Sedang menjadi perbincangan hangat terkait Pentingnya komunikasi dalam sebuah pernikahan, bahkan ada sebuah film yang berjudul "Noktah Merah Pernikahan" Sangat menarik serta edukatif.Â
Saya pun setuju, bahwa salah satu kiat langgengnya sebuah pernikahan itu dilandaskan pada komunikasi dua arah yang terjalin dengan baik. Faktanya komunikasi ini menjadi sebuah momok mengerikan, sering ditemui beberapa pasangan yang sudah belasan tahun menikah kemudian memilih berpisah, setelah dikulik mereka berdua sudah merasa tidak nyaman, semakin lama komunikasi diantara keduanya kian efektif, bahasa cinta dalam komunikasi perlahan berkurang, menyebabkan to the point membuat keseharian flat/datar, tidak ada hal yang membuat deg-deg an lama-lama rasa suka dan sayang ikut terkikis, apalagi semakin lama bersama makin mengenal karakter asli, ada banyak bentrok baik dari sisi pola berpikir, pendapat dan faktor lainnya yang memperkuat kerenggangan dalam sebuah ikatan pernikahan.
 Menikah memang untuk jangka panjang, jadi sebelum memutuskan untuk menikah cobalah analisa ragam alasan logis yang membuat kita memilih untuk menikah dengan seseorang. Kenapa banyak orangtua yang mengharapkan anaknya bisa menikah dengan yang setara baik dari segi pendidikan, ekonomi dan adat istiadat? Rupanya supaya lebih memudahkan sang anak untuk berbaur dan tidak culture syok saat memasuki fase pernikahan.Â
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan taraf ekonomi, sosial dan pendidikan memberikan sumbangsih pada pola berpikir, prilaku dan pengelolaan emosi dalam diri seseorang.Â
Sebelum menikah, pastikan sudah siap secara mental, ilmu komunikasi yang baik, pemikiran, keuangan, managemen emosi dan mau menerima ragam perbedaan.Â
Menikah bukan hanya tentang menyatukan 2 orang, melainkan menikah itu menyatukan 2 keluarga yang sudah pasti punya perbedaan.Â
Saat seseorang menikah, harus mampu menghargai dan menghormati keluarga pasangannya. Tidak berkata atau bertindak yang menyakiti anggota keluarga pasangan, apalagi Ayah atau Ibu pasangan kita. Apakah mudah untuk dijalankan? Bisa mudah bisa juga susah, tergantung situasi dan kondisinya.Â
Jika memilih tinggal dirumah keluarga pasangan, sudah pasti merupakan tantangan tambahan untuk bisa mengontrol emosi, perkatan dan tindakan. Disana sudah pasti akan ditemukan banyak gesekan, baik yang disengaja ataupun tidak disengaja.Â
Belum lagi terkait isu generasi sandwich dimana banyak anak yang harus menjadi tulang punggung bagi Ayah-Ibu serta adik stau kakak nya, bertemu dengan pasangan serupa..bebannya double, memang satu sisi pasangan akan lebih saling memahami bahwa posisi mereka harus tetap menyisihkan rezeki untuk di share ke kedua belah pihak keluarga.Â
Satu sisi kalau ekonominya pas-pas an akan terjadi ragam pertempuran, baik pembahasan keuangan maupun ketersinggungan saat satu pihak diberikan lebih dan pihak lain mendapatkan angka yang tidak sama, ini dilema terbesar. Uang selalu menjadi isu yang sensitif namun bisa meleburkan perasaan atau kasih sayang diantara suami-istri. Enggak percaya? Coba cek deh ragam berita dan penelitian.Â