Belajar sejatinya sepanjang hayat. Bisa dilakukan di mana saja, dengan siapa saja. Enggak melulu di sekolah. Mirip jingle sebuah komunitas pendidikan di Indonesia yang bilang kalau semua bisa jadi murid, semua bisa jadi guru. Â Familiar, kan, dengan yang seperti ini?
Sejak pandemi COVID-19 bulan Maret tahun lalu, banyak orang unjuk gigi di media sosial. Beragam skill ditampilkan untuk mengisi kegiatan #dirumahaja. HeEh, kala itu, di Jakarta, misalnya, orang-orang sempat dilarang keluar rumah selama periode waktu tertentu. Virus sedang agresif-agresifnya menular. Berbekal rasa bosan, jadilah, mereka punya kegiatan baru yang ternyata bikin suasana di rumah tambah seru.Â
Beberapa kali juga, saya lihat, orang-orang sempat membuat survei kecil-kecilan di media sosial. Entah untuk mencari inspirasi atau memetakan pasar. "Hal-hal apa saja yang kamu pelajari saat pandemi #dirumahaja?" Orang beramai-ramai menjawab.Â
Dari semua, ada satu jawaban yang membuat saya tertawa. Enggak menyangka. Katanya, skill bertahan hidup berhasil dikuasainya saat pandemi ini. Kebayang, di saat semua menjawab dengan keterampilan-keterampilan 'lumrah', ada yang menjawab sedikit out of the box.Â
Kini, babak kedua Ramadan saat pandemi (yeah, begitulah saya menyebut situasi sekarang), akan sedikit berubah sepertinya. Waktu di rumah tak sebanyak dulu.Â
Walau kebijakan untuk #dirumahaja masih berlaku (tidak seketat dulu), orang-orang tetap dianjurkan untuk berada di rumah jika tidak ada sesuatu yang urgen. Selain itu, bagi yang bekerja, tidak semua full bekerja dari rumah/Work from Home (WfH). Beberapa bahkan sudah menerapkan kebijakan bergantian masuk kantor (shift) untuk karyawannya.
Jadilah, untuk memanfaatkan waktu Ramadan seperti saat ini, nampaknya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Tentunya, ini bukan sekadar aksi di media sosial dengan cita-cita bisa viral atau khawatir tertinggal jika kita tidak ikut-ikutan. Bukan. Belajar dan menambah skill memang merupakan kewajiban tapi kita cek dulu agar menambah skill saat Ramadan benar-benar bisa membawa dampak positif untuk diri kita ke depan.
Pertama, Kenali Potensi dan Kebutuhan Diri
Sering sekali kita melakukan sesuatu tanpa tahu tujuan. Kalau sudah begitu, kegiatan belajar atau menambah skill menjadi kurang bermakna. Boleh, mengobrol dengan diri sendiri. Apa yang sudah bisa saya lakukan? Apa yang belum bisa saya lakukan? Apa yang ingin saya kuasai? Mengapa saya perlu keterampilan ini? Apakah ini akan berdampak positif pada diri saya?Â
Saya selalu meyakini bahwa Ramadan adalah saatnya 'egois' untuk beribadah kepada Allah. Jangan sampai waktu terbuang sia-sia untuk kegiatan lain yang justru tidak bermanfaat.  Bisa jadi kita suka dengan keterampilannya tapi keterampilan itu sesungguhnya  tidak bermanfaat untuk kita.Â
Kedua, Cari Tempat Belajar