Mohon tunggu...
Mita Karunia
Mita Karunia Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis untuk menyapa semesta

email : mitakarunia40@gmail.com | https://twitter.com/mitakarunia

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak ASI atau Susu Formula? Dan Persoalan Kental Manis yang Dianggap Susu

24 November 2022   13:13 Diperbarui: 24 November 2022   14:13 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jadi ibunya masih sibuk kerja? Kasihan banget anaknya jadi nggak keurus."

"Yaampun anaknya dikasih susu formula? Kok nggak dikasih ASI? Awas nanti kurang gizi, lho Bun.."

"Udah 9 bulan masih kecil aja bun si Dede. Hati-hati bisa jadi pertanda stunting lhoo.." 

Beberapa kalimat di atas mungkin sudah familiar atau jangan-jangan pernah mengucapkannya pada ibu lain? Kalimat-kalimat di atas adalah contoh perilaku mom shaming. Sebaiknya kalimat di atas perlu dihindari karena percaya atau tidak setiap ibu selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Apakah Anda juga seorang ibu yang mungkin pernah bertanya-tanya, apakah sudah memberikan yang terbaik untuk anaknya? Setiap ibu tak selalu sama dan hebat dalam semua hal. Berbagai perdebatan dari ibu A ke ibu B dan seterusnya sering terjadi. Tetapi dari lubuk hatinya setiap ibu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. 

ASI Adalah Makanan Terbaik Bayi 

Mengupayakan memberikan ASI anak hingga berumur dua tahun adalah salah satu hal yang bisa dilakukan seorang ibu. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dan tidak ada yang dapat menyamai kandungan gizi yang terdapat dalam ASI. Menginginkan ASI untuk bayi sebagai pilihan nutrisi terbaik juga sudah menjadi anjuran dokter.

Namun, sukses mengASIhi nyatanya belum berhasil untuk semua ibu. Beberapa faktor tidak mendukung untuk memberikan ASI anak hingga berumur dua tahun. Misalnya karena bekerja dan tuntunan ekonomi, gangguan Kesehatan, masalah pumping hingga terpaksa menggantinya dengan susu formula dengan anjuran dokter dan segala risikonya.

Penyebutan susu formula perlu diluruskan agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi. Susu formula untuk bayi berumur 0-6 bulan. Sementara bayi berumur 7-12 bulan adalah susu formula lanjutan. Sedangkan susu pertumbuhan adalah susu yang disarankan untuk anak berumur satu tahun ke atas.

Keadaan dan kondisi yang memperihatinkan adalah saat ibu dan keluarga memberikan kental manis yang darimana mereka memiliki persepsi bahwa kental manis adalah susu. Dan menganggap kental manis dapat menggantikan ASI serta memenuhi nutrisi dan gizi bayi.

Fakta Tentang Kental Manis

sumber gambar: http://t2.gstatic.com/
sumber gambar: http://t2.gstatic.com/

Persepsi ini perlu diluruskan dengan edukasi dan fakta-fakta yang ada. Bahwa kandungan gizi yang terdapat di dalamnya sangatlah berbeda. Melalui proses penguapan, kandungan air dalam kental manis sudah diambil dan dibuang. Tekstur yang kental dalam kental manis disebabkan karena penambahan kadar gula yang tinggi.

Sehingga kandungan protein dan gizi yang dibutuhkan bayi menjadi lebih rendah. Selain itu, satu bungkus kental manis memiliki kandungan kalori sebesar 180 kkal dengan rincian 67 % karbohidrat, 30% lemak dan 3% protein.

Dari kadar kandungan pada kental manis dapat disimpulkan bahwa kental manis tidak dapat menggantikan ASI untuk bayi dan anak. Selain itu kadar gula yang tinggi dalam kental manis dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti obesitas dan diabetes.

Solusi yang saat ini dapat ditempuh sebagai pengganti ASI adalah mengonsumsi susu formula. Sebab kandungan proteinnya hingga 9 gram jika dibandingkan dengan kental manis yang hanya 2-4 gram. Hal ini sesuai dengan apa yang dilansir dari detik.com

"Kalau dikasih 50 gram susu kental manis ya cuma 4 gram (proteinnya). Tapi kan kalau cuma dikasih sampai keliatan putihnya itu enggak sampai 4 gram (proteinnya). Jadi berapa proteinnya yang masuk? Bisa-bisa cuma 2 gram, kalau susu biasakan bisa 9 gram," kata dr Titi Sekarindah Sp,GK dari rumah sakit  Pusat Pertamina Kebayoran Baru Jakarta.

Penayangan iklan yang saat ini banyak beredar perlu diregulasi kembali mengingat belakangan ini hati dan pikiran ibu dibuat tidak tenang. Karena banyaknya iklan dan label produk yang menganggap kental manis sebagai susu. Peran pemerintah di sini sangat diperlukan agar dapat memutus edaran iklan kental manis yang menggunakan embel-embel susu.

Stop kata susu dalam iklan dan produk kenal manis. Ganti adegan iklan anak minum kental manis sebagai susu dengan tampilan iklan serta edukasi kental manis sebagai toping dan kreasi dalam aneka makanan dan minuman. Agar masyarakat kita tidak terjebak lagi dalam kental manis yang menyerupai susu.

Dalam menutrisi bayi, ASI tetap juaranya. Akan tetapi mengonsumsi susu formula bukanlah sebuah dosa dalam keadaan tertentu. Penggunaan kental manis sebagai susu pengganti susu formula dan ASI perlu sosialisasi dan edukasi kembali.

Peran bersama-sama mulai dari pemerintah, tenaga medis dan calon ibu serta orang tua sangat diperlukan. Serta sesama ibu dan calon ibu perlu mendukung satu sama lain tanpa mom shaming. Karena pekerjaan menjadi orangtua tidaklah mudah dan tidak pernah ada kata libur. Yuk wujudkan Indonesia generasi emas dengan memberikan nutrisi terbaik sejak dini untuk anak!

sumber bacaan :


https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/22991/Bijak-Konsumsi-Susu-Kental-Manis--Bukan-Sumber-Gizi-Pengganti-ASI.html (diakses Kamis, 24 November 2022)

https://id.theasianparent.com/bolehkah-ibu-hamil-minum-susu-kental-manis (diakses Kamis, 24 November 2022)

https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/fakta-susu-kental-manis/ (diakses Kamis, 24 November 2022)

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4099659/susu-kental-manis-vs-susu-bubuk-perbandingan-protein-dan-nutrisi-lain/4 (diakses Kamis, 24 November 2022)

https://id.theasianparent.com/mom-shaming-pada-ibu-dan-bayi   (diakses Kamis, 24 November 2022)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun