Mohon tunggu...
Juster Sinaga
Juster Sinaga Mohon Tunggu... Pendidik -

Menapak hidup setapak demi setapak menuju puncak yang lebih tinggi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ternyata Bapak Membohongi Saya!

29 November 2010   10:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:12 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

A

pa yang Anda rasakan ketika menyadari bahwa seseorang telah membohongi atau menipu Anda? Pasti dongkol, sebal, marah, pingin nonjok orang itu. Itulah yang saya rasakan kemarin malam. Ceritanya seperti ini. Hari itu, Minggu, 28 November 2010 . Hari Minggu sore biasanya jadwal saya berangkat ke Bandung dengan Kereta Api Argo Parahyangan. Seperti biasa saya membeli tiket di loket tiket. Saya biasanya memilih kereta keberangkatan jam 17. 52 WIB, atau kalau ingin lebih malam saya memilih kereta jam 18.52 WIB. Sore itu saya berangkat dari rumah sudah telat, jadi saya memutuskan naik keretajam 18.52 WIB.

Saya tiba di Stasion Jati Negara jam 18.00. Waktu di loket tiket saya melihat di papan jam keberangkatan yang dipasang masih untuk kereta Argo Parahyangan jam 17.52 WIB. Biasanya, kalau kereta terlambat papan jam keberangkatan di loket belum diganti. Dan saya yakin, kereta terlambat. Sayapun membeli tiket, “pak, tiket kereta bisnis satu”. Sambil menyodorkan uang limapuluhan ribu. “bisnis habis pak, tinggal yang eksekutif”, jawab bapak itu sambil kemudian mengangkat telepon. Saya tidak tau bapak itu menelepon siapa. Yang pasti bapak itu tidak sedang menelepon SBY untuk melaporkan tiket untuk kereta api yang terlambat sudah habis. “oke pak, ga apa-apa. Tapi tumben pak, tiket habis!” saya mencoba mencari tau penyebab habisnya tiket. “Biasa pak, hari minggu penumpang banyak. Yang eksekutifpun tinggal 5 kursi lagi” jawab bapak itu singkat. Sayapun mengiyakan jawaban bapak itu, walaupun saya tidak seratus persen percaya. Hari gini kereta api ke Bandung yang sehari bisa sampai 6 kali keberangkatan, kehabisan tiket. Hampir tidak mungkin. Dan akupun tidak mau mendebat bapak itukarena takut ketinggalan kereta yang juga tidak pasti itu.

Setelah menunggu beberapa menit, kereta Argo Parahyangan tiba. Sayapun masuk kereta eksekutif 2 nomor 6B. Sebelum memasuki kereta yang ada di benak saya adalah kursi-kursi pasti terisi penuh. Tapi dugaan saya keliru, di gerbong eksekutif 2 masih ada sekitar 10 kursi lagi yang kosong. Wah...si bapak berbohong. Saya langsung menvonis bapak itu. Sayapun berjalan melalui gerbong eksekutif 3, restorasi dan akhirnya gerbong bisnis. Dan saya terkejut, di gerbong bisnis juga ternyata masih kosong. Mana penuhnya, pikir saya dalam hati. Walah, si bapak sudah berbohong.

Saya kembali ke kursi saya, mencoba memeras otak, mencar jawaban, apa motivasi bapa membohongi saya? Saya masih berharap si bapak tidak berbohong, mungkin di stasion bekasi akan ada banyak penumpang yang naik. Sambil duduk manis di kursi saya menunggu kereta sampai di stasion Bekasi. Sambil berdoa semoga si bapak tidak benar-benar berbohong. Kalaupun berbohong semoga Tuhan tidak memberi dia hukuman yang berat. Dan akhirnya kereta memasuki stasion Bekasi. Saya menunggu berapa orang penumpang yang masuk. Satu, dua, tiga.....saya menunggu lama, kok penumpang yang masuk tidak bertambah? Huhhh...saya menyandarkan badan ke kursi. Si bapak telah membohongi saya.

Sekarang saya berpikir, apa motivasi si bapak berbohong. Masa hanya karena uang sebesar Rp. 25.000, selisih harga tiket bisnis dan tiket eksekutif. Atau jangan-jangan sistem komputerisasi yang salah menandai semua kursi sudah terisi semua. Apa motivasi si bapak? Huh...kok malah aku repot-repot mikirin si bapak. Tapi, saya kok tidak rela si bapak melakukan itu ke orang lain. Biarlah saya tertipu tetapi jangan kepada ratusan orang lainnya. Apakah masih ada teman-teman si bapak yang melakukan hal yang sama. Semoga hanya si bapak. Seandaianya si bapak punya kolega, semoga mereka ditegur pak Beye.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun