Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|penulis amatir|S.kom |pecandu buku|Sosial Media creative|Ide itu mahal|yuk menulis|doakan mau terbitin novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Langit

21 Januari 2018   07:59 Diperbarui: 21 Januari 2018   09:11 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal Cinta,  memang tidak pernah ada habisnya.  Rasa yang amat sangat halus,  yang hanya dapat dirasakan oleh pemilik hati.  Yaa, semua yang bersama kadang belum tentu memiliki kadar (Cinta)  yang kuat. Namun tidak menutupi kemungkinan-kemungkinan,  cinta dapat tumbuh semakin membesar bahkan membeludak.. Ya,  dapat lah Cinta itu hadir karena rasa penerimaan dan diterima.  

Bicara soal ini,  ada banyak versi. Ada yang meyakini Cinta tidak perlu diucapkan.  Dulu nya aku percaya,  namun seiring berjalan nya waktu..  Aku Senja,  aku pun ingin mendengar ungkapan romantisme itu,  iya aku merasa tidak dicintai saat sang langit lebih banyak bungkam.  

Langit sesosok pria sederhana,  menawan dan entah kenapa senja merasa percaya pada lelaki itu.  Dia tidak banyak ulah,  matanya terjaga dan bersikap dingin pada perempuan.  Mungkin sisi wanita senja kini muncul,  iya dia merasa aman.  Tidak perlu repot memantau,  langit dapat dipercaya.  

Nyatanya jalinan Kasih mereka tidak setenang sikap dan pembawaan langit.  "Lang,  kamu punya pilihan lain ya? " tanya senja disatu waktu.  "Maksud nya apa Senja? " tanya langit tetap calm,  "kamu cuek banget,  apa ga bisa kita saling bicara? " gerutu senja singkat,  senja tidak bisa mengutarakan banyak kekhawatirannya pada langit.  Dia merasa langit sangat cuek,  "aku berfikir untuk mencintaimu dalam diam,  tidak perlu banyak ungkapan" ucapanya seolah menenangkan.  

Namun mana ada yang tahu,  di sisi lain nyatanya Langit sedang berupaya keras untuk tidak membuatnya terbakar oleh rasanya.  Iya,  benar rasanya tulus pada senja.  Namun,  prinsip hidup nya Langit tidak goyah akan rasa yang dia miliki. 

Senja wanita polos, yang bergelut dengan dunia ibu kota.  Selalu bermimpi segera menikah,  menggenap.  Baginya simple,  dua orang yang jatuh hati akan lebih baik jika menikah,  berbeda dengan Langit ia ingin mencintai Senja tanpa mengganggu prinsip dan cita-cita hidupnya.  Baginya tidak perlu cepat menikah,  lagi pula dia laki-laki yang bisa menjaga jarak dengan Senja.  Dalam benak Langit,  menikah akan membatasi langkahnya dalam berkarya dan dia akan mengalami pengurangan frekuensi untuk bermanfaat bagi sekelilingnya.

Iya bagi sebagian laki-laki menikah dan memukul tanggung jawab menjadi Imam tidak mudah,  harus bank belur mencari nafkah.  Naif nya,  sedangkan pernikahan itu membuat manusia lebih mulia,  terhindar dari prasangka jelek.  Lagipula wanita masa kini tidak mungkin lagi merengek manja,  selagi bisa berkarya dan mendapatkan raupan rupiah kenapa harus menunggu dan berdiam diri menyaksikan Cinta nya kerepotan mencari nafkah. Disini lah lubang besar yang ada di hubungan yang seolah terlihat baik-baik saja,  tidak terjalin nya keterbukaan dan penyelarasan visi misi hidup.  

Senja hanya berpikir ia mencintai laging,  begitupun langit.  Menikah akan menjadi pengikat terbaik,  ia akan tetap berkarya.  Saling support dan dunia akan tau kini kami berdua.. Genap. 

Hampir 6 Bulan kedekatan mereka,  Senja membuka obrolan.  Menanyakan akan bagaimana hubungan mereka Langit dengan penuh tegas berujar "seperti yang aku bicarakan,  aku tidak bisa cepat mewujudkan impian mu" ujarnya tanpa ada rasa belas Kasih . Senja hanya merasa dibuang,  tiada rasa pertahanan atau upaya mempertahankan rasa yang mereka punya.  Prinsip hidup dan ketidak terbukaan membuat mereka menjauh.  Saat itu langit seolah paling tidak berperasaan. 

Senja hanya diam dan berupaya untuk melanjutkan hidup,  hatinya patah.  Nyatanya hal ini jauh menyakitkan,  cintanya tidak mempertahankannya,  ia kalah oleh prinsip.  "Berbahagialah kamu yang dapat mempertahankan prinsip hidup mu" kalimat pedih nan perih namun disisi lain Senja tetap kagum pada langit,  Langit hebat mampu mengalahkan rasanya.  Logikanya masih jalan dengan baik.  

Nyatanya di tempat lain Langit lah yang sedang merasa terbakar,  dia yang menghindari diri untuk tidak membuat kedekatan tanpa kemampuannya untuk mempertahankan prinsipnya.  Nyatanya dia merasa paling sakit,  Senja seolah tidak terluka. Langit merasa semakin menggebu,  rasa Cinta dalam dada nya makin menggema.  Kini ia dan sepi yang tau,  besar rasanya terhadap Senja "hidup harus berjalan lurus kedepan" hibur nya untuk hati nya yang patah.  

Selesai..... 

Begitulah,  sepenggalan kisah Cinta memang tiada habisnya.  Banyak versi nya,  halus namun kerjanya luar biasa.  Bahkan untuk mempertahankan sebuah prinsip hidup,  sisi lain kau nampak kuat.  Disisi lain kau yang menderita sendiri. Cinta butuh diungkapkan,  didiskusikan..  Adanya upaya penyelarasan visi misi kehidupan.  Cinta dapat membuat dua insan jauh lebih bahagia bahkan sukses menjalani hidup,  asal ada komunikasi yang baik.  

Jaman now kita tidak dapat mengandalkan sepenuhnya rintihan hati,  bicara dari hati ke hati saja..  Tanpa ada ungkapan dan percakapan yang nyata,  dunia serba cepat.  Kita tidak secerdas para pujangga yang bisa memahami dia dalam bungkam. 

Butuh sedikit pembicaraan pelan,  namun ada percakapan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun