Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|penulis amatir|S.kom |pecandu buku|Sosial Media creative|Ide itu mahal|yuk menulis|doakan mau terbitin novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wanita Vs Kemandirian

27 Juli 2019   05:08 Diperbarui: 27 Juli 2019   05:22 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : https://www.google.com/search?q=gambar+ilustrasi+wanita+berhijab+hitam+putih&tbm

Wanita selalu menjadi sorotan terutama dalam persoalan kemandirian, banyak yang masih memiliki pandangan bahwa wanita tidak bisa mandiri. Namun bercaka pada fakta sejak Zaman dahulu hingga sekarang, ada banyak wanita yang dapat hidup mandiri dari berbagai segi. Bahkan tidak sedikit wanita memiliki banyak kemampuan dan banyak aktifitas, multitasking rasanya menjadi salah satu keahlian wanita. Bagaimana tidak, seorang wanita sejak usia anak-anak selai belajar-bermain, mereka juga harus mulai membantu orangtua (beres-beres rumah, dan lainnya). Kemudian menjelang menikah mayoritas para mertua akan merasa bangga ketika menantunya memiliki pekerjaan di sebuah kantor kemudian rajin bersih-bersih rumah dan pandai memasak. Wow bisa dibayangkan ya, 24 jam yang dimiliki oleh setiap wanita. Harus dibagi dengan sebaik mungkin, jangan sampai ada waktu kosong hehhee.. pahit seperti itu, namun wanita juga sebetulnya merupakan sosok tegar dan mandiri.

Jadi, pandangan bahwa wanita tidak bisa mandiri itu sepertinya kurang tepat ya. Setiap wanita punya kemandirian dan berbeda-beda tingkatannya sesuai dengan perannya masing-masing. Betapa kerennya seorang wanita, menjadi seorang isteri, menjadi seorang ibu kemudian menjadi seorang karyawati atau wirausaha. Disana butuh evort dan manajemen waktu sehingga bisa memerankan 3 peran sekaligus. Tolak ukur kesuksesan keluargapun sering ditumpukan pada seorang wanita (ibu). 

Jika memiliki anak-anak yang baik dan berprestasi maka akan menjadi nilai plus bagi sang ibu, kemudian saat suami sukses dalam dunia kerja atau wirausahanya maka dibalik kesuksesan tersebut istri lah yang mendapatkan nilai plus. Begitupun sebaliknya saat ada anak yang tidak nurut serta amburadul, maka sang ibu lah yang akan disalahkan karena tidak bisa mendidik dan lain nya.

Dapat dibayangkan peranan seorang wanita itu amatlah besar, jadi rasanya hampir semua wanita itu memiliki kemandirian dan pemikiran yang luas. Ketika memiliki seorang anak perempuan, alangkah bijaknya orang tua mempersiapkan sang anak menjadi sosok yang mandiri dan memiliki pola pikir serta kemauan mempelajari banyak hal, jangan lupakan mereka juga sosok penuh perasaan, jangan terlalu menekan mereka untuk tumbuh perfect seeprti harapan orangtua namun biarkan mereka tumbuh sesuai harapa dan cita-citanya tanpa mengabaikan kodratnya, menjadi seorang madrasah pertama bagi anak-anaknya dan menjadi istri solehah bagi suaminya. Tolak ukur keberhasilan sebuah bangsa pun dapat dilihat dari cerminan bagaimana tingkan ketaatan seorang wanita dalam menjaga diri dan kesuciannya. Saat lebih banyak wanita yang pandai menjaga diri maka insya Allah keseluruhan Bangsa tersebut baik dan akan mampu mencetak generasi yang lebih baik.

Tujuh dari 10 wanita karier yang sudah memiliki anak, sering merasa dilema apakah mereka sudah menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya, apakah mereka adil terhadap anak-anak yang mereka tinggal untuk bekerja, apakah anak-anak akan tumbuh dengan baik dan benar. Ada banyak rasa khawatir, cemas dan was-was. Bagi mereka yang memilih tetap bekerja memang tidaklah salah. Para ibu memilih tetap bekerja untuk menompang perekonomian keluarga, agar sang anak dapat terfasilitasi dengan baik dan tinggal dengan bagaimana sang ibu dapat mengatur waktu sehingga anak tetap ter touch up dengan baik. Terkadang ada sebagian ibu terpaksa bekerja karena suami tidak bekerja atau karena ditinggal suami, single parent tentu teramat berat bebannya harus bisa menjadi tulang punggung keluarga dan harus bisa menjadi pendidik anak-anak, semoga anak-anak dapat memahami, bahwa ibu mereka adalah sosok yang hebat dan bisa memotivasi sang anak agar tumbuh dengan baik. Ada banyak faktor yang menyebabkan wanita harus tetap bekerja atau menjalankan usaha, apapun itu terima kasih kepada semua wanita yang terus berjuang bagi kehidupan yang lebih baik dan terima kasih atas contoh-teladan yang diberikan, sungguh wanita adalah sosok yang luar biasa. Salah satu ciptaan sang Khalik yang teramat luar biasa, wanita dengan segala usaha-upaya nya untuk mandiri dan multitasking bahkan multiperan. Semoga setiap usaha kemandirian wanita dapat dihargai oleh berbagai pihak, meski terkadang yang dinilai hanya soal kekurangan kami para wanita. 

Menjadi full ibu rumat tangga atau pun menjadi wanita karier dan pengusaha yakinlah peranan kalian amat penting untuk kelangsusngan generasi selanjutnya, jangan berputus asa dan terus berusaha mengatur waktu. Semoga semua usaha dan lelah nya kita dalam memerankan peranan ini menjadi sebuah berkah dan berpahala. Untuk kelak kita tuai. Tetap semangat para wanita, semoga suami serta anak mu dapat mengapresiasi semua kelelahan dengan mengimbagi peran mu dan menjadi sebuah keluarga yang bahagia dan kokoh..

*Mohon maaf apabila masih banyak typo dan kalimat yang kurang pas penempatannya.. terima kasih kepada para pembaca 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun