Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|penulis amatir|S.kom |pecandu buku|Sosial Media creative|Ide itu mahal|yuk menulis|doakan mau terbitin novel

Selanjutnya

Tutup

Financial

Melek Finansial Sejak Dini

16 November 2019   13:48 Diperbarui: 16 November 2019   13:54 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Didalam kehidupan yang penuh dengan ketidak-pastian, saya sedikit demi sedikit secara pribadi belajar memahami akar masalah dalam kehidupan. Sering kali masalah timbul karena faktor Ekonomi, untuknya saya mengajak kepada para wanita mari mulai belajar dan melek soal finansial melalui tulisan sederhana ini. 

Belajar dari Ibu, beliau bukan seorang Sarjana Ekonomi. Namun perhitungan beliau tentang uang serta pengelolaannya patut diacungi jempol. Sejak saya masih kecil sampai saya menikah, beliau tidak pernah mengeluh tidak punya uang apalagi didepan para tetangga atau saudara. Sebetulnya bukan karena beliau memang selalu ada uang ya, sesekali pasti ada momen dimana beliau juga memang tidak ada uang tetapi tidak berusaha mengumbar. Bukan karena gengsi terlihat susah, namun dengan mengeluhkan keuangan kepada orang lain atau khalayak umum hanya akan membuat kita terlihat tidak mampu mengelola uang dan belum tentu kita mendapatkan pertolongan.

Melek keuangan sejak dini, seharusnya mulai diterapkan dari prilaku keluarga terutama ayah dan ibu. Secara visual saya terbiasa melihat ibu menghitung uang kemudian mengepost-postkan sesuai kebutuhan dan menyisihkan untuk ditabung juga infaq. Kemudian bagaimana cara ibu-bapak mengatasi krisis keuangan keluarga dengan silent tanpa banyak curhat namun mencari solusi nyata dengan membuat makanan kemudian dijual atau mencari tambahan lainnya secara halal. 

Oh, iya ada juga yang memahami keuangan sejak kecil namun saat remaja atau dewasa malah tidak dapat mengontrol arus kas. Bisa jadi akibat salah bergaul atau lupa pada pendapatan sehingga tidak bisa mengimbangi antara gaya hidup dan penghasilan. Perlu diingat, saat kita mempunyai penghasilan saat menerima gaji jangan lupa untuk mencatat kebutuhan-kebutuhan pokok, dana darurat, dana untuk infaq dan tabungan.

Kemudian saat ada planning membeli barang A,B,C coba di cek apakah uangnya mumpuni? Apakah tidak bahaya jika langsung membeli tanpa menabung terlebih dahulu. Jadi ada banyak pertimbangan dan feel yang kita pakai karena kebutuhan dan pendapatan kan kita yang lebih tau dan lebih faham. Disamping itu cobalah sesekali ikuti seminar finansial, sehingga paradigma kita menjadi lebih terbuka. Dana darurat itu sangat penting, apalagi kita sebagai manusia biasa yang dihadapkan dengan ketidak pastian. Minimal sisihkan dana darurat 20% dari penghasilan yang dimiliki, atau lebih saklek lagi sekitar 30-35%. Hal tersebut bukan untuk mrnyulitkan namun lebih pada safety, berjaga-jaga dan lebih uware bahwa apapun bisa terjadi. 

Biasakan anak kita untuk menyisihkan sebagian uang sakunya untuk menabung dan untuk membeli barang yang ia inginkan. Hal tersebut adalah cara tersederhana untuk menanamkan bahwa uang itu harus dikelola dengan baik dan benar. Kemudian juga mengajarkan anak menjadi pribadi sederhana, tumbuh sesuai kemampuan dan tidak banyak gaya.

Saat remaja, mungkin masa ini cukup sulit untuk mengingatkan anak supaya bisa menyimpan uangnnya dengan baik. Bisa kita perhatikan, anak remaja masih punya banyak rasa ingin dan penasaran apalagi banyak cafe, butik, hp yang terus meluncurkan model dan teknologi baru dan baru akan membuat anak merasa gamang antara mengikuti fashion atau sadar kemampuan finansialnya.

Di sinilah peranan orang tua mengajak dan menyadarkan anak secara perlahan namun pasti, menguatkan mereka bahwa hidup bukan tentang mendapatkan pujian karena selalu memiliki barang ter-uptodate. Lebih kepada bagaimana menikmati apa yang dimiliki sesuai dengan kemampuan diri tanpa merasa sibuk atau khawatir kalah saing dengan teman sebayanya. Ajak mereka mengenal biografi orang-orang sukses, pola hidupnya sangat sederhana dan tidak pernah berlebihan dalam bergaya dan menghamburkan uang. Kenalkan anak pada kondisi-kondisi krisis moneter, betapa sulitnya mendapatkan uang. Sehingga mereka bisa memiliki rem otomatis untuk mengendalikan mereka dalam mengelola keuangannya. 

Literasi keuangan dalam keluarga sangat penting dan terus berkesinambungan. Saat ibu dan bapak mampu mengajarkan anak tentang pengelolaan keuangan sejak usia dini, remaja bahkan saat anak bisa memperoleh penghasilan sendiri atau saat anak sudah akan berkeluarga. Ingatkan bahwa seorang istri yang baik bukan istri yang pandai mengahmburkan uang tanpa rasa tanggung jawab, melainkan seorang istri yang bisa menyimpan uang dan bisa membeli aset berharga untuk kelangsungan hidup keluarga jangka panjang, begitupun sebaliknya dengan seorang suami.

"Aku ga punya uang lagi, bingung gajian masih Lama" kata Mawar sehabis membeli HP keluaran terbaru seharga 12 juta sekian "sabar aja kita juga sama" ujar salah satu temannya menimpali, sebagian lain akan berasumsi "lagian gaya banget beli hp mahal tanpa nabung, bikin susah diri sendiri aja" bukan merasa kasihan  mendengar dan membacanya lebih merasa kok geregetan yaaa... hehehe kurang lebih ilustrasi hiperbola anya seperti itu. 

Jadi, yuk melek finansial sejak dini. Banyak banget manfaat saat kita bisa mengelola keuangan pribadi dengan baik dan benar, meskipun bukan seorang pekerja dibagian keuangan, bukan seorang pengusaha namun kemampuan management keuangan itu harus dimiliki oleh setiap orang yang sadar bahwa hidup ini prnuh dengan ketidak pastian namun bisa diantisipasi dengan pengelolaan keuangan yang benar dan gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan diri atau pendapatan pribadi. Semoga impact nya bisa mengurangi keluhan "gw ga punya uang" apalagi ditanggal-tanggal masih lama ke gajian hehhehe. Impact luasnya semoga korupsi berkurang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun