Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|penulis amatir|S.kom |pecandu buku|Sosial Media creative|Ide itu mahal|yuk menulis|doakan mau terbitin novel

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sebuah Renungan Profesional

8 Juli 2020   23:10 Diperbarui: 9 Juli 2020   08:54 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasti setiap dari kita mengamati dan mencermati, kenapa ya ko bisa ada perusahaan yang ga berkembang? Ko perusahaan itu biasa-biasa aja?

Coba deh di cek kembali bagaimana manajemen nya? Bagaimana pola kepemimpinan nya dan seperti apa karyawan-karyawati nya?

Ada banyak aspek yang menyebabkan sebuah perusahaan sulit berkembang. Berdasarkan riset dari beberapa rekan yang bekerja di berbagai bidang. Salah satu faktor sulit berkembangnya sebuah perusahaan karena adanya persaingan yang tidak sehat, tidak ada rasa bangga dan cinta terhadap perusahaan serta hanya bekerja tanpa mengembangkan potensi atau tanpa mau berinovasi. 

Bisa dibilang semua berjalan di rule standar bahkan di bawah standar, perusahaan kurang mengapresiasi kinerja karyawan. Cenderung memicu persaingan tidak sehat, saling menjatuhkan secara frontal. 

Di era digitalisasi ini salah satu bentuk rasa memiliki dan mencintai perusahaan ialah melalui dukungan nyata terhadap campaihn media sosial dan repost postingan pada akun pribadi. Sederhana dan sepele, secara tidak langsung saat kita repost dan mencantumkan nama perusahaan sederhana nya kita sedang menjadi seorang marketing. 

Memperkenalkan perusahaan atau brand ke khalayak (orang terdekat), menimbulkan rasa penasaran bagi sahabat atau follower kita. Kemungkinan ada juga calon audience potensial atau calon klien (dari salah satu followers kita). 

Intinya setiap karyawan merupakan marketing sebuah perusahaan, hanya saja kebanyakan menyimpulkan "buat apa saya ikut-ikutan masarin produk..nanti marketingnya ga kerja dong" cobalah buang jauh-jauh pemikiran tersebut. 

Selama kita masih diberikan hak, cobalah berikan yang terbaik dan jangan ragu untuk meningkatkan brand awwareness ke khalayak. Bisa dilakukan dengan cara-cara sederhana. Saat bekerja sesekali foto dan tag lokasi kantor atau akun sosmed kantor. 

Sesekali bercerita secara sederhana tentang produk/layanan kantor tempat kita bekerja. Segala sesuatu yang sifatnya baik, akan membuahkan hasil yang baik. Meski pun tidak selalu dibayar lunas dan tuntas, selalu ada masa menanam dan menuai hasilnya. 

Perbuatan dan sikap baik yang kita lakukan untuk perusahaan, sebetulnya akan ber-impact baik terhadap kehidupan kita. Kebaikan yang kita perbuat terhadap oranglain, sebetulnya adalah perbuatan baik untuk diri kita sendiri. 

Saat masih memiliki profesi dan melihat perusahaan tempat bekerja tidak kunjung berkembang pesat. Cobalah introsfeksi diri, sudahkan kita membantu dalam menyebar luaskan informasi atau layanan perusahaan kita? Seberapa kenal orang terhadap perusahaan kita? Minimal mereka tahu bergerak di bidang apa perusahaan kita. 

Jangan berharap bekerja di Perusahaan yang sudah besar, jika kita bermental dangkal. Semua karyawan-karyawati punya andil dalam membesarkan sebuah Perusahaan ataupun sebuah brand. 

Jadi tunggu apalagi, masa PSBB sudah kita lalui. WFH sekian bulan bukan hal mudah dilalui oleh perusahaan (tetap harus menggaji karyawan dan operasional gedung) dan belum tentu ada dana masuk, kalaupun ada pasti mengalami penurunan. 

Era new normal menjadi momen tepat untuk merubah pola pikir, cara kerja, rasa bangga dan cinta terhadap perusahaan. Pahami apa arti berkompetisi secara sehat dan berterima kasih pada perusahaan yang tetap memenuhi hak kita sebagai pegawai. 

Loyalitas dan rasa cinta diperlukan, untuk membesarkan sebuah perusahaan diimbangi dengan pemimpin yang tepat. Bentuk nyata dari loyalitas, tidak segan membranding diri dengan nama perusahaan. Mengenalkan produk/jasa yang ditangani, baik secara lisan apalagi tulisan pada media sosial. 

Semudah jari mencopy paste postingan media sosial ke whatsapp story, instagram story. Mungkin beberapa sahabat atau keluarga agak risih awalnya, namun lama-lama akan terbiasa. Lama-lama ada rasa penasaran dan ingin cari tahu tentang perusahaan tempat kita mencari nafkah. Sederhana dan harus ditumbuhkan sejak pertama berikrar ingin bekerja di sebuah perusahaan. 

Berpikirlah sebagai seorang CEO, ber-prilakulah sebagai pegawai yang cerdas dan cinta perusahaan. CEO lambat laun akan menilai, seberapa peduli kamu terhadap perusahaan dan sumbang sih apa yang kamu berikan.

Saat kamu ada dijajaran proses mengembangkan sebuah perusahaan dan perusahaan itu sukses, secara tidak langsung nama mu akan tercatat sebagai salah satu tim visioner yang berjasa serta memiliki nilai. 

Jika pindah ke perusahaan lain pun, kamu akan memiliki nilai lebih dan kamu bisa mendapatkan kesempatan-kesempatan lebih baik. Jadi cobalah mulai segala sesuatu dengan optimal, selesaikan dengan maksimal dan berikan kontribusi terbaik. 

Pernah terbesit, apa iya saat kita memberikan kinerja secara maksimal nilai yang akan kita dapatkan sepada? Mungkin iya mungkin tidak. Tetapi berlian akan tetap bersinar, meskipun ditaruh di kubangan lumpur. Begitupun dengan skill, keahlian dan rasa cinta kamu terhadap perusahaan tempat kamu bekerja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun