Mohon tunggu...
Cikzzzh
Cikzzzh Mohon Tunggu... Freelancer - Talk less do more

Melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seberapa Cinta dan Tanggung Jawabnya Kita?

3 Oktober 2024   16:47 Diperbarui: 5 Oktober 2024   13:10 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu ketika aku mendengar notif pesan yang berisi ajakan ngopi dari kawanku. Sudah lama kami tidak bertemu satu sama lain karena kesibukan kami masing-masing. Setelah sampai di kedai kopi, aku langsung memesan minuman. "V60 yang paling enak beansnya mas" pesanku seperti biasa. Tak lama berselang akhirnya kawanku Iki, Ado, dan Marcopun datang. Mereka memesan menu seperti kopi susu gula aren. Akhirnya kamipun memulai obrolan ditemani dengan cita rasa kopi yang berbeda.

Cerita dimulai dari Iki yang menceritakan indahnya berumah tangga. Lalu ada Marco yang menceritakan pekerjaannya yang sebentar lagi akan mendapatkan promosi jabatan. Ado yang menceritakan bagaimana perjalanan cintanya dengan wanita yang baru dikenalnya. Obrolan kami ngalor ngidul dari mulai rumah tangga hingga tentang motor. Ada satu bahasan yang akhirnya membuat kita berempat melirik satu sama lain, yaitu tentang cinta dan tanggungjawab.

"Sabtu dan minggu ini kadang suka cape kalo mau ketemu cewe" ucap Marco. "aku setelah sabtu dan minggu ada acara terus, jadi kurang kepikiran kalo mau ketemu cewe, walaupun masih ada pikiran pengen juga kenalan sama cewe gituu" ucapku. "Dulu waktu gua masih pacaran sama mantan yang lama, cape banget kalo pulang kerja langsung jalan gitu" ucap Iki. Ketika Iki berkata seperti itu, aku langsung bertanya apakah dulu waktu sama mantan yang lama dia bener-bener cinta atau memang cuma iseng aja. Iki hanya diam dan menjawab bahwa menurutnya dia merasa cinta karena hubungan yang cukup lama. 

Mendengar jawaban Iki, aku hanya menghela napas panjang dan berpikir, "Ini benar-benar cerita klasik untuk orang yang sedang jatuh cinta, tapi padahal tidak cinta". Memang benar bahwa salah satu faktor tandanya cinta adalah lamanya dalam hubungan. Namun, banyak juga dalam hubungan ada yang kandas setelah 10 tahun menjalin. 

Bahkan udah lama pacaran tapi nikahnya sama orang. Memang pacaran dilarang dalam agama. Bukan tanpa sebab agama melarang itu. Ada baiknya kita menjauhi hal-hal tersebut. Dari sudut pandangku akupun menjawab "Kenapa sama bini lu sekarang waktu PDKT gak cape, malah happy aja lu. Sedangkan sama mantan lu kok bisa cape. Padahal lebih lama sama mantan lu ketimbang bini lu sekarang kenalnya.". Iki terdiam sembari memahami maksud dari perkataanku.

Semua hal yang di dasari cinta tidak akan terasa melelahkan. Jika kita lelah terhadap sesuatu yang kita cintai, berarti kita harus kembali merefleksikan diri kita. Apakah kita betul-betul cinta atau tidak??. Sama halnya dengan kita beribadah. Jika kita cinta dengan Sang pencipta niscaya kita tidak akan pernah lelah melaksanakan sholat 5 waktu secara rutin. Mengapa kita bisa mencintai seseorang tanpa lelah sedangkan kita tidak bisa mencintai sang Khaliq??

Adopun juga menceritakan pengalamannya dengan wanita yang baru dikenalnya. " Gua tadi abis nganterin dia ke rumahnya" Ucapnya. Akupun langsung menjawab "Suruh naik ojek ajalah". "Enak aja, emang gua cowo apaan. Gua mah orangnya tanggung jawab. Kalo gua jemput berarti gua anterin balik" Ucapnya dengan nada lantang. Setelah mendengar jawaban Ado, akupun memikirkan sebuah kata yang pas untuk tanggung jawab. "Itu lu bisa tanggung jawab soal cewe, kenapa gak bisa lu tanggung jawabkan sholat lu??" tanyaku. 

Ado hanya diam dan merenung. Memang benar bahwa kita sebagai seorang manusia pun harus memiliki tanggung jawab. Baik hal dalam pekerjaan ataupun untuk diri sendiri. Tapi kita sebagai manusia lupa, bahwa kita bisa bertanggung jawab mati-matian untuk sesuatu, Mengapa kita tidak bisa bertanggung jawab untuk urusan kita dengan Sang Khaliq??. 

Setelah kita berbincan cukup lama, adzan maghrib berkumandang. "kita kan udah bahas cinta dan tanggung jawab nih, yoklah langsung praktek" Ucapku. "Yaudah ayolah, bener juga kata lu tadi ya. Yok langsung gas ke masjid" Ucap Iki. Marco dan Adopun mengiyakan dan akhirnya kami melaksanakan sholat jamaah di masjid.

Secangkir Kopi lebih nikmat karena diskusi dengan teman-teman dan berhasil mendorong mereka untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Bukankah dalam surat Al-Asr kita sebagai manusia disuruh untuk mengajak kepada kebaikan dan kesabaran??.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun