Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|Suka bercerita lewat tulisan|S.kom |www.lalakitc.com|Web Administrator, Social Media Specialist, freelancer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semua Anak Sama Maka Jangan Jadi Orangtua Toxic

28 Desember 2021   18:26 Diperbarui: 28 Desember 2021   18:32 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Semakin kesini makin terlahir orangtua toxic. Katanya semua Anak itu harus di perlakukan sebaik mungkin, faktanya Orangtua hobi membeda-bedakan dan membanding-bandingkan antara satu anak dengan anak yang lain. 

Dari kacamata dan sudut pandang si Anak, pastinya hal tersebut menyakitkan. Membuat mereka merasa dilukai secara batin. Di bandingkan ataupun di bedakan dengan saudara kandung pastinya sangat menyesakkan. 

Sewaktu kecil biasanya dibandingkan dari sisi kemampuan dasar, ketika bersekolah dibandingkan dari sisi prestasi akademik kemudian saat sudah dewasa akan dibandingkan dari sisi harta dan pencapaian. 

Alangkah lelah dan tertekannya setiap Anak yang mengalami rangkaian hal-hal tersebut, pastinya menyebabkan luka batin yang berkepanjangan. Maka tidak menutup kemungkinan saat si Anak tumbuh menjadi dewasa lalu punya anak, akan menerapkan sistem yang sama. 

Seperti subur terus berkelanjutan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Lalu kapan harus diputus mata rantainnya? Secepatnya. Saat Kita menyadari bahwa orangtua kita toxic atau kita yang menjadi orangtua toxic segeralah sadar, memperbaiki pola pikir. Kurangi menuntut banyak hal kepada anak, atau jangan jadi anak yang tertekan karena keinginan orangtua.

Berkonsultasi dengan ahli psikolog untuk berjuang menyembuhkan luka batin. Supaya saat menjadi orangtua, kita tidak meneruskan prilaku dan pola pikir yang keliru terhadap anak ataupun generasi berikutnya. 

Era digitalisasi yang serba cepat saja sudah membuat anak jaman sekarang super duper kerja keras mengikuti dan mengimbanginya. 

Jangan tambahkan beban dengan tipe orangtua yang kebanyakan menuntut, membandingkan kemudian membuat si anak minder/renda diri. 

Dalam bermasyarakat Anak-anak yang tumbuh di lingkungan orangtua toxic sulit berkembang, beradaptasi. Banyak rasa cemas, takut dan menyebabkan ketidak pedean dalam melakukan terobosan.

Bahaya banget pastinya, persaingan dunia kerja ataupun sekolah saja sudah sangat membuat kita merasa pusing dan khawatir tidak dapat pekerjaan yang layak. 

Jangan di tambah lagi dengan "keinginan orangtua kamu harus gini..gini".. Akan sangat capek dan memicu stress. Ingat ya, anak bukan investasi. 

Anak itu titipan, anugerah, amanah dari sang khalik. Bukan produk yang kita desain serta arahkan sesuai dengan kemauan diri kita sendiri.

Anak punya impian, cita-cita serta pemikirannya sendiri. Jangan juga dibebankan untuk terus menyokong keluarga. Seharusnya Kita Orangtua menyiapkan dana untuk masa pensiun sendiri sejak masih sehat. 

Jikapun Anak ingin memberi, itu karena inisiatif. Bukan dituntut harus memberi sekian, harus memenuhi kemauan orangtua. Mau mengambil jurusan kuliah sesuai yang orangtua inginkan. 

Tidak begitu, Anak juga punya planning tersendiri. Punya impian dan cara untukenggapaiannya. Biarkan dia menjadi diri sendiri yang bahagia, orangtua hanya mengingatkan dan sesekali memberikan opini.

Jangan pernah menggantungkan ekspektasi dan harapan kepada Anak, kasihan sang anak merasa berat bebannya. Malah tidak mampu berkembang, hidup dengan mudah merasakan stres, minderan. 

Jadilah orangtua yang bijaksana, mencontohkan hal-hal baik, mendukung keputusan atau pilihan sang anak dengan nasehat-nasehat yang tulus tanpa ada unsur penekanan. 

Setiap Orangtua yang mempunyai Anak, baiknya sadar bahwa Anak merupakan anugerah & amanah yang harus dijaga, diajari serta di arahkan tanpa ada unsur investasi maupun mengharapkan imbalan dari sang Anak kelak. 

Anak merupakan amanah yang patut dijaga dengan sepenuh hati, dicintai dengan benar, dikenalkan agama serta pendidikan. Dilindungi dari hal-hal yang berbahaya. 

Di support apapun bakat dan kemampuannya. Sejatinya Orangtua adalah pembimbing si Anak sebelum memasuki dunia nyata di kehidupan dewasa mereka kelak. 

Jangan malas, malu untuk mengajari Anak melalui tindakan nyata Kita, karena itu akan terekam baik serta terus diingat oleh sang Anak. 

Ciptakan dunia parenting yang lebih baik, hindari menjadi orangtua toxic. Percayalah Kita semua bisa asalkan konsisten serta mawas diri bahwa Anak adalah titipan. 

Mohon maaf apabila ada kata ataupun tulisan yg typo...semoga bisa bermanfaat dan menyentil sekaligus menampar para orangtua agar mau memahamaja anaknya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun