“Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau.
Sambung-menyambung, menjadi satu, itulah Indonesia ...”
Penggalan lagu wajib nasional ‘Dari Sabang Sampai Merauke’ sudah tidak asing lagi di telinga. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, lagu tersebut tidak pernah absen dari jajaran lagu wajib nasional yang harus dinyanyikan tim paduan suara sekolah saat upacara bendera.
Boleh dibilang, lagu ciptaan R. Sokarjo itu sangat menggambarkan Indonesia. Coba bayangkan! 17.504 pulau, 1.340 suku, dan 1.546 bahasa. Itulah Indonesia. Betapa kayanya negeri ini jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga yang secara geografis mengapit posisi Indonesia.
Sayangnya, kekayaan tersebut sering menjadi bumerang. Coba saja tengok berita-berita di media. Berita kekerasan yang mengatasnamakan ras, agama, suku, dan golongan marak terjadi. Yang lebih memprihatinkan, banyak kaum muda yang terlibat di dalamnya. Hal itu melekat kuat, sampai-sampai kekerasan diidentikkan dengan kaum muda yang korbannya kaum muda itu sendiri.
Dari paparan di atas, terlihat bahwa keberagaman masih menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Selain sensitivitas yang tinggi, beberapa orang bahkan beranggapan bahwa keberagaman tidak layak untuk diperbincangkan karena akan menimbulkan konflik.
Di sadari atau tidak, ternyata, semakin dihindari untuk diperbincangkan, konflik tentang keberagaman ini justru semakin kuat ternanam secara turun-menurun. Beberapa generasi yang lahir setelah konflik, seolah-olah mendapatkan warisan kebencian, tanpa mengetahui asal-usul permasalahannya. Sungguh sebuah kondisi yang memprihatinkan.
Indonesia, dengan jumlah penduduk yang didominasi usia muda, sebenarnya memiliki aset sumber daya manusia yang besar di masa yang akan datang. Sungguhpun demikian, jika kaum mudanya ‘terlena’ dengan kebencian akan keberagaman serta berpikiran sempit, jumlah populasi yang besar ini justru akan menjadi bencana sekaligus beban negara.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Pertukaran Pelajar Ala SabangMerauke
“Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau.
Sambung-menyambung, menjadi satu, itulah Indonesia ...”
SabangMerauke merupakan kependekkan dari Seribu Anak Bangsa Merantau Untuk Kembali. Ya, SabangMerauke mencoba untuk mengurai benang kusut masalah keberagaman dengan cara mengadakan pertukaran pelajar. SabangMerauke percaya bahwa dengan pengalaman hidup yang berbeda dengan latar belakang sebelumnya, seseorang akan berpikiran lebih terbuka terhadap perbedaan dan pada akhirnya ada proses penerimaan yang berujung pada sikap yang toleran.
Dalam menjalankan kegiatan pertukaran pelajar, ada tiga nilai utama yang menjadi pedoman, yaitu toleransi, pendidikan, dan keindonesiaan. Melalui toleransi, SabangMerauke percaya bahwa keberagaman dan perbedaan adalah sesuatu yang wajar dan bukan merupakan sebuah masalah yang mengakibatkan perpecahan. Melalui pendidikan, SabangMerauke percaya bahwa pendidikan akan membuka banyak pintu kesempatan demi kemajuan. Serta, melalui keindonesiaan, SabangMerauke percaya bahwa anak-anak Indonesia dapat berkontribusi positif demi kemajuan bangsa dan negaranya.
Setiap tahun, SabangMerauke menyeleksi anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia (selain wilayah Jabodetabek) yang duduk di bangku SMP/MTs untuk mengikuti kegiatan pertukaran pelajar di Jakarta selama tiga minggu masa liburan sekolah. Jika terpilih, nantinya, anak-anak ini disebut sebagai Anak SabangMerauke.
SabangMerauke - Apipa, salah seorang Anak SabangMerauke batch 1, bersama Famili SabangMerauke
Selama di Jakarta, Anak SabangMerauke akan tinggal bersama keluarga angkat atau yang disebut sebagai Famili SabangMerauke dan seorang kakak pendamping program yang disebut Kakak SabangMerauke. Tidak hanya Anak SabangMerauke saja, SabangMerauke juga menyeleksi keluarga-keluarga serta mahasiswa-mahasiswa yang memiliki kesamaan nilai dengan SabangMerauke untuk menjadi Famili SabangMerauke dan Kakak SabangMerauke. Hal ini dilakukan karena SabangMerauke percaya bahwa Famili SabangMerauke dan Kakak SabangMerauke dapat memotivasi Anak SabangMerauke untuk mengejar cita-citanya setelah program berakhir, sekembalinya ke daerah masing-masing.
Kurikulum SabangMerauke
Selama di Jakarta, Anak SabangMerauke didampingi Kakak SabangMerauke menjalani beberapa kegiatan yang tersusun dalam kurikulum SabangMerauke. Kurikulum SabangMerauke merupakan penjabaran dari tiga nilai utama SabangMerauke yang dibungkus dalam berbagai kegiatan menarik yang berbeda setiap harinya.
Sebagai gambaran, saat hari bertema ‘Bertemu Pemimpinku,’ Anak SabangMerauke bertemu dengan Bapak Basuki Tjahaja Purnama dan Bapak Abraham Samad sebagai salah satu bentuk pembelajaran sosok pemimpin yang sarat nilai-nilai keteladanan. Selanjutnya, di hari bertema ‘Pakketipak Tipung,’ Anak SabangMerauke belajar memainkan alat musik tradisonal bersama grup musik yang mendunia karena mengemban misi kebudayaan untuk mengenalkan alat musik tradisional Indonesia ke berbagai negara melalui pertunjukkan musik. Setelah itu, ada hari bertema ‘Toleransi Antarumat Agama’ di mana Anak SabangMerauke diajak untuk tur singkat ke berbagai rumah peribadatan sebagai salah satu bentuk pengenalan dan pemahaman berbagai agama yang ada di Indonesia, seperti Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Sikh Temple, dan rumah ibadah lainnya. Selain itu, Anak SabangMerauke juga diajak untuk mengunjungi kampus Universitas Indonesia di Depok sebagai salah satu bentuk motivasi untuk mengejar cita-cita melalui hari ‘Tangga Cita-Cita.’
Sebenarnya, tidak sampai di situ saja, masih ada hari-hari lain dengan tema yang tidak kalah seru, seperti ‘Aku Pengusaha,’ ‘Gaya Hidup Sehat,’ ‘Cinta Lingkungan,’ serta ‘Prestasi Olahraga.’Tak lupa, di akhir pekan, Sabtu dan Minggu, SabangMerauke memberikan kesempatan kepada Anak SabangMerauke untuk menghabiskan waktunya bersama Famili SabangMerauke. Dengan demikian, tercipta juga kedekatan emosioanl antara Anak SabangMerauke dengan keluarga angkatnya di Jakarta, Famili SabangMerauke
Sampai tahun 2014 ini, SabangMerauke sudah menjalankan 2 batch. Pada batch pertama, terpilih 10 Anak SabangMerauke yang didampingi oleh 10 Kakak SabangMerauke serta tinggal bersama 10 Famili SabangMerauke pada 28 Juni – 14 Juli 2013. Pada batch kedua pelaksanaan SabangMerauke, terpilih 15 Anak SabangMerauke yang didampingi 15 Kakak SabangMerauke, serta tinggal bersama 15 Famili SabangMerauke pada 26 Juni – 13 Juli 2014. SabangMerauke selalu berupaya agar pada batch selanjutnya, ada penambahan jumlah peserta dan/atau penambahan daerah tujuan pertukaran sebagai salah satu bentuk keberlanjutan program serta paparan dampak.
SabangMerauke – Lazismu, Sebuah Kolaborasi
Jika nantinya SabangMerauke terpilih sebagai salah satu Aksi Untuk Indonesia yang didukung oleh Lazismu, SabangMerauke ingin mengalokasikan apa yang didapat untuk mendanai pelaksanaan SabangMerauke batch 3 yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 mendatang. Keikutsertaan Lazismu dalam pendanaan SabangMerauke batch 3 merupakan salah satu bentuk kepedulian terhadap pemahaman toleransi serta keberagaman anak-anak bangsa yang pantang menyerah mengejar cita-cita dan ingin membangun Indonesia.
Selain itu, ada dua hal lain yang cukup krusial yang membutuhkan dukungan, yaitu pengembangan website sabangmerauke.org dan membuat video dampak SabangMerauke. Bagi SabangMerauke, website dan video merupakan dua media yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mensosialisasikan gagasan keberagaman serta semangat saling menghormati dan berperilaku positif atas keberagaman itu kepada seluruh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Nantinya, cita-cita SabangMerauke tidak hanya sebatas sebagai sebuah komunitas, tetapi juga sebagai sebuah gerakan yang menggagas perdamaian yang dapat dengan mudah diduplikasi oleh siapa saja. Semoga.
“Karena toleransi tidak bisa hanya diajarkan, toleransi perlu dialami dan dirasakan” – SabangMerauke
sabangmeraukeid.wordpress.com dan sabangmerauke.org (underconstruction) | @SabangMeraukeID
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H