Step 2: Ikuti Kursus dan KelasÂ
Di era serba digital ini, kita tidak perlu repot-repot mendatangi lembaga yang menyediakan kursus atau kelas terkait keahlian atau bidang tertentu. Sudah banyak start-up di bidang edukasi dan teknologi yang menawarkan program kursus dan kelas online. Hanya membutuhkan ponsel dan jaringan, kita sudah dapat mengakses berbagai konten edukasi penunjang Curriculum Vitae (CV). Salah satu laman yang saya gunakan saat inimenawarkan kelas secara percuma. Hal ini dapat menjadi solusi bagi kaum mendang-mending. Nyobain kelas online gratis, dapat sertifikat pula! Why not?
Step 3:Â Personal Branding
Memiliki keahlian, tetapi tidak ada bukti pun bisa menjadi kendala. Pamer bukan hal yang baik. Namun, diperlukan sebuah tindakan untuk menggaet perhatian para recruiter. Caper sedikit tidak masalah! Mulailah mengulik laman atau platform seperi LinkedIn, Glints, dan berbagai media lain yang sering digunakan untuk membentuk persona profesional. Sistem kerjanya hampir sama dengan Dating Apps.
Jika Dating Apps digunakan untuk memikat jodoh, LinkedIn dan kawan-kawan diperuntukan untuk job-seeker yang sedang mencari peruntungan. Format dan gaya bahasa yang digunakan pun cenderung formal dan profesional. Kita dituntut untuk jaga image (jaim) sedikit. Rapikan profil, input berbagai pencapaian dan keahlian yang relevan, niscaya pekerjaan akan menghampiri.
Tidak berhenti sampai disitu, beberapa pekerjaan membutuhkan portofolio sebagai bukti. Mengikuti kelas atau kursus, mengemban ilmu di institusi pendidikan adalah bukti kita pernah belajar.
Sedangkan, recruiter membutuhkan data dan fakta penunjang bahwa kita benar-benar menguasai keahlian atau bidang tersebut. Susunlah portofolio, gunakan aplikasi editing sederhana seperti Canva untuk menemukan template. Tak perlu ciamik, cukup mudah dimengerti dan berisi.
Akhir Kata
Persaingan di dunia kerja yang semakin sengit mengharuskan kaum medioker tanpa safety net perusahaan papa untuk berusaha sedikit lebih keras. Ibaratnya, kerja halal disalip ordal, kerja haram pun tak ada modal. Namun, daripada mengeluh dan iri dengki, lebih baik kita berbenah diri, terus tingkatkan kemampuan agar dapat bersaing dengan mereka yang memiliki priviledge materi dan relasi.
Tertanda,Â
Nab