Semakin aneh,
Tidak terasa sudah (hampir) 2 tahun RK menjadi walikota Bandung. Kebetulan saat proses pancalonan dan kampanyesaya masih aktif di kalangan aktivis, jd sedikit-banyak saya mengikuti kronologis pencalonan RK untuk menjadi calon walikota. Proses yang sangat panjang memang, mungkin RK masih ingat peristiwa di gedung Indonesia menggugat, RK sudah ‘sounding’ tentang pencalonan menjadi walikota, saat itu masih proses pemilihan gubernur jabar.
Puncaknya memang ketika RK sudah menyatakan secara umum akan mencalonkan diri sebagai walikota, tetapi masih kurang dukungan ‘partai’ dan dengan berbagai proses/lika-liku lobi sah lah menjadi calon walikota, pernah juga akan dikabarkan akan maju sebagai calon independen, tetapi karena perhitungan politik DPRD, maka tidak diteruskan :)
Tiba saat proses kampanye walikota, saat itu juga saya aktif dalam proses pendidikan politik kepada pemilih baru. Saya ikut aktif menjadi panitia dan moderator saat menghadirkan para calon yang bersaing di pemilihat walikota bandung di beberapa tempat. Dan jadilah RK menjadi walikota bandung dengan tagline “bandung Juara”. Gimana Bandung sekarang??
Menjadi aneh karena memang aneh,,,,hehe
Bebrapa gagasan memang tidak bisa kita pungkiri bagus, sebut saja taman tematik (yang konon ditiru banyak daerah lain.. konon) dan lain sebagainya. Tetapi memang pak walikota ini sangat suka dengan hal-hal yang tematik juga temporary, sebut saja tong sampah, petugas rompi orange dsb.
Tong sampah
Tong sampah yang menjadi ide RK memang out of the box, jika kita bandingkan denga tong sampah dari daerah lain. Tong sampah yang di buat seperti di bawah gambar ini:
atau ini
Praktis sekali, petugas kebersihan bisa langsung ambil plastic dan bersih, praktis.
Trus masalahnya dimana? Masalahnya plastiknya ga diganti lagi,,,hehehe coba sekarang survey deh berapa berapa banyak tempat sampah yang ga pake plastic, kalo g pervaya sok sekarang ke taman music sentrum, potion deh tuh tempat sampah tanpa ‘tempat sampah’…heheh. Jadi boomingnya awal-awal aja “panas-panas taik ayam”, itu perumpamaan ya, bukan hanya bilang ‘ta*k’, nanti dibilang gara-gara dukung si OK.
Rompi orange
Saya pribadi tidak pernah melihat petugas yang ‘katanya’ di bertuliskan “PENEGAK DISIPLIN”, di simpang-simpang saat mengawasi, saya malah melihat rompi ini dipake tukang jualan bubur sumsum di cimahi dekat kantor (ini beneran, sumpah demi apapun) NAH SETELAH GOOGling nemu ini gambar,,, hehe. BTW, displin beda ya ama peraturan/perundang-undangan? Ah.. lieurrrrrrr.. maksud saya kalo displin beda ama peraturan mah boleh aja sih buat Tim Rompi, masalahnya kalo ga beda ka nada satpol PP, Polisi dsb. Ah,, lieur lah..
Liat aja foto “penegak disiplin” yang di ambil dari blog jalanberkarisma.blogspot.com ini.. hihi
ato ini:
Trotoar alus
“Hehe naha trotoar alus?? Alus atuh da ti keramik, imah aink ge beton biasa keneh”. Waktu ngobrol-ngobrol di satu tempat banyak yang kritisi tentang RK, ada yang bilang Alun-alun kok dibungkusin rumput sintetik sh, taman lansia kok pake marmer licin gitu-kn yang bakalan main kesana para lansia, g licin? Dan sebagainya, dan sebagainya. Waktu itu sih aku ‘no comment’ karena memang blom liat ke tempat-tempat tadi. Baru tadi malam, senin 23 maret 2015 lewat jalan taman sari – BIP – merdeka, kebetulan ada rapat di jalan merdeka (depan BIP macet loh). Baru liat yang namanya keramik lagi proses pemasangan di beberapa sisi, blom selesai dan sudah retak/pecah beberapa keramiknya. Blom selesai uda rusak?? Contoh yang sudah selesai bisa dilihat di sekitaran Riau Junction mungkin (tidak jelas pecah pecah atau ga, soale litany auda malam pas mau pulang lewat sana). Untuk ini sih saya no komen (ga tau mau komen apa) tapi sepertinya ada yang salah ama trotoar alus ini, apa yaa?? Apa memang harus pake keramik? Ga licin? Kuat gitu? Lieurrrr
Hotel
Nah ini memang hasil pengamatan pribadi.hasil pengamatan pribadi, berapa banyak hotel yang di bangun di jaman RK. Buanyakkkkkkk (kali). Kalo dari laman web ini sih ada 5, 3 dari ‘merk’ yg sama, turs hotel ibis di depan RSHS, hotel (gtau) di sukamulya samping patung panda.
Kalo diliat dari satu sisi sih tujuan pak walkot mau narik pengunjung wisata ke bandung dengan nyediain macam-macam hotel, tapi imbangi dong ama pembangunan jalan, selama RK, ada ga volume jalan yang nambah “volume” ya, bukan kualitas, eh kualitas juga ga lebih baik tuh, coba aja jalan ke purwakarta..itu kualitas yg bagus, rapi, bersih…
Dan paling annoying litany sih apartement depan BIP. GA SALAH ITU??? (terserah dapat izin dari jaman purba bukan zaman RK) tolonglahhh….. katanya pak walkot satu ini pemenang urban arsitektur, apa memang konsep bangun hunian itu di tengah kota pak? Bukannnya seharusnya di pinggiran kota. Ga kebayang macetnya jalan merdeka itu nanti. G ada rumah disana jg uda macet total apalagi udah ada.
GPS
Gerakan pungut sampah, ini jg sepertinya “panas-panas taik ayam” g ada lagi tuh yg mensen akun twit pak wali ttg pungut sampah. Kalo kita rekleksikan lbh dalam sih ini ‘legalisasi’ buang sampah,,,hahaha buang aja sampah sembarangan, biar kami ada kerjaan mungut sampah,,hahah. Kenapa bukan tindakan preventif?
Dulu temen dari ITB beres rapat tiba-tiba masuk lagi ke ruangan rapat, sambil mungut sampah. “sekalian sampah di trotoar jg ya” saya bilang. Dia jawab balik “aku bukan tukang sampah (petugas kebersihan), ini sampahku jd harus buang sendiri, yg di trotoar tugas tukang sampah”. Nah!! Bukankah lebh baik membangun kesadaran tentang membuang sampah daripada pungut sampah. Mungkin bisa belajar ke ITB jurusan biologi.
Apalagi yang “panas-panas taik ayam”? kerja bakti?? Oh ini masih lagi ‘panas-panas’nya semoga panas terus..
ato mungkin karena "panas-panas" itu makanya sang walkot jg walikota paling terkenal di Jabar seberti berita kompas hari ini (3/25/15)?
Intinya sih dimana Download RAPBD Kota Bandung tahun 2015. Ato mungkin akuntabilitas yang dikampanyekan pak wali “panas-panas taik ayam” juga? Mungkin harus main lagi ke kantor BiGS (dulu belajar politik anggaran di BiGS)) buat telusuri anggaran kota bandung.
salammmm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H