Mohon tunggu...
A
A Mohon Tunggu... Administrasi - A

A

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Efektivitas dari Iklan Mainstream Indonesia dengan Iklan Kontemporer Luar Negeri

4 Februari 2019   22:04 Diperbarui: 14 Februari 2019   09:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya secara pribadi, Iklan di Indonesia sangat informatif yang kadang dikemas dalam bentuk yang mudah diterima dengan berbagai macam produk budaya, contoh : musik , tari-tarian / senam dan lain-lain, terkadang iklan di Indonesia juga ditemui iklan yang menggunakan "warning" namun masih juga terlalu konvensional. Saya akan berikan beberapa contoh dari iklan yang saya maksud.


Iklan Informatif yang dikemas dalam produk budaya.



But the proverb says "Easy come easy go" mungkin inilah peribahasa yang tepat mengenai efektivitas iklan mainstream di Indonesia, Itu (iklan) sangat mudah untuk dilupakan, dan bahkan beberapa orang tahu pesan dari iklan tersebut, namun orang-orang tersebut tidak memerhatikan aspek terpenting dari iklan tersebut yakni "pesan" yang menjadi inti dari mengapa iklan tersebut dibuat. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya komentar sebagai berikut :

" Lagu nya enak banget, apasih nama lagunya "

" Lagunya download dimana sih"

" Maksudnya apasih gak ngerti gue"

" Anak saya suka banget sampe joget-joget"

   Dan lain-lain

Saya aware jika iklan-iklan tersebut di desain untuk semua, lintas usia dan sosial.

Hal yang perlu diperhatikan adalah  jika iklan merupakan sarana untuk memberikan informasi tertentu, maka pesan iklan tersebut haruslah sampai, teringat dan diterapkan dengan mengubah komposisi struktur dari iklan tersebut. Tapi sejauh yang saya perhatikan belum ada satupun iklan yang begitu powerful dan pesan yang diterima menghujam sampai ke otak pemirsa. Berikut adalah iklan - iklan yang dimaksud :

1. Unsweetened Truth (Truth Orange)

Menggambarkan  penderita penyakit yang disebabkan rokok diajak bernyanyi sesuai dengan suara asli mereka, ditambahkan dengan sarkasme (that's how you make your cancer sweet) membuat iklan ini cukup powerful menurut saya.

2. CDC : Tips From Former Smoker - Terrie.

3. Meth Project - Deep End.

Menceritakan dari sisi pengguna narkoba (crystal meth) yang menjadi jawaban kita betapa sulitnya untuk bebas dari jeratan narkoba. Diperlukan pemahaman mendalam untuk memahami isi dari iklan tersebut.

4. Meth Project - Just Once


Salah satu iklan paling paling brilian menurut saya , bahwa sekali menggunakan narkoba maka anda akan meneruskan lingkaran setan yang sudah anda buat kepada orang lain.

Jadi inti dari iklan-iklan diatas merupakan "showing truth" walaupun kenyataannya memang pahit dan mengerikan , dan tentunya ada unsur scare tactics (spoof/twist ending) yang membuat iklan-iklan tersebut semakin mengena.

Salah satu kesuksesan dari iklan -- iklan sejenis adalah Montana Meth Project dimana mereka berhasil menurunkan persentase remaja pengguna narkoba (khusunya meth) secara signifikan.

Berikut adalah persentase remaja pengguna meth dari tahun 1999-2009 menurut survey YRBS (youth risk behaviour survey).

1999 = 13.5%

2001 = 12.6%

2003 = 9.3%

2005 = 8.3%

2007 = 4.6%

2009 = 3.1%

Saya sangat merekomendasikan untuk melihat Meth Project Series untuk mengamati dan menganalisa bagaimana iklan-iklan ini begitu sukses dalam menurunkan angka pecandu meth di Amerika. Silahkan beri komentar di kolom dibawah.

Tentu saja konsep ini dapat dicontoh oleh Indonesia dalam memberantas narkoba.

Dan tentu saja ada hambatan-hambatan yang membuat realisasi untuk membuat kampanye semacam ini sulit terwujud, seperti tidak cocok untuk anak-anak, mengandung kekerasan dan filtrasi dari lembaga terkait seperti KPI.

Nah, Menurut anda apakah anda setuju dengan opini saya ?. Apakah anda setuju dengan konsep seperti Meth Project ?. Any comment would be appreciated .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun