Mohon tunggu...
Ancilla Rampen
Ancilla Rampen Mohon Tunggu... lainnya -

Happy traveler|miss paradox|love outdoor activities and philosophy|dynamic|nomad -- unable to stay in one single place for long time because it's gonna be sooo boring :D

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kaimana, Surga yang Bukan Sekedar Senja

14 Januari 2012   22:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:53 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_155999" align="alignleft" width="516" caption="Satu senja di perairan Kaimana"][/caption]

Kaimana, kabupaten muda hasil pemekaran dari Kabupaten Fakfak di Papua Barat. Kota ini mendadak terkenal karena kecelakaan salah satu armada Merpati Nusantara Airline. Namun sebelum kecelakaan tersebut, banyak dari kita yang mungkin pernah mendengar namanya dari lagu "Senja di Kaimana". Ya, lagu yang dipopulerkan oleh Alfian ini tidak berlebihan. Senja di Kaimana memang romantis dan dramatis. Apabila hujan membasuh kota di siang hari, maka matahari kala senja pun akan mewarnai seluruh Kaimana dengan merah ke-oranye-an, bercorak lembayung ungu di biru langit. Biasanya, saat-saat seperti itu dinikmati warga Kaimana untuk duduk bersantai, menikmati alam dan mensyukuri keindahan yang bisa mereka nikmati secara GRATIS dan effortless di tepi pantai.

Tapi, Kaimana bukanlah sekedar senja seperti pengumuman-pengumuman yang banyak dipajang di bandaranya: "Selamat Datang di Kota Senja Indah". Bukan hanya itu. Keindahan paket komplit bisa kita peroleh di sini, dari laut, pantai, sungai, hutan, sejarah, dan penduduknya.

Keunikan Masyarakat

Seperti layaknya di daerah lain di Indonesia, pribumi Kaimana dibagi menjadi dua kelas besar, warga pesisir dan gunung. Jelas warga pesisir jauh lebih maju karena kontak mereka dengan pendatang sejak ratusan tahun yang lalu. Perkawinan silang turun-temurun menyebabkan kita akan jarang menemui wajah-wajah yang benar khas Papua. Keragaman budaya ini jugalah yang membuat warga pesisir menjadi lebih terbuka akan hal baru.

Sebaliknya, pribumi yang di gunung memiliki kehidupan yang berbeda jauh dengan masyarakat pesisir. Banyak dari mereka yang masih nomaden. Makanan hambar karena tidak dimasak menggunakan garam. Mereka pun masih menggunakan cawat. Loh? Bukan memakai koteka? Tidak. Koteka digunakan di Wamena. Di daerah lain, penduduk pedalamannya rata-rata menggunakan sejenis cawat.

Hal mengagumkan dari warga di sini adalah mereka orang baik! Bahkan meskipun di daerah kota, di pesisir yang banyak pendatangnya, kita bisa bebas memarkir motor di pinggir jalan dan ditinggal berlama-lama tanpa pengawasan. Tindakan kriminal seperti pencurian atau pemukulan biasanya hanya terjadi karena mabuk. Itu pun bisa segera diatasi dengan cepat oleh aparat kepolisian. Meskipun alkohol merupakan minuman ilegal (dengan harga Bir Bintang yang bisa mencapai 95000 rupiah per kaleng), tapi pohon aren di mana-mana. Alkohol lokal mereka produksi secara diam-diam. berjerigen-jerigen.

Eits, sekali lagi, tenang saja. Kriminalitas tidak ditemukan setiap malam. Kita masih bisa bebas berjalan sendirian jam berapa pun, termasuk tengah malam. Bahkan, Kaimana, bersama Fakfak, merupakan kota yang relatif paling aman di tanah Papua. Ketika penduduk Papua bagian lain cemas dilanda kerusuhan akibat gerakan separatis, warga Kaimana boleh bersyukur untuk hidup tenang di saat yang bersamaan. Ketika bagian lain sibuk berperang antar suku, warga Kaimana boleh berbangga dengan rumah adat di kota (yang terletak di pesisir pantai) yang dibangun bersama oleh beberapa suku dan dapat digunakan suku mana pun dari gunung sebagai tempat tinggal mereka selama turun untuk menjual hasil bumi dan membeli beberapa kebutuhan hidup.

Keajaiban Alam Teluk Triton [caption id="attachment_156000" align="alignleft" width="219" caption="Teluk Triton, Lobo, Kaimana"]

1326576700491215093
1326576700491215093
[/caption]

Berdasarkan data dari Conservation International Indonesia, salah satu area perairan yang dikenal dengan nama Teluk Triton memiliki keanekaragaman hayati terkaya se-Asia Tenggara. Area ini menjadi area favorit para penyelam. Biasanya, mereka datang dari Raja Ampat. Bukan hanya keindahan laut, bentuk pulau-pulau karst kecil yang tersebar di tenangnya perairan teluk, air jernih berwarna tosca, dan tulang-belulang manusia di liang-liang karang sebagai saksi Perang Hongge ratusan tahun lalu, menjadi bonus dari alam untuk kita yang mengunjungi teluk ini. Jadi, Triton bukanlah teluk eksklusif yang diperuntukkan hanya bagi para penyelam, bukan area yang membuat wisatawan tanpa skill menyelam atau berenang jadi mati gaya. Kita bisa memanjat pulau-pulau karst yang pendek (hati-hati banyak semut merah ukuran jumbo di beberapa pulau), atau memanjat dan mencari liang-liang berisi tulang-belulang manusia dan pecahan perahu kayu. Sekali merengkuh, empat pulau terlampaui.

