Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|Suka bercerita lewat tulisan|S.kom |www.lalakitc.com|Web Administrator, Social Media Specialist, freelancer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babak Baru di Kehidupan

5 Januari 2018   16:35 Diperbarui: 5 Januari 2018   16:45 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayo Vie kita harus bergegas" suara mas Kurnia, menyadarkan aku iya.. aku hari ini akan pindah ketempat tinggal kami yang baru. Setelah 1 bulan kami tinggal dirumah mamah nya Mas Kurnia. 

"Semua sudah siap, ayo mas" ucap ku antara senang dan sedih, iya satu bulan bukan waktu yang lama tetapi bagaimanapun bersama mama dan adik mas merupakan pengalaman baru bagiku (sebelum menikah mana pernah aku tinggal selain tinggal dirumah keluarga ku). Jujur mulai bisa beradaptasi dengan mama nya mas dan adiknya mas. 

Tetapi kami punya rencana tersendiri, ya kami ingin mandiri. Memulai kehidupan kami di sebuah rumah kontrakan. Disana kami akan lebih mandiri. Ada banyak persoalan yang kami hadapi disana, susah-senang kami berjanji tidak mengeluhkan kesusahan pada orang tua. Tidak terasa, bila aku tengok ke belakang rasanya aku masih anteng main boneka atau rumah-rumahan. 

"Kini punya keluarga sungguhan, bukan main rumah-rumahan lagi" bisik mas Kurnia, seperti nya kini dia mulai pandai membaca isi hati ku. Aku hanya tersipu. 

Pernikahan bukan sesuatu yang mudah, itulah yang kami rasakan. Semua butuh poses, komitmen dan kesabaran. Juga bukan sebuah pilihan yang sulit (karena niatannya ibadah, ya sebagai salah satu lahan penyempurna agama). Bersama mas Kurni lah kini aku arungi suka-duka kehidupan di Ibu Kota nya Indonesia. Siapa kira anak ingusan dan kuper seperti aku, kini menetap di Ibu kota. 

Perlu kau tau, aku kini menjadi perantau aku kini menjadi makmum bagi seorang pria yang tidak terlalu muda lagi (ya, mas Kur hampir mau kepala 3). Aku kini menyandang sebutan baru 'istri' atau makmum. 

Ingat betul aku pada raut wajah bapak ku ketika menjadi wali dipernikahan ku. Laki2 tegar itu pun tiada bisa menahan air mata, merasa bahagia dan sedih karena akan berjarak dengan ku. Tetapi dia tetaplah menjadi figur lelaki yang aku kagumi, sosok pekerja keras dan penuh tanggung jawab terhadap keluarga nya (anak dan istrinya). 

Adik bungsu ku, ia pun terlihat terisak apalagi ibu ku. Beliau yang paling deras meneteskan air matanya, ada bahagia sekaligus sedih yang mungkin tidak bisa tergambar dengan gamblang. Aku mengingat moment itu, sejarah baru ku.

Ririn juga terlihat agak sembab (dia sahabat karibku, ketika awal kuliah hingga kami lulus), maha Suci Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Semoga ketentraman, kebahagiaan dan amanah dapat kami ciptakan dikeluarga kecil kami ini. "Mas suka sedih ga sih, ninggalij mama?" Tanya ku mencari tau isi hati laki-laki itu "sedih dong, tapi kita kan sudah besar" ucapnya sambil setengah mengejek

Tibalah kami dirumah kontrakan, step pertama kami merapihkan perabotan.ya aku harus cekatan dan bisa membedakan benda-benda yang harus cepat ditemukan atau benda yang harus tersusun rapih. 

Mas Kurnia agak ceroboh (agak mirip dengan ku), tapi aku tidak malas rapi-rapi, sedangkan dia sangat malas. Itulah makna dari kata 'sepasang' keduanya ada untuk saling melengkapi. Babak baru dalam hidup kami pun akan segera dimulai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun