“Get lost and find yourself”
Siapa yang tidak suka liburan? Menelusuri tempat baru, mengabadikannya lensa kamera lalu membaginya lewat cerita. Berlibur menjadi satu hal mewah, awalnya. Dari kesulitan mencari waktu, menentukan tempat wisata dan mahalnya transportasi menuju ke sana.
Tapi, siapa sangka saat ini keadaan bisa berbalik?
Travelling menjadi kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri setelah lelah dan jenuh bekerja, belajar atau sekadar ingin menambah cap di paspor. Tak lagi susah untuk mencari informasi tentang tempat tujuan wisata, karena kehadiran internet sudah sangat membantu. Tiket mahal? Sudah mulai beroperasi maskapai-maskapai LCC seperti Air Asia atau TigerAir.
Begitu pun dengan destinasi lokal Indonesia yang terus berbenah. Menawarkan aneka paket perjalanan sembari menikmati indahnya keindahan alam. Atau, para pelancong dapat memilih waktu liburan bertepatan dengan berbagai acara adat yang menarik, seperti Festival Dieng, Sail Raja Ampat dan lainnya. Serentak, para penggiat usaha pariwisata terus melakukan pembenahan untuk menarik wisatawan, entah dengan iming-iming harga paket yang murah atau eksostisme alam.
Nah, yang sering menjadi masalah kenapa orang malas bepergian atau travelling adalah, karena dia tidak punya teman.
“Kita kan travelling ke tempat baru. Tempat yang belum kita kenal sepenuhnya. Informasi dari internet masih separuh dari kenyataan yang akan dihadapi, kalau ga ada teman, nanti gimana?” , ujar Dita (22).
Ketakutan ketika menginjakkan kaki di tempat yang baru, kekhawatiran jika mengalami kesulitan dan tak ada teman berbagi, membuat kita sering membatalkan rencana perjalanan. Padahal, kita sangat ingin pergi dan kebetulan, tidak ada yang bisa menemani kita saat itu.
Apalagi untuk perempuan. Banyak yang merasa ragu pergi sendiri, takut tersesat, diganggu orang lain dan buruknya, dicopet. Solo travelling cukup menantang untuk dilakukan. Tapi, bukan berarti solo travelling mustahil dilakukan.
Buat Tika (22) , solo travelling itu kesempatan untuk mengenal diri sendiri lebih jauh, ‘me time’ istilahnya.
“Kalau saya sih oke-oke aja solo travelling. Kita bisa lebih bebas, ga terikat jadwal dan ga peduli sama aturan orang lain. Kita sendiri bisa mengukur kemampuan kita berjalan dalam sehari, makan dan penginapan. Asal, semua diperhitungkan dengan matang, solo travelling pasti menyenangkan” , jelas Tika (22).
Kalau kamu, berani, solo travelling?
https://soundcloud.com/ammyta-pradita/solo-travelling
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H