Dua anak kecil tidur mendengkur di kasur empuk
Sementara seorang ibu terjaga di jam tiga pagi setiap harinya
Dari sepasang tangannya ia menguleni adonan
Oh sayang, andai kalian tahu betapa beratnya perjuangan seorang ibu
Ia rela merasakan sakit yang amat luar biasa
Mempertaruhkan nyawanya, demi melihatmu hadir ke dunia ini
Ia masih juga terjaga demi membantu perekonomian keluarga
Memang sudah ada ayah, tapi ibu tak sampai hati bila hanya berdiam diri
Dari bibir kecilmu yang dulu tak bisa berucap
Kini kau tega berbicara "ah" kepada ibumu
Satu kata yang membuat luka
Dari kedua tanganmu yang dulu hanya bisa memeluk ibu
Kini kau tega untuk menghempaskan tangannya saat ingin merengkuhmu
Dari sepasang kakimu yang dulu ia ajari berjalan
Kini kau tega berjalan menjauhinya
Kau mulai malu jika terlalu dekat dengan ibumu
Tahukah kau nak, seorang ibu tidak pernah mendoakan hal buruk
Seorang ibu tak pernah meminta apapun
Jerih payahnya membesarkanmu itu sudah cukup membuatnya bahagia
Saat melihat kau dewasa
Sukses dan bahagia
Tapi apakah bisa ia melihat semua siklus hidupmu ?
Bukankah bisa saja semesta menjemputnya sebelum itu terjadi ?
Duhai anak-anakku
Kau tak perlu menjadikannya nomor satu
Hanya ingatlah, rahimnya adalah sumber kehidupan pertamamu
Selama ia masih bernafas, peluklah ia selama yang kau mau
Jakarta, Senin 17/1/22 jam 3:46 pagi
Myra Laoshi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H