Bahkan jika kita berangkat dari kota kabupaten, mata sudah dimanjakan sejak awal. Ketika kita melewati perairan Namatota di distrik Mai Mai, nafas berulang kali refleks tertahan karena takjub melihat banyaknya pantai pasir putih yang super molek! Sudah menonton film The Beach? Atau The Lost World? Tidak perlu jauh-jauh ke Thailand atau Hawaii untuk bisa menikmati pantai super indah dan hutan perawan di belakangnya. Cukup ke distrik ini.

Lukisan Purba [caption id="attachment_156001" align="alignleft" width="219" caption="Lukisan purba di dinding tebing, Mai Mai, Kaimana"]

1326576760917033175
1326576760917033175
[/caption]

Seakan tidak rela untuk memberikan waktu rehat bagi mata yang bertubi-tubi menjadi saksi keindahan ciptaan-Nya, masih di Distrik Mai Mai, kita akan dipaparkan gambar-gambar purba di tebing-tebing karang tinggi pinggir laut. Gambar ini memenuhi beberapa tebing yang berbentuk agak cekung sehingga terdapat ruang bagi manusia untuk bergerak dengan aman. Menurut seorang warga, lukisan sejenis dapat ditemukan di Kokas, Kabupaten Fakfak. Penduduk lokal percaya, gambar-gambar tersebut dilukis dengan menggunakan darah. Figur orang, laba-laba, sampai hiu yang melekat ribuan tahun, bercerita dalam sunyi mengenai dinamika kehidupan para leluhur di suatu masa lampau. Ntah apa maksud beliau-beliau dibalik lukisan mereka. Ntah apa yang mau dikomunikasikan. Apakah hanya sebuah prasasti peringatan seperti yang sering dilakukan remaja jaman sekarang ketika mencorat-coret tembok dengan tulisan "**** was here"? Atau tanda wilayah kekuasaan? Atau pemberitahuan bagi kelompok nomaden selanjutnya akan keadaan di lingkungan tersebut?

Monumen Fort du Bus dan Burung Garuda

Agak menjauh sedikit dari Triton, masih di distrik yang sama, Distrik Lobo, terdapat Monumen Fort Du Bus, monumen peringatan pendaratan Sekutu di Papua pertama kalinya. Haha, sayang, tidak lama setelah pendaratan yang dikenang dalam bentuk monumen tersebut, para Londo kabur akibat wabah malaria yang menyerang mereka. Monumen lain yang jauh lebih menarik di sini adalah Monumen Burung Garuda. Burung lambang negara Indonesia yang konon katanya, menurut sejarah, hanya mitos belaka, yang didapat dari dongeng nenek moyang mengenai burung raksasa kendaraan sang Wisnu, ternyata dapat kita temukan rangkanya di distrik ini.

Sungai di Kilo 14

Bagi orang-orang yang sangat mudah mabuk laut sehingga tidak bisa berlayar mengunjungi Namatota dan Triton (Rugi!), darat Kaimana memiliki cara menghibur tersendiri.

Apabila kita melajukan kendaraan ke arah salah satu desa terujung di Kaimana yang bernama Tanggaromi, kita akan melewati satu sungai yang dikenal warga dengan sebutan Kilo 14. Sungai tersebut merupakan tempat piknik masyarakat Kaimana. Terdapat gazebo-gazebo, tangga di tepi sungai, hingga jembatan kayu. Anehnya, sentuhan pembangunan manusia tersebut tidak sedikit pun mengurangi kesan alami yang dirasakan pengunjungnya. Satu lagi, meskipun Kilo 14 merupakan tempat piknik yang cukup ramai di setiap akhir pekan, tempat ini tetap BERSIH! Dengan hutan lebat di kedua sisi sungai, air tenang berwarna hijau jernih, ikan-ikan kecil berwarna-warni yang mungkin tersasar terbawa arus pasang dari laut, tempat ini sangat cocok bagi kita yang hanya ingin duduk diam, menikmati suara kicau burung, semilir angin, serta sejuk warna pemandangan. Sungai di Kilo 14 merupakan tempat ideal bagi insan yang penat akan kesibukan dan kesesakan kota besar.

Selain lokasi-lokasi di atas, masih banyak yang bisa kita kunjungi dan lakukan di Kaimana, misalnya: Melihat produksi mutiara di Namatota, mengunjungi air terjun yang langsung jatuh ke laut (dan super dingin) bernama Air Kiti Kiti di perbatasan Kaimana dengan Fakfak, mengeksplorasi Kaimana lebih dalam dengan menggunakan longboat di sungai, memancing sotong (menyerok lebih tepatnya, saking banyaknya sotong-sotong itu muncul ketika dipapar cahaya), mengamati berbagai jenis burung dari kakak tua jambul kuning, sampai rangkong dan elang di jalan sekitaran Kilo 14, memancing ikan-ikan ukuran jumbo, menikmati kepiting bakau super besar dan super murah, susur pantai ke Tanjung Simora lalu bermain di benteng tempat pengintaian Belanda di ujung tanjungnya, dan lain sebagainya.

Yakin masih ingin mengelu-elukan keindahan alam negara lain? Mari tapakkan kaki kita dari ujung barat sampai timur nusantara terlebih dahulu. Mari kita kenali, nikmati, dan cintai alam negeri sendiri terlebih dahulu. Ribuan titik di penjuru zamrud khatulistiwa ini masih menunggu untuk ditemukan dan diperkenalkan ke dunia. Diperkenalkan sebagai Eden yang ternyata masih bisa kita nikmati di semrawutnya abad ke-21.

[caption id="attachment_156003" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu Taman Eden di Namatota, Kaimana"]

13265775672120762066
13265775672120762066
[/caption]

...because someone who doesn't know his root, won't be able to embrace his life to the fullest...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun