Mohon tunggu...
Hety A. Nurcahyarini
Hety A. Nurcahyarini Mohon Tunggu... Relawan - www.kompasiana.com/mynameishety

NGO officer who loves weekend and vegetables

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jalan-Jalan Anti Gadget Ribet

10 Desember 2016   02:00 Diperbarui: 10 Desember 2016   02:28 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tas biru bagai kantong ajaib Doraemon, semua gadget ada di sana.

Selain memfoto, selama perjalanan dan transit di bandara, biasanya, saya manfaatkan untuk browsing maupun berkomunikasi melalui media sosial. Saya juga bisa langsung mengunggah foto-foto yang saya dapatkan melalui kamera di tab dan handphone ke akun media sosial yang saya miliki. Tapi tidak hanya di bandara saja, sesampai di hotel pun juga dengan koneksi internet hotel. Karena fungsinya yang mirip, selama perjalanan, tab dan handphone saya gunakan bergantian. Sebijak mungkin. Walau ada powerbank, perjalanan jauh sama saja dengan berada jauh dari colokan listrik. Saya tidak ingin kehilangan suasana di suatu tempat hanya karena ‘sibuk sendiri’ mencari colokan listrik. Sudah, pasrahkan saja semuanya pada Tuhan.

Jalan-jalan Tanpa Ribet Itu Prinsip

Sejak kepergian ke luar negeri kali pertama itu, prinsip saya sama sekali tidak berubah. Bahkan, saya semakin sepakat dengan pendapat teman saya. Pocket camera, tab, dan handphone, cukup. Pun tambahannya, powerbank dan aneka charger untuk menambah daya. Tidak hanya ke luar negeri, saat jalan-jalan atau perjalanan dinas ke daerah, saya juga membawa tiga hal itu. Semua muat di dalam tas travel kesayangan saya berwarna biru.

Tas biru bagai kantong ajaib Doraemon, semua gadget ada di sana.
Tas biru bagai kantong ajaib Doraemon, semua gadget ada di sana.

Pada dasarnya, menurut saya, semua kembali lagi ke niat. Apakah jalan-jalan itu ingin dinikmati semaksimal mungkin secara pribadi atau justru ‘diumbar’ kepada orang-orang melalui media sosial dengan motivasi yang beragam. Seperti pendapat teman saya, jangan sampai kita kehilangan momentum hanya karena kamera atau gadget lainnya yang merepotkan. Di sisi lain, tidak salah juga untuk mengabadikan momentum melalui satu atau dua foto.

Sedangkan, dari segi alatnya, pilih yang praktis dan tidak ‘memberatkan’. Artinya, pilih gadget yang mendukung perjalanan kita, fleksibel digunakan, dan aman. Pilihan yang praktis adalah kamera handphone. Seperti, saat transit di Bandara Internasional Jomo Kenyatta di Nairobi, Kenya, misalnya. Saya memfoto ruang tunggunya yang unik dengan kamera handphone. Saat itu, saya kaget karena di setiap kacanya ada gambar hewan-hewan khas Afrika. Fotonya langsung saya kirimkan kepada beberapa teman untuk bahan berbagi cerita. 

Unik bukan, bandara di Kenya?
Unik bukan, bandara di Kenya?
Lain juga, saat saya di Thailand. Saya menggunakan kamera handphone karena praktis untuk ‘selfie’ dan aman saya pegang (meminimalisir tindak kejahatan). Saat itu, saya  mengabarkan keluarga bahwa saya sudah sampai di Thailand. 

Ada handphone, ada selfie pastinya.
Ada handphone, ada selfie pastinya.
Sedangkan, pocket camera saya gunakan untuk memfoto hal-hal yang lebih umum dan tidak ada urgensi untuk segera dipublikasikan, seperti menulis blog. Untuk membantu ingatan saya, biasanya saya menggunakan pocket camera untuk memfoto bangunan/gedung dan orang-orang. Sehingga, saat saya menulis cerita, saya tetap bisa mengenang, mendapatkan suasananya, walau hanya dengan melihat foto.

Gara-gara menulis cerita ini dan mengenang kembali cerita perjalanan saya yang telah lalu, saya tergoda untuk membuka website Electronic City di https://electronic-city.com. Benar saja, berbagai jenis kamera ditawarkan di sana. Pas sekali saat saya menemukan digital camera yang dilengkapi dengan fitur wifi. Sehingga, nantinya, setelah memfoto bisa langsung menggunggahnya ke kanal media sosial. Jadi terbayang, fitur ini akan membantu sekali saat perjalanan.  Ah, lagi-lagi, kalau pilihannya bisa sesederhana dan semudah ini melalui kemajuan teknologi, mengapa harus ribet? Namanya juga jalan-jalan, dinikmati!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun