2. Abtraksi (mengosongkan – tajrid) Kerja akal untuk menghilangkan kekhasan (partikular) pada sebuah realitas pengetahuan yang kemudian melahirkan pengetahuan universal tentang realitas tersebut. Misalkan, akal kita mengkonsepsikan dua sosok manusia bernama Hasan dan Husein, kemudian menghapuskan segalah hal yang menjadi kekhasan masing-masing sosok tersebut. Upaya tersebut akan melahirkan sebuah pemahaman universal tentang manusia akibat abtraksi akal.
3. Membagi (klasifikasi) dengan memisahkan bagian kecil dari sebuah pengetahuan kedalam katagori-katagori adalah salah satu kerja akal dalam mendapatkan sebuah pengetahuan baru. Misalkan, ketika akal membayangkan sebuah pohon dan kemudian membaginya kedalam katagori sub-sub atau bagian kecil yang terdiri dari batang, daun, akar, dan seterusnya.
4. Menyimpulkan (intiza) Lahirnya sebuah pengetahuan dari sebuah pengamatan atas sebuah realitas yang memiliki hubungan sebab akibat adalah upaya penyimpulan (kongklusi) akal. Misalkan, ketika akal memahami hubungan realitas panas dengan memuainya logam maka diperolehla dalam fenomena tersebut panas sebagai sebab memuainya logam yang padat dan keras.
5. Menggeneralisasi Pemahama akal pada contoh diatas bahwa logam apabila dipanaskan akan memuai adalah upaya generalisasi (induksi) akal. Hal ini karena pengamatan atas memuainya logam jika dipanaskan hanyalah dilakukan pada sampel atau sejumlah contoh kecil jenis logam saja kemudian akal mereduksi atas hasil pengamatan partikular tersebut pada seluruh jenis logam didunia.
6. Mendalami Saat kita mengetahui bahwa Nabi Islam memerintahkan kita shalat dan memahami bahwa shalat akan kehilangan makna kecuali dengan adanya penerimaan maka kita pun sampai pada suatu kesimpulan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang shalat yaitu sempurnanya shakat dengan mengejewathnya atau hadirnya hati dalam setiap gerakan-gerakan fisikal shalat.
Penghalang hadirnya pengetahuan dalam benak
Setiap presepsi (pengetahuan) yang bersumber baik dari indera maupun akal memiliki penghalang dan syarat-syarat akan hadirnya. Dan untuk menyumpurnahkan pengetahuan yang kita miliki merupakan suatu keharusan bagi kita untuk mengenal hambatan dan syarat sempurnanya pengetahuan tersebut. Tentu sebelum penghalang dan syarat-syarat yang dimaksud belum terpenuhi maka merupakan suatu kemustahilan bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan secara sempurna.
Adapun penghalang dan syarat-syarat tersebut pada etape presepsi indera dengan mudah kita mengetahui adalah rusaknya (cacat) pada salah satu atau lebih pancaindera yang dimiliki manusia. Hal ini menyebabkan manusia dalam dua kondisi. Pertama, terhalang dari berpengetahuan yang benar seperti rabun pada mata akan menyebabkan seseorng sulit mengetahui warna-warna dan lain-lain dengan benar. Kedua, terhalang dari mengetahui itu sendiri seperti butanya mata seseorang yang mengahalangi sama sekali manusia untuk mengenal bentuk warna-warna.
Sementara penghalang hadirnya pengetahuan yang diperoleh melalui presepsi akal membutuhkan ragaman dan rician penjelasan yang mendalam karena berkaitan dengan kejiwaan manusia seperti tema-tema pembahasan irfan:
1. Suasana hati (hawa)
2. Kecenderungan (Cinta)
3. Kekufuran
4. Berlebihan (al-israf)
Sebagaimana penghalang pengetahuan indera akan menyebabkan kepada dua kondisi maka pada pengetahuan yang diperoleh dari presepsi akal juga demikian yakni penghalang dari berpengetahuan yang benar dan terhalang dari mengetahui itu sendiri. @MYusranRSO
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H