Lingkungan pedesaan yang penuh dengan budaya gotong royong juga menjadi modal sosial yang berharga. Tetangga dan teman-teman Chandra sering memberikan dukungan, baik melalui promosi dari mulut ke mulut maupun dengan menjadi pelanggan pertama usahanya. Dukungan ini membuat Chandra semakin percaya diri untuk mengembangkan usahanya.
Perjalanan usahanya tidak berjalan mulus. Setelah beberapa bulan beroperasi, Chandra mulai memperluas jenis produk yang dijual, seperti makanan kucing, makanan burung, hingga kandang hewan. Dari berbagai produk itu, makanan kucing ternyata menjadi yang paling laku. Chandra menyadari bahwa kebutuhan pasar di daerahnya cenderung lebih tinggi untuk pakan kucing.
Langkah kecil itu menjadi fondasi awal dari usaha yang kini dikenal sebagai salah satu pet shop terlengkap di desanya. Ia memulai dari apa yang ia tahu dan perlahan memperluas pengetahuannya tentang dunia bisnis hewan peliharaan.
Ketika saya menanyakan tentang persaingan di daerahnya, Chandra menjelaskan bahwa sudah ada beberapa usaha serupa di sekitarnya. "Di sini ada sekitar tiga sampai empat pet shop lain. Tapi, mereka biasanya fokus ke satu jenis makanan saja. Misalnya, ada yang hanya jual pakan kucing atau pakan burung."
Walaupun ada persaingan, Chandra merasa bersyukur karena lingkungan usahanya sehat. "Alhamdulillah, persaingan di sini sehat semua. Nggak ada yang saling menjatuhkan," ungkapnya. Hal ini membuat suasana bisnis menjadi lebih nyaman dan mendukung pertumbuhan usaha.
Saat membahas rencana pengembangan usahanya, Chandra mengungkapkan keinginannya untuk menambah layanan baru. "Untuk sekarang, pet shop saya hanya menjual pakan hewan saja. Tapi, ke depannya, saya ingin menambah layanan grooming, mandi hewan, dan penjualan vitamin hewan."
Namun, ada satu layanan yang menurutnya tidak terlalu relevan di daerahnya, yaitu penitipan hewan. "Di kampung, jarang ada orang yang pergi lama dan menitipkan hewan. Kalau pun ada, biasanya mereka menitipkan ke tetangga saja," jelasnya. Ia belum berencana untuk membuka jasa penitipan hewan karena melihat kebiasaan masyarakat di desanya yang lebih memilih menitipkan hewan kepada tetangga.
Tidak semua berjalan lancar sejak awal. Salah satu kendala utama adalah mencari distributor. Di desa tempat tinggalnya, akses ke pemasok besar cukup sulit. Ia sempat mencoba mencari distributor lewat internet, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Kebanyakan distributor besar berada di kota-kota besar seperti Palembang, yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya.
Membangun usaha tentunya memiliki tantangan tersendiri. Ketika saya bertanya tentang kendala yang dihadapinya, Chandra menceritakan bahwa tantangan utamanya adalah menemukan distributor. "Awalnya, saya bingung mau cari distributor di mana. Di internet, jarang sekali saya menemukan distributor yang dekat dengan daerah saya. Tapi, akhirnya saya menemukannya lewat YouTube. Ada distributor di Palembang yang cukup dekat."
Setelah menemukan distributor di Palembang, tantangan berikutnya adalah bagaimana mengatur logistik. Dengan jarak sekitar 3-4 jam perjalanan dari kampungnya, ia harus memastikan pengiriman barang berlangsung lancar dan biaya transportasi tidak menggerus keuntungan. Chandra memilih untuk membeli dalam jumlah besar sekaligus untuk mengurangi frekuensi perjalanan dan biaya pengiriman.
Selain tantangan mencari distributor, promosi juga menjadi hal yang harus dipikirkan dengan matang. Di awal usaha, Chandra memanfaatkan lingkaran pertemanannya untuk menyebarkan informasi. "Saya promosi ke teman-teman lewat media sosial mereka, lalu ke tetangga-tetangga sekitar. Di kampung, cara ini lebih efektif karena lebih personal," ujarnya.