Mohon tunggu...
Yohanes Patrio
Yohanes Patrio Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Harian Lepas

* Seorang Kuli yang Mencoba Beropini. * Pegiat Filsafat, Sastra dan Budaya. * Blog : www.yokonikopinion.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lalat Dan Kehidupan

1 April 2024   08:03 Diperbarui: 9 Mei 2024   19:26 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lalat yang ada dalam bayangan kita adalah lalat yang sama seperti dalam pikiran atau bayangan orang lain. Jika saja lalat tahu bahwa dirinya adalah seekor lalat sebagaimana yang dipikirkan oleh manusia - kehidupannya seperti yang ada dalam bayangan manusia, makanannya adalah sampah dan bahwa  ia identik dengan kotoran, yang mana ini adalah sesuatu yang menjijikan dan sumber beberapa masalah ( wabah dan penyakit), ia tidak akan menjadi lalat yang sejati dan akan mati karena tidak lagi suka dengan sampah dan kotoran yang adalah sumber kehidupannya. Untungnya, ia menolak semua perspektif dan identitas yang dilekatkan padanya yang berasal dari luar dirinya. Jadilah ia seekor lalat yang utuh dan sejati, hewan kecil yang tidak bertaring seperti serigala dan harimau atau berbisa seperti kobra namun sangat "berbhaya" tatkala orang menganggap remeh kehadiranya.

Hari -hari ini saya pribadi hampir saja kehilangan jati diri saya sebagai "seekor lalat" yang waktu kecil begitu melekat dalam diri saya dari segi makanan yang saya contohkan diatas. Hampir menjadi seseorang yang ada dalam pikiran dan pandangan orang lain. Bergerak sana sini, mengejar ini dan itu berdasarkan perspektif masyarakat umum. Bahkan terkadang, melakukan segala sesuatu yang  saya sendiripun tidak tahu arti atau makna sesungguhnya dari tindakan yang saya lakukan itu. Mempercayai dogma  dan aturan tertentu yang  saya sendiri sebenarnya tidak tahu darimana dan siapa yang menciptakan dan untuk apa itu diciptakan, tapi karena terlanjur sudah dianggap suatu kebiasan atau bahkan diklaim sebagai suatu kebenaran, maka saya ikut - ikutan percaya. Dan yang paling gawat adalah saya berusaha mencuri peran orang lain, yang tentu saja berpotensi  menjadikan sandiwara kehidupan saya tidak seru dan menarik untuk ditonton.

Satu sisi saya akui, memang bukan seratus persen kesalahan pribadi. Sebab sejak lahir  kita semua ( bukan hanya saya ) sudah "dilekakatkan" pada  identitas yang diciptakan oleh manusia lain. Diberi nama,  lengkap dengan kesesuaian rasi bintang pada tanggal dan bulan kelahiran. Lewat itu pula harapan dan keinginan mereka mulai "dibiskan" ke telinga kita. Lahir dari keluarga dengan model keyakinan tertentu, maka kita sudah seharusnya mengikuti apa yang diyakini keluarga tempat kita dibesarkan. Atau mungkin ayah bunda berprofesi guru, maka kita seyogyanya meneruskan profesi tersebut kelak. Singkatnya kita bukan lagi menjadi sekedar bayi imut dan lucu yang harus bertumbuh besar sesuai dengan jati diri sebagaimana yang dikehendaki oleh sang "Kehidupan" itu sendiri.

Sampai disini saya mau tutup dulu cerita ini bahwa, mungkin sudah saatnya saya kembali ke jati diri saya sebagai "Lalat". Heem, lalat. Hidup apa adanya, tidak terpengaruh oleh dogma dan doktrin tertentu, tidak digerakan oleh ekspektasi orang lain serta tidak menjadi stagnan  hanya oleh pandangan atau perspektif negatif orang lain. Karena kalau dipikir - pikir, dunia ini tidak memiliki kebenaran apapun selain ribuan pandangan atau perspektif dari orang - orang. Dan seandainya dulu saya memperhatikan dan ambil pusing dengan pikiran dan pandangan orang lain tentang saya dan kehidupan yang saya jalani, mungkin saya tidak akan hidup sampai sejauh ini. Semua dipandang buruk dan negatif sebagaimana mereka melekatkannya pada seekor lalat.

Mungkin ini adalah model cerita yang bisa dianggap  "ah gk jelas...". Tapi layaknya seorang yang menari dipinggir jalan, ia memang dikatakan gila oleh mereka yang tidak mendengarkan musiknya. Begitu juga dengan saya, cerita ini dan mungkin kita. Terkesan nyeleneh dan seperti orang gila bagi banyak orang karena  harus belajar dari seekor lalat. Hewan kecil yang tidak termasuk kedalam unggas namun beringas, tidak bertaring layaknya serigala atau harimau namun mematikan tatkala kehadirannya tak dihiraukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun