Mumpung sekarang lagi ramai, melihat aksi mbak Rara "sang pawang hujan" dalam gelaran motoGP kemarin dan kontroversi yang terjadi seputar masalah syirik. Sampai-sampai pihak resmi motoGP mengakuinya dengan ungkapan "IT WORKED".Â
Pernah tahu cerita tentang pawang hujan yang menggunakan jimat dalam praktek mereka?Â
Imam Ibnu Hajar al Haitamiy dalam kitab "As Showa'iq al Muhriqoh" menuliskan kisah bahwa dahulu kala, saat terjadi paceklik yang hebat, Kholifah Al Mu'tamid bin Mutawakkil (periode 870-892 M) pernah memerintahkan rakyatnya untuk keluar rumah dan melaksanakan sholat istisqo' selama tiga hari, tapi tidak berhasil. Karena tidak kunjung hujan, orang-orang Nasrani keluar rumah bersama pendetanya. Ketika sang pendeta mengangkat tangannya ke langit, tiba-tiba saja hujan turun dengan lebatnya. Hari yang kedua juga begitu. Akhirnya, sebagian orang muslim menjadi ragu bahkan sebagian menjadi murtad. Hal ini membuat rasah sang khalifah.
Beberapa saat kemudian, sang kholifah menyuruh Imam Hasan Al 'Asykariy didatangkan. Khalifah Mu'tamid berkata kepada Imam Hasan, "temuilah umat Islam (umatnya kakekmu Muhammad), sebelum mereka semua binasa (karena murtad)". Imam Hasan lalu menjawab, "suruh rakyat keluar besok (termasuk pendeta Nasrani dan pengikutnya), aku akan menghilangkan keraguan mereka."
Sama seperti kejadian dua hari kemarin, ketika sang Pendeta mengangkat tangannya, tiba-tiba langit jadi mendung, dan pas sebelum turun hujan, Imam Hasan bergegas memerintahkan pengikutnya untuk memegang tangan sang Pendeta. Ternyata di tangan pendeta terdapat jimat berupa tulang manusia, lalu diambillah tulang manusia tersebut dari tangannya. Kemudian Imam Hasan berkata kepada sang Pendeta, "mintalah hujan sekarang". Ketika sang pendeta mengangkat tangannya (tanpa jimat tulang manusia), justru mendung jadi hilang dan muncullah matahari.
Rakyat yang menyaksikan semua fenomena itu terheran-heran, lalu sang Khalifah berkata, "Apa maksud semua ini?" Imam Hasan menjawab, "benda ini adalah tulangnya seorang Nabi, pendeta ini mendapatkannya dari sebuah kuburan. Ketahuilah, "tidak akan dibuka tulangnya seorang Nabi di bawah langit, kecuali langit itu sendiri akan mencurahkan hujan dengan lebatnya."
Kemudian banyak orang mencoba tulang tersebut dan terjadilah seperti apa yang dikatakan oleh Imam Hasan dan hilanglah keraguan dari rakyat dan mereka kembali menjadi Muslim.Â
PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL :
1. Sang Pendeta tetap memohon kepada sang Pencipta supaya diijinkan bisa berkomunikasi dan menaklukkan sang mendung (awan).
2. Jimat disini merupakan alat (media) komunikasi dan penakluk.
3. Jimat memang kadang diperlukan. Tidak hanya alat komunikasi dan penakluk sama kucing saja yang memakai jimat berupa ikan asin, atau memakai jimat wajah ganteng dan dompet tebal untuk komunikasi dan menaklukkan sang kekasih.
CATATAN :
1. Para Nabi dan waliyullah juga pernah berkomunikasi dan menaklukkan makhluk Allah yang lain, seperti hewan, jin, awan, bulan, pohon, dan lain sebagainya.Â
2. Jangan langsung menuduh musyrik atau syirik seorang muslim, jika dia memakai Jimat, khawatir dia juga memohon dan berdoa kepada sang Pencipta. Siapa yang tahu hati seseorang?Â
3. Kalau tetap nggak percaya adanya jimat, jangan jauh2.. jadikan orang tua sebagai "jimat". Dijamin Ampuh bener..Â
KESIMPULAN :Â
Kita boleh tidak setuju dengan pawang hujan, tapi jangan mudah atau langsung menuduh seorang muslim itu syirik, kufur, musyrik, atau kafir. Tabayyun atau klarifikasi dulu.. berat soalnya, kalau ternyata hatinya tidak syirik, tetap memohon kepada Allah, sang Pencipta..
Referensi : As Showa'iq al Muhriqoh, Ibnu Hajar Al Haitamiy, Juz 2, halaman 596
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H