Mohon tunggu...
Rr.Isyamirahim
Rr.Isyamirahim Mohon Tunggu... Penulis - Guru sejak 2011 Penulis sejak 2022

Guru sejak 2011 Penulis sejak 2022

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seorang Ibu

5 April 2022   10:21 Diperbarui: 5 April 2022   10:36 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi foto ibu dan anak dari pexels.com/Kristina Paukshtite

Dua anak kecil tidur mendengkur di kasur empuk

Sementara seorang ibu terjaga di jam tiga pagi setiap harinya

Dari sepasang tangannya ia menguleni adonan

Oh sayang, andai kalian tahu betapa beratnya perjuangan seorang ibu

Ia rela merasakan sakit yang amat luar biasa

Mempertaruhkan nyawanya, demi melihatmu hadir ke dunia ini

Ia masih juga terjaga demi membantu perekonomian keluarga

Memang sudah ada ayah, tapi ibu tak sampai hati bila hanya berdiam diri

Dari bibir kecilmu yang dulu tak bisa berucap

Kini kau tega berbicara "ah" kepada ibumu

Satu kata yang membuat luka

Dari kedua tanganmu yang dulu hanya bisa memeluk ibu

Kini kau tega untuk menghempaskan tangannya saat ingin merengkuhmu

Dari sepasang kakimu yang dulu ia ajari berjalan

Kini kau tega berjalan menjauhinya

Kau mulai malu jika terlalu dekat dengan ibumu

Tahukah kau nak, seorang ibu tidak pernah mendoakan hal buruk

Seorang ibu tak pernah meminta apapun

Jerih payahnya membesarkanmu itu sudah cukup membuatnya bahagia

Saat melihat kau dewasa

Sukses dan bahagia

Tapi apakah bisa ia melihat semua siklus hidupmu ?

Bukankah bisa saja semesta menjemputnya sebelum itu terjadi ?

Duhai anak-anakku

Kau tak perlu menjadikannya nomor satu

Hanya ingatlah, rahimnya adalah sumber kehidupan pertamamu

Selama ia masih bernafas, peluklah ia selama yang kau mau

Jakarta, Senin 17/1/22 jam 3:46 pagi

Myra Laoshi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun