Ultras Ahlawy, kelompok pendukung fanatik Al Ahly begitu cintanya pemain ini. Suatu ketika, Tawfik Okasha politikus Mesir mengata-ngataiAboutrika di televisi sebagai (maaf) "sampah" karena kedekatannya dengan gerakan terlarang Ikhwanul Muslimin (Islamic Brotherhood).
Ultras Ahlawy sontak tersengat! Mereka membela sang idola dengan lantang meneriakkan chants balasan yang lebih keji kepada Okasha dalam sebuah sesi latihan Al Ahly. Saking kotornya isi yel-yel tersebut, saya merasa tidak pantas untuk menyebutkannya di sini kepada anda para pembaca. Apalagi Anda yang di bawah umur dan belum akil balig.
Memekik chant tidak senonoh bukanlah tindakan yang terpuji. Janganlah sekali-kali fans tanah air yang mengaku sebagai patriot Pancasila menirunya. Tapi aksi Ultras Ahlawy ini menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang layak dicinta.
Pemerintah Mesir pernah membekukan asetnya tahun 2015 akibat sangkaan mendanai gerakan Ikhwanul Muslimin. Selanjutnya pada Januari 2017 pemerintah memasukkan namanya dalam daftar teroris yang harus diwaspadai. Akibatnya Aboutrika terpaksa berdomisili di Qatar dan kini aktif sebagai pandit di stasiun olahraga yang sama dengan Pangeran Siahaan.
"Terusir" dari tanah air memang berat dan menjadi ujian bagi para orang hebat. Seperti halnya para pahlawan nasional kita yang harus hidup di pembuangan atau Nabi Muhammad yang harus hijrah dari Mekkah ke Madinah. Saat ayahnya wafat Februari 2017 silam, sampai Aboutrika tidak bisa menghadiri prosesi pemakaman karena khawatir terjadi hal yang tak diinginkan. Padahal Aboutrika sendiri menyangkal tuduhan tersebut, ia mengaku sebagai warga negara yang nasionalis dan patuh pada undang-undang.
Apalah artinya tuduhan teroris. Toh cinta pada Aboutrika tak luntur begitu saja, justru simpati yang makin mengalir. Segelintir pembenci memang ada, tapi itu tak ada artinya dibanding cinta yang tulus apalagi dari orang banyak.
Pasca lolosnya Mesir dari kualifikasi Piala Dunia, saya ngobrol dengan seorang teman, fans berat timnas Mesir via media sosial. Setelah mengucapkan selamat atas keberhasilan Mesir, pembicaraan akhirnya menyinggung Aboutrika.
"Aboutrika orang baik. Kami semua (rakyat Mesir) menghormatinya terlepas dari cara pandangnya. Aku pikir dia bukan orang yang pantas disebut teroris. Walaupun kamu tahulah, tinggal di Qatar memang bukan pilihan yang baik," ujarnya mengutarakan respek. Responnya ini mencengangkan saya, padahal pandangan sobat yang satu ini anti terhadap gerakan Ikhwanul Muslimin apalagi dengan hubungan Mesir dan Qatar yang memanas belakangan ini.
Essam El Hadary kiper senior kompatriotnya di timnas angkat suara soal isu yang merundung Aboutrika.
"Bagi saya ia orang baik yang saleh dan taat beragama. Saya akan menjadi orang paling bahagia di dunia andai dia membobol gawang saya. Karena itu adalah sebuah kehormatan," ujarnya.
Tak terhitung pembelaan dari fans bertebaran di media sosial, termasuk dari pendukung Zamalek, musuh bebuyutan Al Ahly. Begitupun Aljazair, rival yang pernah punya hubungan panas dengan Mesir setelah insiden kualifikasi Piala Dunia 2010 tak ketinggalan memberikan rasa hormatnya. Contohnya adalah momen Anugerah Bola Emas Aljazair yang telah disebutkan di atas. Peristiwa lainnya dalam pertandingan Liga Champions Afrika tahun 2011 pendukung klub Aljazair, MC Alger memberikan standing ovation saat Aboutrika diganti keluar.