Mohon tunggu...
Yohanes Patrio
Yohanes Patrio Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Harian Lepas

* Seorang Kuli yang Mencoba Beropini. * Pegiat Filsafat, Sastra dan Budaya. * Blog : www.yokonikopinion.com

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengenal Second Order Thingking : Melihat dampak lain dari sebuah solusi

11 Mei 2024   17:30 Diperbarui: 11 Mei 2024   18:49 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah gak sih, mengalami situasi dimana kita terjebak dalam suatu kebiasaan? Terutama apabila itu adalah kebiasaan buruk yang  bersifat adiktif serta susah untuk di kontrol atau dikendalikan.

Kita ambil contoh misalnya adalah  kebiasaan merokok, kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman dengan kadar gula tinggi ( manis - manis).

Atau mungkin kebiasaan lain seperti suka rumpi dan bahas hal - hal yang cendrung negatif. Apakah itu adalah membicarakan orang lain, membahas hal - hal jorok, yang sekali lagi, semua ini membuat kita senangnya bukan main. Dan apabila kebiasaan - kebiasaan itu tidak  dilakukan, maka akan membuat hari - hari kita menjadi tidak bahagia dan  pikiran mungkin terganggu dan kacau balau.

Dari banyak contoh kebiasaan diatas itu, kita coba susutkan lagi satu contoh yang paling lumrah kita jumpai dalam masyarakat umum, sebagai gambaran untuk menjelaskan topik besar dalam pembahasan ini  yaitu kebiasaan merokok.

Sebagai orang yang juga berkebiasaan merokok, saya merasakan banyak sekali kenikmatan dan yang ditawarkan oleh barang satu ini. Saat pikiran kita sedang sumpek, lalu kemudian kita menyabet sebatang rokok, maka saat itu juga semuanya terasa mengalir lancar, tanpa beban.

Perasaan atau kondisi yang dihadirkan saat kita merokok diatas merupakan  konsukuensi atau akibat langsung dari suatu tindakan atau keputusan. Singkatnya, ini kita kenal dengan first order thingking. Ada Masalah - Soulusi - kemudian Hasil. Cukup efisien karena cepat dan mudah yaitu hanya memikirkan hasil atau konsukuensi secara langsung. Namun, dalam menghadapi masalah kompleks, sepertinya kita harus beralih ke opsi kedua yang lebih efektif. Dengan catatan, tidak dalam kondisi atau masalah yang urgen dan mendesak.

Second Order Thingking,  yaitu kemampuan untuk mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang atau dampak kedua dari suatu keputusan atau tindakan. Meskipun second order thingking harus melibatkan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh, tapi ini sangat efektif. Bukan hanya hasil dari suatu solusi atau tindakan yang dipikirkan tapi juga efek samping dari solusi atau tindakan yang digunakan, akan kelihatan. Singkatnya, second order thingking akan mengungkap konsukuensi tersembunyi saat kita membuat suatu keputusan.

Kita kembali ke contoh masalah kebiasaan merokok diawal tadi. Misalkan saya memiliki masalah atau problem pikiran yang sangat rumit. Entah karena masalah keluarga, masalah hubungan atau masalah pekerjaan. Untuk menenangkan pikiran, saya kemudian mengambil sebatang rokok dan segelas kopi ( sesuai kebiasaan saya). Beberapa saat kemudian, semuanya jadi disappear. Mengalir begitu saja dan saya bisa memutuskan untuk mengambil tindakan apa untuk masalah yang sedang dihadapi.

Namun, apabila kita menghadapi masalah - masalah itu dengan menggunakan cara berpikir second order thingking, maka kita akan menemukan efek kedua dari solusi yang kita gunakan.

Untuk sesaat, merokok memang dapat menenangkan pikiran  karena zat nikotin yang dikandungnya. Namun, dalam jangka panjang aktifitas merokok itu kemudian dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan pada paru  - paru, gangguan pernapasan, menyebabkan penyakit jantung dan  bahkan  stroke. Belum lagi efek riaknya terhadap lingkungan dan orang - orang disekitar kita.

Jika teman - teman merasa penjelasannya njlimet dan bertele - tele,  teman - teman bisa mengambil kesimpulan sendiri secara singkat bahwa , second order thingking akan mengungkap konsukuensi tersembunyi disetiap kita membuat keputusan.

Meskipun, membutuhkan sedikit banyak waktu dalam penerapannya, namun dengan menggunakan second order thingking, kita jadi tahu efek samping dari suatu solusi atau keputusan untuk menyelesaikan  masalah ataupun itu hanya sekedar tindakan kita yang kita hadapi dan bisa lebih bijak untuk memilih solusi yang lebih baik dan lebih efektif.

Second order thingking
bisa dipakai untuk berbagai macam persoalan terutama yang sifatnya akut dan kompleks seperti bisnis, dalam pergaulan sosial, atau kebiasan - kebiasaan sehari - hari.

Berikut ini saya sertakan juga cara untuk mengembangkan  second order thingking secara umum.

1. Cobalah memikirkan implikasi dari  tindakan yang kita buat. Saat kita membuat suatu keputusan, luangkan waktu beberapa menit untuk memikirkan semua dampak potensial dari keputusan tersebut. Apa yang mungkin terjadi akibat keputusan ini?

2. Cobalah untuk berpikir jangka panjang. Memang mudah untuk terjebak pada situasi saat ini, seperti keputusan - keputusan cepat kilat diatas tadi, namun penting untuk memikirkan implikasi jangka panjang dari keputusan - keputusan tersebut. Apa konsekuensi dari keputusan ini dalam satu tahun? Dalam lima tahun?

3. Pertimbangkan efek riaknya. Saat kita mengambil keputusan, hal itu tidak hanya memengaruhi kita – namun juga dapat berdampak pada orang-orang di sekitar kita. Apalagi misalnya merokok ditempat umum, dekat ibu hamil atau bahkan di tempat - tempat yang mudah terbakar. Konsumsi alkholo dan jadi pemabuk apalagi di  tanah perantauan beh, riaknya berlipat lipat.  Oleh sebab itu, pikirkan bagaimana keputusan akan berdampak pada orang lain, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Menantang asumsi. Sangat mudah untuk terjebak dalam cara berpikir kita sendiri, namun penting untuk menantang asumsi kita dari waktu ke waktu.

Pasti pernah dengar, orang bilang  seperti ini; " merokok ataupun tidak meerokok tetap meninggal. Karena kematian ada di tangan Tuhan bla bla bla!". Coba pemikiran seperti itu di rekonstruksi. Bagaimana jika mati atau meninggalnya secara alami, sesuai dengan cara Tuhan? Mungkin tidak akan terlalu menyakitkan.

5. Carilah perspektif yang beragam. Saat kita mengambil keputusan, penting untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak. Bicaralah dengan orang-orang dengan latar belakang dan perspektif berbeda untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang situasi atau masalah yang mungkin kita hadapi dan akan kita selesaikan dengan cara tertentu.

Reff :
- https://www.quora.com/How-do-you-develop-second-order-thinking/answer/Check-Point-21?ch=3&oid=385560587&share=2afcae88&srid=3TsHzA&target_type=answer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun