Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|penulis amatir|S.kom |pecandu buku|Sosial Media creative|Ide itu mahal|yuk menulis|doakan mau terbitin novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Nasib Anak Sekolah?

24 Juli 2020   22:43 Diperbarui: 24 Juli 2020   22:41 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah hampir lima bulan anak sekolah, bersekolah secara online. Pro dan kontra pasti akan mengiringi kondisi ini, benar. Terutama bagi para orang tua yang berada di kalangan menengah ke bawah. 

Bahkan lebih mirisnya ada banyak saudara-saudara kita yang belum memliki smartphone, pusing luar biasa ketika anak-anaknya harus bersekolah secara online. 

Belum lagi memkirkan kuota dan SPP yang tetap harus dibayar. Apalagi wilayah yang jauh dari perkotaan, susah sinyal rasanya sangat memusingkan kepala. 

Semua orangtua mulai menjerit, bagaimana cara agar anak mereka tetap sekolah dan kebutuhan pokok terpenuhi. Bantuan sembako memang ada, namun masih ada saja yang tidak tepat sasaran. Entahlah, wajah Negeri inisangat luar biasa kacau. 

Bantuan pun masih di tilep, di pungli dan berbagai istilah lainnya. Semoga semua nurani terbuka dan peka, jiwa dermawan semakin menguat. Jika ada tetangga yang tidak punya fasilitas internet atau kuota sudilah kau berbagi? Agar anak-anak tetap bisa belajar dan bersekolah online, semoga bersedia dan berkenan. 

Membayangkan situasi orangtua yang tidak memiliki penghasilan tetap atau bahkan jadi korban PHK, rasanya miris serta teriris seperti sedang mengiris bawang. 

Lagi dan lagi, kita semua harus tetap kuat melawan virus yang tidak nampak jelas. Berusaha bertahan hidup dan memikirkan kemajuan anak, wahai para orangtua sungguh kalian amat mulai. Perjuangan kalian dimasa ini akan menjadi sejarah. 

Para anak yang mengalami masa-masa ini, tolong kalian resapi dengan baik dan hargai pengorbanan serta kerja keras orang tua kalian. Berterima kasih lah kepada orangtua yang terus mengupayakan agar kalian bisa sekolah  Balaslah perjuangan mereka dengan menjadi pribadi bermoral, tekun, dermawan dan beradab. 

Jangan adalagi cerita pilu, tetangga atau saudara mengabaikan sesama. Jangan ada lagi cerita orang mati kelaparan karena tidak ada yang membantu. 

Memang wajar mengejar kekayaan dan jabatan, tapi ingat ketamakan hanya akan merusak dan menjatuhkan banyak korban jiwa.

Ketika seseorang di beri amanah, maka jaga dan penuhi dengan baik. Jangan tamak dan rakus hingga kalap. Semua titipan akan di mintai pertanggung jawaban. 

Semoga setiap orangtua dan anak yang melalui masa ini diberikan kekuatan serta keimanan untuk tidak berputus asa. Terus menguatkan tekad dan keyakinan bahwa virus segera berlalu dan mereka mampu survive di masa pandemi serta mencatat dengan baik, agar kelak saat generasi penerus mengalami hal yang serupa mereka lebih sigap dan bisa belajar dari sejarah. 

Semangat terus para orangtua serta anak-anak yang sedang berjuang untuk bersekolah online dengan segala keterbatasan yang ada. Kalian pahlawan kehidupan yang sesungguhnya. Kalian amat luar biasa, tangis pilu kalian tidak akan sia-sia karena sang pencipta maha adil. 

Salam hangat untuk orangtua dan anak-anak yang terus berjuang melawan keterbatasan belajar online..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun