Sebelum menjadi Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI), Prabowo Subianto adalah seorang parjurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang sangat cerdas dan berprestasi. Kecerdasannya ini, nampkanya menurun dari sang ayah, Soemitro Djojohadikoesoemo, yang merupakan seorang intelektual sekaligus ekonom ternama Indonesia.
Tak heran, saat masih muda dan aktif sebagai prajurit TNI, Prabowo banyak menuai prestasi. Â Ia pernah ikut dalam Pelatihan Anti Teroris di Fort Bragg, Amerika Serikat, Pelatihan Anti Teroris GSG-9 di Jerman Barat yang kemudian menjadikannya sebagai lulusan terbaik, hingga menjadi komandan pleton termuda dalam operasi penangkapan terhadap Nicolau dos Reis Lobato.
Prestasinya tersebut, membuatnya meraih berbagai jabatan bergengsi di TNI, mulai dari menjabat sebagai Komandan Batalyon Infranteri Lintas Udara 328, Komandan Jenderal Kopassus, hingga menjadi Panglima Kostrad.
Namun siapa sangka, di balik banyak prestasinya itu, tersimpan banyak cerita yang bahkan hampir membuatnya merenggang nyawa. Prabowo diketahui pernah nyaris tertembak empat kali saat dirinya berada di medan pertempuran.
Karena sudah siap mati, Prabowo sudah terlebih dahulu menyaipakan kain kafannya sendiri. "Saya pernah tertembak, pernah 4 kali hampir mati. Selalu saya siapkan kain kafan di ransel," bunyi pernyataan Prabowo, dikutip dari akun Instagram @indonesiaadilmakmur pada (4/2/2023).
Cerita lainnya yang cukup menegangkan adalah ketika dirinya mendapat tugas pertama sebagai seorang Komandan Peleton Grup 1 Kopasandha (sekarang Kopasus) pada tahun 1976 yang hampir merenggang nyawanya. Cerita ini ditulis oleh oleh Femi Adi Soempeno dalam bukunya berjudul "Prabowo dari Cijantung Bergerak ke Istana."
Prabowo tiba di Timor Timur pada 1976, yang saat itu baru saja ditinggalkan oleh bangsa Portugis dan diduduki oleh Indonesia. "Kami keluar dari Dili selama dua, tiga minggu untuk patroli dengan jangkauan panjang. Sekali, kami dikepung ratusan grilya. Pada waktu itu, kami tidak mempunyai banyak helicopter dan cuaca tidak bagus sekali. Saya ingat berharap: Kalau saya tertembak, biarkan saya tertembak pada pagi hari. Karena kalau tertembak sesudah jam 2, tidak ada helicopter yang akan datang dan menyelamatkan," kata Prabowo.
Selain itu, ia juga pernah menjadi Komandan Kompi 112 dengan kode Nanggala 28. Ia pernah bekerjasama dengan beberapa anggota Batalyon 744. Bersama anak buahnya dan tim gabungan itu, ia berhasil menewaskan Presiden dan Menteri Pertahanan Fretilin Nicolao Dos Reis Labato di Timor Timur.
Akan tetapi, kata Ketua Umum Partai Gerindra itu, sebagai seorang prajurit, keberanian dan rela berkorban adalah modal utama yang harus dimiliki. Oleh karena itu, Menhan Prabowo pernah berujar jika seorang prajurit pemberani adalah mereka yang senantiasa terlihat gembira.
"Prajurit berani itu gembira. Kalau sedih masuk kamar saja sendiri, nggak usah menunjukkan kesedihanmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk bisa bangun melihat matahari terbit dan menghirup udara setiap hari," kata Prabowo, dikutip dari gerindrajateng.id.
"Tidak ada alasan untuk bersedih. Mantapkan hati dan niatmu untuk ikhlas membela merah putih. Gembiralah, karena orang berani itu gembira," imbuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H