Konsep manusia bersahabat dengan alam, memang sudah ada sejak lama bahkan sebagai manusia kita memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan alam. Banyak kerusakan alam yang disebabkan oleh ulah kita para manusia, contoh sederhananya membuang sampah sembarangan (membuang sampah ke sungai) terasa sepele namun dampaknya berkepanjangan.Â
Selain menyebab kan aliran sungai tersumbat, banjir, kemudian kerusakan ekosistem air karena sampah plastik yang tidak dapat terurai dalam waktu yang sebentar. Coba dibayangkan ketika membuang sebuah botol minum ke sungai, anggaplah semua orang melakukan hal yang sama.Â
Apa yang akan terjadi? Sudah pasti sampah akan menggunung di sungai, air tidak dapat mengalir dengan benar. Ya, banjir dan kerusakan ekosistem seharusnya menjadi intropeksi setiap orang bukan hanya tanggung jawab Pemerintahan. Setiap dari kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga alam dan melestarikannya.Â
Hal yang paling sederhana yang dapat kita lakukan : membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik, menanam tanaman disekitar rumah atau halaman rumah dengan memanfaatkan media barang bekas sebagai pot dan memanfaatkan lahan kosong untuk menanam 1-3 pohon berakar kokoh.Â
Bersahabat dengan alam perlu dikenalkan terhadap anak semejak dia masih balita, alahmdulillah saat ini sudah banyak sarana Pendidikan yang mengusung konsep Pendidikan alam atau sekolah alam.
Selain untuk mengedukasi anak untuk mengenal alam kita pun sudah berusaha untuk mendekatkan sang anak dengan alam bahkan anak akan lebih peduli untuk menjaga alam.Â
Disekolah alam selain konsep Pendidikannya mengenalkan alam sebagai sebuah subjek yang harus dilestarikan, kurikulum nya pun lebih ramah anak. Menerapkan setiap pembelajaran dikaitkan dengan Alam, bahkan tidak jarang melakukan pembelajaran di luar kelas. Dibawah pohon dan menghitung belalang atau tumbuhan disekitar nya, belajar berhitung pun menjadi mudah & menyenangkan.Â
Selain itu ternyata konsep kejujuran dan rasa kasih-sayang tertanam dalam benak anak-anak yang bersekolah di Sekolah Alam, ada sedikit cerita dari rekan kerja "ada anak yang ketika ujian itu dia nangis" saya mengerutkan kening "kenapa, sakit atau apa?" Tanya ku heran, "dia nangis, karena lihat temen-temennya nyontrk pas ujian" takjub denger cerita tersebut, masya Allah segitu tertanam kejujuran dalam hati anak tersebut.Â
Hanya melihat teman-temannya berbuat hal yang salah pun dia merasa sedih, kemungkinan untuk anak tersebut mencontek dan berbuat tidak jujur itu sangatlah kecil.Â
Kemudian sang anak lebih peduli terhadap lingkungan sekitar, penyayang terhadap semua mahluk termasuk semut yang sering kita bunuh tanpa sebab (mungkin khawatir menakan makanan dirumah kita).Â
Selain itu sang anak juga mulai peduli untuk membantu orang tua sesuai kemampuan diusianya, misalnya merapihkan mainan sehabis bermain, menyiram tanaman dihalaman rumah dan mulai belajar membersihkan kamar sendiri.Â
Teori diimbangi praktek langsung ternyata lebih mudah diterapkan dan diduplikasi oleh anak kedalam kehidupan nyata. Serta porsi teori dan praktek presentasinya lebih besar praktek akan memudahkan anak paham.Â
Kita para orang tua seharusnya lebih bangga ketika anak-anak kita tumbuh dengan rasa peduli yang tinggi dan memiliki kejujuran. Pemilihan konsep pendidikan yang pas sejak dini akan membuat anak-anak mentalitas anak terbentuk. Konsep sekolah alam diimbangi dengan pengajaran tentang agama sehak dini akan semakin membentuk karakter dan mentalitas anak.Â
Semoga kita para orangtua dapat memberikan pengajaran dan pembelajaran yang tepat untuk menciptakan generasi yang bermentalitas bagus serta bermoral.
Semangat weekend, weekend produktif.. yuk terus membaca, berdiskusi dan menulis.  Semoga dari tulisan sederhana  ini ada nilai yang bisa dipetik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H