Mohon tunggu...
Hety A. Nurcahyarini
Hety A. Nurcahyarini Mohon Tunggu... Relawan - www.kompasiana.com/mynameishety

NGO officer who loves weekend and vegetables

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memanfaatkan Waktu untuk Belajar Saat Ramadan, Asal...

15 April 2021   23:47 Diperbarui: 16 April 2021   00:13 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar sejatinya sepanjang hayat. Bisa dilakukan di mana saja, dengan siapa saja. Enggak melulu di sekolah. Mirip jingle sebuah komunitas pendidikan di Indonesia yang bilang kalau semua bisa jadi murid, semua bisa jadi guru.  Familiar, kan, dengan yang seperti ini?

Sejak pandemi COVID-19 bulan Maret tahun lalu, banyak orang unjuk gigi di media sosial. Beragam skill ditampilkan untuk mengisi kegiatan #dirumahaja. HeEh, kala itu, di Jakarta, misalnya, orang-orang sempat dilarang keluar rumah selama periode waktu tertentu. Virus sedang agresif-agresifnya menular. Berbekal rasa bosan, jadilah, mereka punya kegiatan baru yang ternyata bikin suasana di rumah tambah seru. 

Beberapa kali juga, saya lihat, orang-orang sempat membuat survei kecil-kecilan di media sosial. Entah untuk mencari inspirasi atau memetakan pasar. "Hal-hal apa saja yang kamu pelajari saat pandemi #dirumahaja?" Orang beramai-ramai menjawab. 

Dari semua, ada satu jawaban yang membuat saya tertawa. Enggak menyangka. Katanya, skill bertahan hidup berhasil dikuasainya saat pandemi ini. Kebayang, di saat semua menjawab dengan keterampilan-keterampilan 'lumrah', ada yang menjawab sedikit out of the box. 

Kini, babak kedua Ramadan saat pandemi (yeah, begitulah saya menyebut situasi sekarang), akan sedikit berubah sepertinya. Waktu di rumah tak sebanyak dulu. 

Walau kebijakan untuk #dirumahaja masih berlaku (tidak seketat dulu), orang-orang tetap dianjurkan untuk berada di rumah jika tidak ada sesuatu yang urgen. Selain itu, bagi yang bekerja, tidak semua full bekerja dari rumah/Work from Home (WfH). Beberapa bahkan sudah menerapkan kebijakan bergantian masuk kantor (shift) untuk karyawannya.

Jadilah, untuk memanfaatkan waktu Ramadan seperti saat ini, nampaknya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Tentunya, ini bukan sekadar aksi di media sosial dengan cita-cita bisa viral atau khawatir tertinggal jika kita tidak ikut-ikutan. Bukan. Belajar dan menambah skill memang merupakan kewajiban tapi kita cek dulu agar menambah skill saat Ramadan benar-benar bisa membawa dampak positif untuk diri kita ke depan.

Pertama, Kenali Potensi dan Kebutuhan Diri

Sering sekali kita melakukan sesuatu tanpa tahu tujuan. Kalau sudah begitu, kegiatan belajar atau menambah skill menjadi kurang bermakna. Boleh, mengobrol dengan diri sendiri. Apa yang sudah bisa saya lakukan? Apa yang belum bisa saya lakukan? Apa yang ingin saya kuasai? Mengapa saya perlu keterampilan ini? Apakah ini akan berdampak positif pada diri saya? 

Saya selalu meyakini bahwa Ramadan adalah saatnya 'egois' untuk beribadah kepada Allah. Jangan sampai waktu terbuang sia-sia untuk kegiatan lain yang justru tidak bermanfaat.  Bisa jadi kita suka dengan keterampilannya tapi keterampilan itu sesungguhnya  tidak bermanfaat untuk kita. 

Kedua, Cari Tempat Belajar

Dengan kemajuan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi, belajar bisa dilakukan secara langsung (luring) dan virtual (daring). Beragam aplikasi dan portal belajar semakin banyak dijumpai, bahkan bisa sespesifik itu untuk suatu jenis keterampilan tertentu. Nampaknya, enggak ada alasan untuk enggak belajar saking mudahnya kita terkoneksi dan mengakses informasi dan pengetahuan. Sayangnya, disadari atau tidak, justru inilah yang menjadi alasan kita harus selektif untuk memilih tempat belajar. 

Tidak ada jaminan yang berbayar selalu berkualitas, dan yang cuma-cuma (gratis) tidak sepadan. Begitu pula sebaliknya. Jangan-jangan yang cuma-cuma justru yang lebih maksimal. Semua patut dicurigai untuk memilih di mana nantinya kita belajar. Saya pribadi, lebih suka tempat belajar yang tidak hanya dinilai dari 'harga' kelas. Lebih dari itu, saya suka dengan tempat belajar yang membuka kesempatan untuk berjejaring dengan sesama peseerta atau bahkan pengajar (narasumber). Dengan demikian, ilmunya lebih 'panjang' dan 'besar' karena kita dapat 'oleh-oleh' teman/jaringan baru.

Ketiga, Praktik dan Mainkan! 

Bohong ya kalau dalam sekali belajar kita langsung bisa. Dalam konsep belajar, tak ada yang abadi sampai ilmu itu diamalkan, dipraktikkan. Semakin banyak kita 'bereksperimen' dengan ilmu atau keterampilan yang kita dapatkan dari kelas, semakin terasah juga kemampuan kita. Saya sering mengambil kesempatan untuk membuat sesuatu setelah kelas. Tak perlu dipamerkan, eh, diunggah di media sosial. Berhasil menyelesaikannya saja sudah menjadi kepuasan personal. Kalau sudah begitu, kita bisa naik kelas. Mulailah mencari jam terbang dengan mengajar dan berbagi ilmu dengan orang lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun