Mohon tunggu...
Ancilla Rampen
Ancilla Rampen Mohon Tunggu... lainnya -

Happy traveler|miss paradox|love outdoor activities and philosophy|dynamic|nomad -- unable to stay in one single place for long time because it's gonna be sooo boring :D

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kaimana, Surga yang Bukan Sekedar Senja

14 Januari 2012   22:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:53 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukisan Purba [caption id="attachment_156001" align="alignleft" width="219" caption="Lukisan purba di dinding tebing, Mai Mai, Kaimana"]

1326576760917033175
1326576760917033175
[/caption]

Seakan tidak rela untuk memberikan waktu rehat bagi mata yang bertubi-tubi menjadi saksi keindahan ciptaan-Nya, masih di Distrik Mai Mai, kita akan dipaparkan gambar-gambar purba di tebing-tebing karang tinggi pinggir laut. Gambar ini memenuhi beberapa tebing yang berbentuk agak cekung sehingga terdapat ruang bagi manusia untuk bergerak dengan aman. Menurut seorang warga, lukisan sejenis dapat ditemukan di Kokas, Kabupaten Fakfak. Penduduk lokal percaya, gambar-gambar tersebut dilukis dengan menggunakan darah. Figur orang, laba-laba, sampai hiu yang melekat ribuan tahun, bercerita dalam sunyi mengenai dinamika kehidupan para leluhur di suatu masa lampau. Ntah apa maksud beliau-beliau dibalik lukisan mereka. Ntah apa yang mau dikomunikasikan. Apakah hanya sebuah prasasti peringatan seperti yang sering dilakukan remaja jaman sekarang ketika mencorat-coret tembok dengan tulisan "**** was here"? Atau tanda wilayah kekuasaan? Atau pemberitahuan bagi kelompok nomaden selanjutnya akan keadaan di lingkungan tersebut?

Monumen Fort du Bus dan Burung Garuda

Agak menjauh sedikit dari Triton, masih di distrik yang sama, Distrik Lobo, terdapat Monumen Fort Du Bus, monumen peringatan pendaratan Sekutu di Papua pertama kalinya. Haha, sayang, tidak lama setelah pendaratan yang dikenang dalam bentuk monumen tersebut, para Londo kabur akibat wabah malaria yang menyerang mereka. Monumen lain yang jauh lebih menarik di sini adalah Monumen Burung Garuda. Burung lambang negara Indonesia yang konon katanya, menurut sejarah, hanya mitos belaka, yang didapat dari dongeng nenek moyang mengenai burung raksasa kendaraan sang Wisnu, ternyata dapat kita temukan rangkanya di distrik ini.

Sungai di Kilo 14

Bagi orang-orang yang sangat mudah mabuk laut sehingga tidak bisa berlayar mengunjungi Namatota dan Triton (Rugi!), darat Kaimana memiliki cara menghibur tersendiri.

Apabila kita melajukan kendaraan ke arah salah satu desa terujung di Kaimana yang bernama Tanggaromi, kita akan melewati satu sungai yang dikenal warga dengan sebutan Kilo 14. Sungai tersebut merupakan tempat piknik masyarakat Kaimana. Terdapat gazebo-gazebo, tangga di tepi sungai, hingga jembatan kayu. Anehnya, sentuhan pembangunan manusia tersebut tidak sedikit pun mengurangi kesan alami yang dirasakan pengunjungnya. Satu lagi, meskipun Kilo 14 merupakan tempat piknik yang cukup ramai di setiap akhir pekan, tempat ini tetap BERSIH! Dengan hutan lebat di kedua sisi sungai, air tenang berwarna hijau jernih, ikan-ikan kecil berwarna-warni yang mungkin tersasar terbawa arus pasang dari laut, tempat ini sangat cocok bagi kita yang hanya ingin duduk diam, menikmati suara kicau burung, semilir angin, serta sejuk warna pemandangan. Sungai di Kilo 14 merupakan tempat ideal bagi insan yang penat akan kesibukan dan kesesakan kota besar.

Selain lokasi-lokasi di atas, masih banyak yang bisa kita kunjungi dan lakukan di Kaimana, misalnya: Melihat produksi mutiara di Namatota, mengunjungi air terjun yang langsung jatuh ke laut (dan super dingin) bernama Air Kiti Kiti di perbatasan Kaimana dengan Fakfak, mengeksplorasi Kaimana lebih dalam dengan menggunakan longboat di sungai, memancing sotong (menyerok lebih tepatnya, saking banyaknya sotong-sotong itu muncul ketika dipapar cahaya), mengamati berbagai jenis burung dari kakak tua jambul kuning, sampai rangkong dan elang di jalan sekitaran Kilo 14, memancing ikan-ikan ukuran jumbo, menikmati kepiting bakau super besar dan super murah, susur pantai ke Tanjung Simora lalu bermain di benteng tempat pengintaian Belanda di ujung tanjungnya, dan lain sebagainya.

Yakin masih ingin mengelu-elukan keindahan alam negara lain? Mari tapakkan kaki kita dari ujung barat sampai timur nusantara terlebih dahulu. Mari kita kenali, nikmati, dan cintai alam negeri sendiri terlebih dahulu. Ribuan titik di penjuru zamrud khatulistiwa ini masih menunggu untuk ditemukan dan diperkenalkan ke dunia. Diperkenalkan sebagai Eden yang ternyata masih bisa kita nikmati di semrawutnya abad ke-21.

[caption id="attachment_156003" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu Taman Eden di Namatota, Kaimana"]

13265775672120762066
13265775672120762066
[/caption]

...because someone who doesn't know his root, won't be able to embrace his life to the fullest...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun