Ini juga cerita nyata dari ustadz Yusuf Mansur, sang Ibu yang ikhlas menyedekahkan uang yang sangat diperlukannya itu, tiga bulan kemudian Allah ganti dengan kecukupan biaya sekolah anaknya untuk bulan-bulan berikutnya karena sang anak terpilih untuk menggantikan seorang peserta lomba cerdas cermat yang tiba-tiba sakit dan timnya menjadi juara. Allahu Akbar!
Jika di tanganmu ada sebungkus nasi goreng yang baru saja kau beli dengan uang terakhirmu untuk makan malammu setelah seharian tidak sempat makan karena sibuk dan sejurus langkahmu seorang pengemis mengiba meminta sedekah, apakah engkau akan memaksakan diri untuk memberikan makan malammu dan menyiksa perutmu sampai pagi menjelang?
Dengan senyum yang menghias wajah sang pengemis setelah perutnya kenyang oleh nasi goreng jatahmu, maka terkuaklah pintu langit. Allah takkan menyia-nyiakan hamba-Nya yang telah menolong hamba-Nya yang lain yang lebih lemah. Kejadiannya bisa saja tiba-tiba hpmu menerima sms yang berisi informasi transfer sejumlah uang tertentu yang bisa digunakan makan malam sepuluh hari. Atau di puncak laparmu, seseorang mengetuk pintu dan mengantarkan paket lengkap makan malam tak cuma nasi goreng tapi juga ayam goreng dan buah-buahan pencuci mulutnya sekaligus. Atau tak ada pengganti makan untuk malam itu, tapi Allah dengan kuasa-Nya menghilangkan laparmu sampai besok pagi untuk menghidangkan sarapan paling lezat yang pernah kau rasakan seumur hidupmu.
Saat kita telah melakukan ikhtiar yang terbaik melalui tuntunan-Nya, maka Allah akan menyelesaikan urusan-urusan kita dengan cara-Nya. Cara-cara yang mungkin takkan pernah kita bisa pahami dengan keterbatasan logika kita. Cerita tentang sedekah memang selalu begitu, Allah jualah Sang Maha Perancang Skenario yang sebaik-baiknya.
Kita tidak berhak memaksa orang lain untuk mengikuti prinsip hidup kita, memaksa orang lain untuk berbuat baik. Tidak. Apa yang dilakukan oleh FPI menunjukkan upaya seperti itu hanya akan menimbulkan kekerasan dan permusuhan.
Hak kita adalah memaksa diri kita untuk melakukan kebaikan, memaksa diri untuk berbagi saat kekurangan, memaksa diri untuk menolong orang lain saat kita justru butuh pertolongan. Nanti orang lain akan melihat keteladanan itu dan mengikutinya dengan suka rela dan suka hati.
Lha terus, kebutuhan kita siapa yang mencukupi Mas? Jawaban saya mungkin terdengar naïf, tapi saya yakin Allah yang akan memenuhi kebutuhan kita. Allah saja yang paling pantas kita harapkan dan gantungkan nasib kita.
Inilah sesungguhnya strategi dakwah yang belum banyak diterapkan oleh kita semua. Karena kurangnya keyakinan dan iman atas kekuasaan dan kekayaan Allah, kita ragu-ragu. Kita maju mundur, akhirnya tak jadi berbuat.
Jika engkau bersedia bersikap kejam pada diri sendiri maka alam semesta akan memperlakukanmu dengan lebih mudah. Jika kita terlalu manja, terlalu nyaman dininabobokkan oleh comfort zone, tunggulah saat alam semesta memaksa kita dengan masalah, bencana atau kehilangan sehingga mau tidak mau kita dipaksa harus bangun, dipaksa harus lebih serius menjalani kehidupan.
Marilah kita mulai memaksakan diri melakukan kebaikan. Dengan keyakinan dan kegembiraan. Bismillah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H