempunyai kewajiban mencerdaskan mahasiswanya melalui perkuliahan, penelitian dan diskusi-diskusi. Kampus juga membantu pembentukan insan berbudi melalui pemahaman etika dan budi pekerti. Namun diharapkan setelah keluar dari kampus, para alumninya dapat mengaplikasikan ilmunya pada bidangnya masing-masing. Lalu bersungguh-sungguh secara profesional terus berkarya di jalurnya. Syukur-syukur juga bisa mencetak prestasi. Betul. Saya setuju dengan permintaan rektor ini. Betapa banyak sebenarnya orang Indonesia yang jadi pintar melalui kampus-kampus dalam dan luar negeri. Tak sedikit mereka meraih gelar master bahkan doktor dari universitas-universitas top dunia. Sekarang saatnya tak hanya butuh pintar, namun juga berbudi. Mereka berkarya di bidangnya seharusnya memahami etika dan tak melanggar hukum. Mereka seyogyanya santun dan memperhatikan orang lain. Mereka seharusnya tak merugikan kepentingan orang lain bahkan tak mengambil hak orang lain yang bukan jadi haknya. Mereka tak boleh korupsi dan hanya mementingkan diri, keluarga dan kelompoknya. Ini sudah sangat bagus, bila para orang pintar itu baik strata 1, 2 dan 3 melakukan hal di atas. Syukur-syukur mereka tak sekedar berkarya, tapi juga berprestasi. Menciptakan temuan baru, inovasi baru, solusi baru dan pencapaian-pencapaian lain yang akan mengharumkan nama bangsa. Permintaan rektor ini kelihatannya sederhana. Namun setelah lama saya selami, berat juga. Namun hidup hanya sekali. Kapan lagi kesempatan untuk menjadi cerdas, berbudi dan berprestasi? Balasan sms dosen S2 saya sangat membesarkan hati, “Maaf pak Yusuf, dimana pun tetap harum meski tak berprestasi. Hehehe.” Saya tak tahu apakah ini hanya basa-basi. Namun sms ini jadi beban bagi saya. Saya harus membuktikan minimal berniat mewujudkan permintaan rektor itu. Dan seperti perkataan dosen saya, Prof. Sam Abede, dalam orasi ilmiahnya di acara wisuda, bila lupa dengan pesan rektor ini, tataplah ijazah dan buku wisuda. Karena terpampang foto sang rektor. Ini akan mengingatkan pesan-pesannya, karena namanya sebenarnya pesan itu. Ya, nama rektornya adalah pak Ulul Albab. Ulul Albab adalah bahasa Arab yang memiliki arti kurang lebih menjadi cerdas, berbudi dan berprestasi. Dengan begini InsyaAllah pak Ulul Albab, saya akan jadi master yang Ulul Albab. [PURI, 21/3/2012 siang] ... TAMAT. Serial tulisan ini sebenarnya saya rencanakan hanya sampai 10 tulisan. Entah nanti kalau punya ide lagi, saya mungkin saja melanjutkan kembali. Kenyataannya serial ini saya sudahi dengan 11 tulisan. ~~~ Tulisan iseng ini hanya memperingati, ternyata saya bisa melewati juga keprihatinan babak II ini. Tujuan tulisan ini untuk memberi semangat anak-anak saya untuk selalu belajar. Semoga kelak Zidan dan Zelda membaca tulisan ini. Tulisan-tulisan tentang ini bisa anda ikuti di serial ‘Master of Facebook’. ~~~ *Mochamad Yusuf adalah magister komunikasi yang meneliti tentang Facebook. Karenanya dijuluki temannya sebagai Master of Facebook. Dia adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun